Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak kelas
***
Nek Intan keluar dari ruangan pemeriksaan bersama dokter Nisa, mendengar suara pintu terbuka, Raga langsung berdiri.
Namun, ada sedikit keterkejutan saat matanya bersitatap langsung dengan dokter Nisa.
“Kak Nisa.”
“Raga.” ucap mereka bersamaan.
Keduanya terkekeh, sementara nek intan menatap mereka bingung. “Kalian saling kenal?” tanya nek intan.
“Iya nek, jadi Raga ini adik kelas Nisa waktu sekolah SMA dulu di Jakarta.” jawab dokter Nisa.
“Berhasil juga ya kak, jadi dokter.” ucap Raga.
dokter Nisa tertawa pelan. “Alhamdulillah, kamu sendiri jadi cucunya nek intan yang jadi dosen itu ya?”
“Iya kak, tapi sekarang sudah nggak.”
“Lagi ngejalanin hukuman dari Papinya, makanya sekarang ada di sini.” ucap nek intan.
Seorang suster datang menghampiri mereka, “Permisi, dokter Nisa di tunggu profesor diruangan nya.”
“Baik sus, sebentar lagi saya kesana.” balas dokter Nia, kemudian beliau melirik nek intan dan Raga. “Sayang sekali saya masih ada urusan, semoga di lain waktu kita bisa bertemu lagi ya.”
mereka berbasa-basi sebentar sebelum dokter Nisa pergi dari sana.
Nek Intan masih menggunakan kursi roda, kakinya masih mengeluh sakit. makanya tetap memilih menggunakan kursi roda.
Kini keduanya sudah berada di dalam mobil, sebelum nya Raga sudah lebih dulu menebus obat nya nek Intan.
Raga tidak langsung menghidupkan mobil nya, ia sedang membaca hasil pemeriksaan kesehatan neneknya. “Tekanan darahnya 235, gulanya 120, kolesterol, asam urat semuanya norma, cuma ini ada. Radang sendi.” raga melirik kesamping agar bisa melihat neneknya. “Tadi kata dokternya apa katanya? Soal radang sendi” tanya Raga.
“Kompres terus di pijat tapi harus lembut, olahraga ringan, sama harus jaga makanan, jangan makan tinggi gulu, gorengan, daging merah, terus apalagi ya? Lupa nenek,” jawab nek Intan.
“Kalau yang boleh dimakan?”
“Ikan tuna, bayam, brokoli, sama kacang-kacangan kalau gak salah,tau ah nenek suka langsung lupa,nanti cari aja di internet pasti ada.” jawab nek intan.
“Terus soal ternyata kamu sama dokter Nisa saling kenal, kalian pernah punya hubungan?”
Raga buru-buru menggelengkan kepalanya. “Raga gak pernah pacaran ya, kenal itu bukan berarti pernah pacaran, kita kenal karena pernah satu organisasi di osis, terus pernah ikut program belajar bersama juga.”
“Kalau gak salah dokter Nisa itu lahir di Bandung, terus orang tuanya juga tinggal disini, kok bisa dulu kalian satu sekolah.”
“Ikut tinggal sama neneknya, dulu bilangnya begitu, gak ngasih tahu asli mananya.” balas Raga.
Raga mulai melajukan mobilnya, sudah jam sebelas siang. perut nya juga sudah mulai terasa lapar.
“Lagi pengen beli ketoprak, nenek mau gak?” tanya Raga.
“Memangnya boleh?” tanya nek intan.
“Boleh kayaknya, asal jangan banyak-banyak.”
“Kalau gitu beli ketoprak nya yang dekat bank, enak yang disana.” ucap nek intan.
“Tadi Kakek mau pulang dulu atau makan diluar?” tanya Raga.
“Pulang katanya, belinya 4, buat bi Leni satu” jawab neneknya.
Raga memarkirkan mobilnya di depan Bank, kalau di dekat langsung penjual ketoprak nya tidak ada tempatnya terlalu sempit.
“Kamu aja sana beli, nenek tunggu disini.” titah nek intan.
“Sambalnya di pisah.” lanjut Nek intan.
“Iya.”
Raga keluar dari mobilnya dan berjalan menuju penjual ketoprak, tidak teralu ramai jadi ia tidak perlu repot-repot nunggu lama.
Hanya nunggu satu orang pembeli, setelah selesai baru Raga yang memesan. Tidak lama ternyata, tinggal di kasih bumbu kacang doang, soalnya bahan-bahan lainnya sudah siap, jadi kalau ada yang beli tinggal di kasih bumbu.
“mang, sambalnya di pisah ya.” ucap raga.
“siap, A.”
Setelah dimasukan ke dalam keresek, raga membayar nya. Ia kembali ke mobil.
*
Setelah dari rumah sakit, kini di jam setengah dua siang raga harus ke kandang. entah apa yang akan di kerjakan, soalnya kakenya cuma bilang harus tetap ke kandang walaupun berangkat jam satu atau jam dua dua siang.
Raga berjala sambil memainkan ponselnya, ada notif masuk dari media sosial nya dan itu dari dokter nisa. Sekarang ia bebas membuka media sosialnya soalnya akun-akun temannya ia blokir kecuali Dareen, bahkan mereka juga sudah saling tukar no telepon.
dokter Nisa memfollow akun raga, tapi raga tidak ada niatan untuk memfollow balik, soalnya ia juga tidak memfollow siapa-siapa.
Mungkin tadi dokter Nisa sempat berharap mareka bertemu lagi, tapi tidak dengan Raga. Ia tidak ingin bertemu lagi, soalnya ia masih teringat dengan kejadian dulu pas masih SMA.
dimana dulu raga sempat menyukai dokter Nisa, bahkan ia juga pernah confess, sayangnya jawaban dokter Nisa lumayan membuat dirinya sakit hati.
#Flash back
perpustakaan sekolah, setiap hari Jum'at dan Sabtu ada kegiatan belajar bersama, tidak wajib hanya yang ingin saja.
Di kursi pojok, seorang murid pria kelas sebelas IPa 1, sedang memperhatikan seorang perempuan, perempuan tersebut kakak kelasnya.
Ya, dua orang tersebut Raga dan Nisa. Satu persatu teman-teman nya pergi. Mereka baru selesai belajar bersama nya.
Dengan ragu-ragu Raga memberanikan diri untuk mendekat ke arah Nisa, “Kak Nisa.” panggil Raga.
Nisa mendongkakkan kepalanya menatap Raga. “Iya Raga, ada apa?”
Raga meremas kedua tangannya dan sudah terasa dingin, ia benar-benar sangat gugup. “Emmm, aku mau jujur sama kak Nisa, kalau aku suka kak nisa.”
Suasana disana seketika hening, sudah hening karena hanya tinggal ada Mereka. Eh sekarang tambah semakin hening dan mencekam.
Beberapa detik kemudian terdengar suara tawa yang keluar dari mulut Nisa. “Hahaha, cukup berani juga ternyata kamu, tapi sayangnya aku gak suka sama kamu.”
Raga memberanikan diri untuk menatap Nisa, kemudian Nisa berbicara lagi dan sedikit membuat Raga sakit hati.
“Sorry ya, kita gak level, mungkin kamu berada di sekolah ini karena keberuntungan doang, aku gak suka cowok miskin kayak kamu.” ucap Nisa dan langsung pergi dari sana.
Raga langsung mengepalkan kedua tangannya, memang tidak banyak yang tau soal keluarga raga, mereka kebanyakan beranggapan kalau raga ini dari keluarga tidak mampu, soalnya berangkat ke sekolah nya selalu nak ojol atau kadang naik Bus atau angkot.
“Jahat banget, jadi kalau gue kaya bakalan suka sama gue,” Raga terkekeh sinis.
“Gue harap Kak Nisa gak akan pernah bahagia dalam masalah percintaan.”
#Flashback off
Raga sempat berhenti dan mengusap wajahnya saat mengingat kejadian di beberapa tahun yang lalu, ia juga teringat neneknya bilang kalau dokter Nisa gagal nikah.
“Apa karena ucapan gue waktu itu ya?” gumam Raga. “Jadi di ijabah, manjur memang sama doanya orang tersakiti” lanjut Raga.
paling bener sih raga sama bulan