Dipaksa Menikah Dengan Sultan

Dipaksa Menikah Dengan Sultan

BAB 1 Kedatangan Sultan

Seorang laki-laki tampan dengan berpakaian jas hitam dengan tampilan yang rapi turun dari mobilnya dengan para pengawal di belakangnya. Raut wajahnya tidak sesuai dengan usianya yang menginjak 43 tahun. Terlihat lebih awet muda. Padahal dia sudah memiliki anak remaja yang berusia 16 tahun.

Lelaki itu bernama Berry Gunawan, seorang duda beranak 2 dan pengusaha kaya yang mewarisi aset peninggalan orang tuanya yang tidak akan habis sampai 7 turunan.

Lisa adalah istrinya yang sudah meninggal dua tahun lalu. Dia meninggal setelah melahirkan seorang putri cantik, tapi sayang tiga hari kemudian putri cantiknya pun meninggal karena sakit.

Anak pertamanya yang laki-laki sangat terpukul. Sejak istri dan anak keduanya meninggal, anak yang pertama jadi kehilangan arah. Sulit diatur. Sering pulang malam, bahkan sering berbuat ulah di sekolah.

Berry tampak berpikir. Dia memang membutuhkan istri pengganti untuk anaknya tersebut. Pergaulan yang memperihatinkan membuatnya tak mampu mendidik anak seorang diri. Dia tidak bisa 24 jam menjaga anaknya. Untuk itulah dia mencari seorang wanita yang tulus dan mau mendidik dan memberi perhatian yang serius pada anak laki-lakinya itu.

"Silakan Tuan!"

Seorang lelaki tua mempersilakan Berry untuk masuk ke rumahnya. Dia sangat sumringah menyambut kedatangan seorang CEO tempat ia bekerja.

Berry masuk setelah mengucapkan salam, para pengawalnya hanya berdiri di luar saja.

Dia memindai ruang tamu yang terlihat sangat sederhana. Di sudut tembok dekat pintu yang menghubungkan ke arah dapur terdapat mesin jahit yang cukup tua, dia menduga istri dari pegawainya adalah seorang penjahit.

"Sebentar saya panggilkan, Tuan!" ucap lelaki tua itu beranjak pergi dari tempat tersebut untuk memanggil seseorang.

Seorang wanita cantik tersenyum manis menyambut kedatangan Berry. Seraya menangkupkan kedua tangannya, mengangguk hormat pada tamu ayahnya tersebut.

"Jadi kamu Erina?" tanya Berry to the point saat melihat wanita yang masih muda berbalut hijab tersenyum manis menyambut kehadirannya.

Hatinya mulai berdesir, ternyata wanita yang ditawarkan pegawainya itu sangat cantik. Kriterianya sudah masuk tahta hatinya yang paling dalam, tapi sayang, wanita itu sudah menikah.

"Iya benar Tuan. Saya Erina. Oiya sebentar saya buatkan minuman terlebih dahulu," ujar Erina cukup kikuk.

Erina (29th) pamit melipir ke dapur, ia merasa ada yang tidak beres dengan pertanyaan atasan ayahnya tersebut, apalagi tatapannya sungguh berbeda dengan tamu pada umumnya.

Erina selalu menyambut para tamu ayahnya dengan percaya diri. Apalagi ayahnya seorang pegawai swasta terkenal di kota kembang. Erina selalu memberikan performance yang terbaik agar ayahnya tidak merasa malu dengan keberadaannya saat ini. Walaupun Erina tinggal di rumah sangat sederhana pemberian Ayahnya, namun ia tidak merasa malu.

Berry menatap punggung Erina dengan perasaan takjub, keindahan seorang wanita yang baru ia lihat setelah istrinya dan masa lalunya.

Dengan wajah yang penuh tanda tanya Erina menyiapkan teh hangat untuk tamu ayahnya. Dia menepis segala pikiran negatif yang berkecamuk dalam benaknya.

"Dia tahu namaku? Pasti ayah sudah memberitahukan sesuatu tentang aku. Untuk apa?" Erina menggigit bibir bawahnya.

"Oh ya, Ayah pernah bilang kalau atasannya itu butuh guru pembimbing untuk membimbing anaknya yang bermasalah. Gaji yang ditawarkan cukup fantastis, ya mungkin Tuan Berry mau membicarakan hal itu. Ya pasti tentang pekerjaan. Kebetulan sekali gajiku sebagai guru honor belum cukup untuk membantu penghasilan suamiku," ucapnya yakin dan mantap.

Tidak lama kemudian Erina kembali dengan membawa nampan yang berisi 5 cangkir teh hangat. Sedangkan beberapa hidangan kue sudah tersaji di meja tamu.

"Silakan diminum dan dicicipi kuenya, Tuan. Maaf kami tidak bisa menjamu dengan baik. Beginilah keadaan kami," kata lelaki tua itu sekedar berbasa-basi.

Lelaki tua yang bernama Wangsa Gumilar (57 th) tersebut mempersilakan atasannya untuk mencicipi jamuannya.

"Heeeem," Berry hanya bergumam sebagai jawaban.

Berry menatap lekat wanita yang ada di hadapannya.Wanita yang sedang menata cangkir di meja tamu. Wajah wanita itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah mengisi hari-harinya sebelum menikah dengan Lisa.

Wanita yang sangat cantik, dengan lesung pipi sebagai pemanis senyumnya yang menawan. Sungguh siapa pun berpikir kalau wanita tersebut adalah seorang gadis yang belum menikah, karena wajahnya yang cantik alami dan penampilannya sederhana namun bisa merawat tubuh dengan maksimal walaupun tertutup hijab. Hampir sempurna.

"Jadi bagaimana, Pak Wangsa sudah memberitahukan tentang maksud kedatangan saya ke sini pada Erina?" tanya Berry langsung pada intinya.

Erina langsung menatap Berry dan ayahnya secara bergantian penuh tanda tanya meminta penjelasan yang belum ia ketahui.

"Tentang apa ya, Tuan? Apa tentang pekerjaan yang pernah Ayah tawarkan? Kebetulan sekali Tuan, saya sangat membutuhkan pekerjaan sampingan untuk membantu suami saya," ujarnya tersenyum penuh harap.

Erina sangat berharap masih ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya.

Berry mengernyitkan dahinya, sepertinya Erina belum tahu apa pun tentang pembicaraannya dengan Wangsa. Seraya meminta penjelasan dengan bahasa isyarat.

"Bukan itu," tepis Wangsa cepat.

"Lantas tentang apa? Ayah tidak pernah membicarakan apa pun selain pekerjaan, Tuan," Erina menatap Berry penuh tanya lalu beralih menatap Ayahnya.

Tidak ada jawaban, suasana menjadi hening sesaat.

"Sebenarnya ada apa ini, kok pada diam?" tanya Erina sedikit penasaran karena ini berkaitan dengan dirinya, ia yakin pasti ada yang tengah disembunyikan dari Ayahnya.

"Maaf Tuan, saya belum sempat memberi tahu pada Erina tentang perjodohan ini..."

Erina kembali menatap ayahnya, ia masih belum mengerti dengan ucapan ayahnya.

"Tunggu ....tunggu...perjodohan? Perjodohan siapa dengan siapa, Yah? Kenapa melibatkan Erina?" tanya Erina bingung.

"Dengan siapa lagi? Perjodohan antara kamu dengan Tuan Berry lah," jawab Wangsa enteng.

"Whaaat!" Erina kaget bukan main.

Erina menganga cukup lama. Ia terkesiap mendengar ucapan Ayahnya yang seperti petir menyambar tanpa rencana. Seraya menggelengkan kepalanya. Baginya bukan masalah kalau dirinya masih gadis, apalagi kalau dijodohkan dengan Berry yang terkenal sebagai sosok yang mempesona, penyayang tapi terkadang arogan, dermawan, tegas, kekayaannya saja tidak bisa dihitung dengan jari. Seorang yang multi talenta dalam kehidupannya.

Pada kenyataannya Erina sudah menjadi milik orang lain, statusnya sudah menikah dengan laki-laki yang sangat ia cintai. Walaupun lelaki itu belum memberikan keturunan namun kehadiran seorang anak lain yang ia temukan dari tempat sampah bisa memberikan warna tersendiri pada keluarga kecilnya.

Suaminya, Arsyad tidak mempermasalahkan mengangkat seorang anak yang bukan dari darah dagingnya. Mereka bahagia, hidupnya terasa lengkap dengan kehadiran anak yang masih berusia 2 tahun itu.

"Jadi gimana, Anda mau menerima lamaran saya, bukan?" tanya Berry tidak mau tahu tentang status Erina saat ini, matanya menatap lurus ke depan.

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ☘𝓡𝓳𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯🌟💞

🍭ͪ ͩ☘𝓡𝓳𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯🌟💞

lahh ini gimana ceritanya . wong dah punya suami kok mau di jodohin...
mikir apaan sihh bapaknya Erika 🙄

2025-09-28

3

❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎

❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎

mampir kesini dan wow langsung disuguhi lamaran Berry Gunawan baru yang dilamar sudah bersuami 🤔🤧

2025-09-27

1

🍁RA❣️💋𝐇𝐖𝐀①②🆁&🅶👻ᴸᴷ

🍁RA❣️💋𝐇𝐖𝐀①②🆁&🅶👻ᴸᴷ

Dasar Berry egois ini, yang di depan kamu itu wanita bersuami oeeee

2025-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!