NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Kunci Pagar, Kunci Hati

Lalu, ia menatap pagar sekali lagi. Dan pipinya mengembung... sekali lagi.

°°°°

Jam menunjukkan pukul 3 sore.

Tiny masih duduk di sofa. Posisinya berubah-ubah: kadang rebahan miring, kadang telentang sambil kaki dinaikkan ke sandaran, kadang duduk nyamping seperti anak TK nunggu dijemput.

Pakaiannya? Masih sama.

Kaos kuning cerah dan rok putih A-line yang tadi pagi sempat membuatnya tampak seperti murid SMA yang terlalu imut untuk jadi istri siapa pun.

Rambut kepangnya masih bertahan, walau mulai lepas-lepas di beberapa sisi. Poni sampingnya pun sudah agak menempel ke dahi karena keringat, tapi Tiny tetap... cuek bebek.

Berjam-jam ini, ia hanya sibuk main ponsel.

Buka Ti*Tok, tutup.

Buka Inst*gram, bosen.

Scroll galeri, sampai akhirnya... terbuka satu foto.

Foto dirinya dan Andika—mantan tunangan, saat sedang fitting baju pernikahan waktu itu.

Tiny menatapnya lama. Tapi tidak berlama-lama. Ia swipe cepat. Ada rasa sesak yang sulit dijelaskan saat melihat wajah pria itu—pria yang seharusnya kini menjadi suaminya.

Lalu ia kembali ke aktivitas utamanya sejak tadi: Berkaraoke pakai ponsel.

Suara Tiny melantun pelan dari lirik yang ia baca sambil selonjoran.

Kadang fales. Kadang terlalu semangat sampai nyaris teriak. Kadang malah salah lirik, tapi tetap lanjut. Yang penting semangatnya ada.

Rumah tidak ia sentuh sama sekali.

Tak ada sapu yang diangkat. Tak ada pel. Tak ada usaha “aku pengantin baru, harus jaga kesan”.

Biarlah. Rumah itu memang tidak kotor.

Dan kalaupun ada debu, Tiny pikir: “Tunggu aja sampai kelihatan mata, baru aku bersih-bersihin.”

Lagu di ponselnya baru masuk bagian reff ketika...

Tok. Tok. Tok.

Suara pintu. Pelan. Tapi jelas. Tiny mendadak diam. Lalu matanya melebar. “Hah?! Udah pulang aja?!”

Ia melompat dari sofa. Tidak sempat melihat kaca. Tidak sempat mengecek apakah kepangannya masih simetris atau tidak. Ia berlari ke pintu, membuka cepat.

Xion berdiri di depan pintu. Kemeja abu-abu yang tadi pagi rapi, kini agak kusut di bagian pinggang.

Dasi sudah longgar.

Lengan kemeja digulung sampai siku.

Rambutnya sedikit berantakan tertiup angin motor.

Tangan kiri memegang helm.

Wajahnya lelah... tapi tetap tenang. Dingin. Khas Xion.

Tiny membuka pintu lebar-lebar. “Udah pulang?” tanyanya cepat.

Xion mengangguk-angguk pelan. Jelas-jelas sudah di depan mata. Jelas-jelas itu suaminya. Sudah pulang. Tapi Tiny masih saja bertanya.

Xion menaikkan satu alis. “Kalau belum pulang, aku nggak mungkin ada di sini, ‘kan?”

Tiny nyengir kecil. “Yaaa... siapa tahu kamu pulang-pulang karena kelupaan sesuatu.”

Xion menatap istrinya dari ujung kaki sampai kepala.

Kaos kuning. Rok putih. Kepangan mulai berantakan. Wajahnya polos. Keringat sedikit di pelipis. Poni nempel.

Xion menatap lebih lama. Beberapa detik. Mungkin lima. Mungkin lebih.

Kaos kuning itu… terlalu cerah untuk sore yang lembab.

Rok putih itu… terlalu manis.

Kepangan yang sudah berantakan itu… justru membuat Tiny makin terlihat seperti bocah yang habis main di taman, bukan perempuan yang menyandang status istri.

Poni sampingnya melekat ke kening. Napasnya masih naik-turun sedikit, mungkin karena habis karaoke, mungkin karena gugup.

Sumpah. Itu terlalu imut untuk ukuran manusia dewasa.

Apalagi di mata Xion, yang biasa berurusan dengan mahasiswi semester akhir yang penuh tuntutan skripsi dan wajah lelah. Tapi Xion hanya menarik napas pelan. Menahan semua reaksi.

Setelah mereka berdua masuk, Xion langsung duduk di sofa. Refleks. Kebiasaan lama waktu masih lajang.

Sofa itu adalah zona netral—tempatnya istirahat, berpikir, bahkan kadang tidur kalau lagi terlalu capek.

Tiny ikut duduk di sebelahnya. Padahal dari tadi, hampir seharian, dia sudah berkawan akrab dengan sofa itu.

Tapi tetap saja, karena sekarang Xion duduk di situ… rasanya beda. Sedikit lebih hangat. Sedikit lebih… penuh.

Xion menyandarkan punggung. Menghela napas. Lalu melirik ke samping. “Kamu kemana tadi?”

Tiny langsung bersuara, cepat dan datar, “Pengen keliling.”

Xion mengangguk pelan. “Terus?”

Tiny menoleh padanya. Matanya menyipit sedikit, ekspresi kesal terselubung. “Tapi…”

Ia mendengus pelan. “Kunci pagarnya nggak kamu kasih,” lanjut Tiny, setengah merengek, setengah menyindir.

Nada suaranya jelas menunjukkan rasa kecewa kecil yang ia tahan-tahan. Bukan marah. Tapi cukup untuk membuat Xion sadar… dia salah.

Xion menatap ke depan. Lalu mengangguk pelan, jujur, “Aku kira kamu nggak bakal keluar.”

“Serah deh,” ujar Tiny cepat, sambil menyandarkan diri ke sofa. Nada suaranya ketus, tapi volume suaranya turun. Tanda ia sudah capek sendiri.

Xion melirik sebentar.

Ah, Xion tahu betul. Ini salah satu fase mood perempuan. Bukan marah besar. Tapi sensitif karena merasa diabaikan.

Tiny ini, meskipun polos dan lucu, tetap saja perempuan. Dan layaknya perempuan… bisa sewaktu-waktu berubah dari senyum ke sewot tanpa aba-aba. Tapi justru itu yang membuat Tiny lebih… jujur. Apa yang dia rasa, ya itu yang keluar. Tidak repot disembunyikan.

Xion tahu. Tiny sedang butuh dimengerti. Tapi, dengan gaya Xion yang… ya, begitu—ia tidak pandai bicara manis atau memeluk tiba-tiba.

Ia hanya bertanya, pelan, datar… tapi ada niat baik di baliknya. “Kamu mau aku ambilin kunci pagarnya sekarang?”

“…Sekarang?”

Xion mengangguk. “Biar besok kamu bisa keliling sesuka hati. Nggak usah nyalahin pagar.”

Tiny menahan senyum. “Di mana kuncinya?”

Xion menjawab dengan santai, “Rak sepatu atas. Dalam kotak hitam. Paling pojok. Kamu pendek, ‘kan?”

Tiny membuka mulut, siap protes. Tapi akhirnya hanya memutar mata sambil bergumam,

“Iya tahu pendek juga. Nggak usah diumumin.”

Xion berdiri. Menuju rak sepatu.

Dan Tiny, yang masih duduk di sofa, mencuri pandang ke arah punggung suaminya itu.

Xion yang berjalan menuju rak sepatu dengan langkah tenang.

Kemeja abu-abu yang masih melekat di tubuhnya terbuka sedikit di bagian depan, memperlihatkan kaos putih tipis yang ia kenakan di baliknya. Gerakannya tidak terburu-buru. Santai. Teratur.

Tiny menatap punggung itu tanpa berkedip. Ada sesuatu yang... membuatnya tidak bisa memalingkan pandang.

Mungkin karena posturnya. Atau cara Xion berdiri. Atau karena... itu suaminya. Yang kini sedang mengambil kunci pagar untuk dirinya.

Beberapa detik kemudian, Xion kembali. Ia menggenggam sebuah kunci kecil dengan gantungan warna merah kusam.

Tanpa banyak bicara, ia menyerahkannya begitu saja.

Tiny menerima kunci itu. Diam. Masih menatap wajah Xion.

Xion hanya pura-pura tidak tahu. Ia duduk lagi di sofa, tepat di tempat sebelumnya, dengan posisi yang sama—menyandar, satu tangan diletakkan di atas lutut, satu lagi tergeletak di sandaran.

Sunyi sebentar. Lalu Tiny bersuara.

“Nanti kita belanja bulanan, ya?”

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!