NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Tiga hati yang terluka

...0o0__0o0...

...Jingga menunduk lama sekali, air matanya jatuh satu-satu membasahi punggung tangannya yang meng-genggam erat tas. ...

...Kata-kata Langit tentang fitnah dan tanggung jawab suami masih menggema di telinganya. Sebagai istri, ia tahu apa yang di katakan suaminya benar....

...Dengan suara serak, ia akhirnya berkata pelan, “Baiklah, Kak… aku ikut. Tapi bukan karena aku mau, melainkan hanya karena aku tidak mau menambah fitnah.”...

...Langit terdiam sejenak, matanya melembut mendengar jawaban itu. Ia tahu, kepatuhan Jingga kali ini bukan lahir dari kerelaan hati, melainkan dari rasa tanggung jawabnya sebagai seorang muslimah....

...Ikbal menoleh ke arah Jingga, jelas sekali kekecewaan di wajahnya. Ia ingin bicara, tapi lidahnya kelu. Akhirnya hanya sebuah desah napas berat yang ia keluarkan, lalu ia menatap Langit. ...

...“Baik, saya serahkan Jingga pada suaminya. Tolong jaga dia baik-baik, Om. Jangan biarkan dia menangis seperti ini lagi.”...

...Kalimat itu bagai tamparan bagi Langit....

...Saat keluar dari mobil Ikbal, Jingga sempat berhenti sejenak. Ia menoleh ke arah Ikbal, menundukkan kepala dengan sopan. Suaranya lirih, hampir tercekat....

...“Terima kasih, Bal… sudah mau repot menjemput ku pagi ini.”...

...Ikbal menatapnya lama, seolah ingin mengatakan banyak hal tapi tertahan. Akhirnya ia hanya menjawab singkat, “Jaga dirimu baik-baik, Jing.”...

...Kalimat sederhana itu justru terasa begitu berat, seakan ada perasaan yang belum selesai di antara keduanya....

...Langit yang berdiri di sisi lain mobil melihat semuanya dengan mata panas. Dadanya langsung naik turun. Kalimat pamit sederhana itu bagai bara di lempar ke hatinya yang sudah terbakar cemburu sejak tadi....

...Tanpa sadar, tangannya meng-genggam erat lengan Jingga, menariknya agar segera menjauh dari mobil Ikbal. ...

...“Cukup. Kamu tidak perlu ucapkan apa-apa lagi padanya,” ucapnya tegas, suaranya rendah tapi sarat amarah....

...Jingga tersentak, lalu menoleh dengan mata basah. “Kak… aku hanya berterima kasih. Tidak lebih.”...

...Langit menunduk, wajahnya datar. “Sekadar kata terima kasih saja bisa menyalakan api, Jingga. Kamu tidak tahu betapa Aku—” ia terhenti, rahangnya mengeras. “…betapa Aku tidak tahan melihat mu berhadapan dengan dia.”...

...Ikbal hanya terdiam, namun sorot matanya jelas menunjukkan luka sekaligus ketidak berdayaan....

...Dengan langkah cepat, Langit menuntun Jingga masuk ke dalam mobilnya. ...

...BRAK..!...

...Pintu di tutup dengan suara keras, seakan menjadi penegas kepemilikan-nya. ...

...Namun dalam hati, Langit sadar: cemburunya kali ini lahir bukan hanya dari status sebagai suami, tapi juga dari cinta yang semakin sulit ia sembunyikan....

..."Astaghfirullah, Ya Allah berikanlah hamba kesabaran." Batin jingga....

...Mobil pun melaju meninggalkan Ikbal, menyisakan tiga hati yang sama-sama terbakar: cemburu, kecewa, dan luka yang makin dalam....

...Sepanjang jalan menuju kampus, keheningan terasa menyesakkan....

...Langit sesekali melirik ke arah Jingga yang duduk di kursi samping, wajahnya menunduk, matanya sembab. Ingin sekali ia menggenggam tangan istrinya, ingin sekali ia berkata lembut untuk menenangkan. ...

...Tapi bayangan tadi pagi—saat ia terlena dalam pelukan Nesya—terus menghantui kepalanya....

...Akhirnya Langit membuka suara, pelan namun penuh rasa bersalah. “Maafkan aku, Jingga… aku salah. Kakak khilaf.”...

...Jingga tetap menunduk, bibirnya bergetar. “Kamu sudah mengingkari janji. Itu yang paling menyakitkan untuk ku.”...

...Langit menelan ludah, merasakan kalimat itu lebih pedih dari pada pisau. Ia ingin membela diri, ingin mengatakan bahwa dirinya juga manusia yang lemah, tapi ia tahu itu hanya akan terdengar seperti alasan....

...Mobil terus melaju menuju kampus, dengan dua hati di dalamnya yang sama-sama penuh luka—satu di siksa rasa cemburu, satu lagi terhantam kekecewaan mendalam....

...Langit menggenggam setir erat-erat, urat di tangannya menonjol. Sesekali ia melirik ke arah Jingga yang duduk di sampingnya. Perempuan itu diam, menatap keluar jendela dengan mata sembab....

...Langit tak tahan lagi. Ia menghela napas panjang, suaranya pecah ketika akhirnya membuka percakapan....

...“Jingga… kamu tahu nggak, dari semalam aku nggak bisa tidur ? Aku terus teringat wajah mu. Hasrat yang kakak tahan… semuanya karena kamu. Tapi pagi ini, aku malah lihat kamu duduk manis di mobil mantan mu.”...

...Jingga tetap diam, seolah tak mendengar....

...Langit melanjutkan, suaranya meninggi sedikit. “Aku cemburu, Jingga! Aku gila rasanya lihat kamu dengan dia. Seakan… seakan kamu masih miliknya.”...

...Mata Jingga berkaca-kaca lagi. Ia berbisik, suaranya getir, “Kalau kakak benar-benar cemburu… kenapa tadi kamu rela membiarkan aku menunggu ? Kenapa kamu malah sibuk memuaskan hasrat mu ?”...

...Kalimat itu menampar Langit keras. Ia terdiam, jemarinya mencengkeram setir semakin kuat....

...“Jingga…” ucapnya parau. “Aku memang salah. Aku khilaf. Tapi jangan pernah ragukan satu hal: Aku jatuh cinta pada mu. Itulah sebabnya Aku marah besar lihat kamu bersama Ikbal.”...

...Jingga tersentak. Matanya menoleh cepat, menatap Langit tak percaya. “Cinta ?” Bibirnya bergetar. “Kamu mencintai aku… sementara sikap mu menunjukkan sebaliknya. Jangan pernah katakan cinta lagi, jika kamu sendiri tidak yakin, kak.”...

...Langit tak bisa menjawab. Ia hanya mengerem mendadak, menepikan mobil di bahu jalan....

...Dengan napas berat, ia menoleh penuh pada Jingga, matanya merah. “Aku tidak tahu bagaimana harus adil. Aku bukan Nabi, Jingga. Aku manusia yang lemah. Tapi satu hal yang Aku tahu pasti… Aku ingin kamu tetap di samping kakak. Apa pun yang terjadi.”...

...Jingga menunduk, air matanya jatuh deras. Hatinyanya bergetar, antara marah, kecewa, tapi juga tak bisa mengingkari ketulusan Langit....

...Hening. ...

...Menyisakan jalanan ramai. Namun di dalamnya, perasaan dua insan masih berkecamuk, terjebak antara cinta, cemburu, dan luka....

...Langit masih menggenggam tangan Jingga, sementara mata istrinya itu penuh air mata....

...“Kakak mohon, jangan ragukan cintaku,” ucap Langit lirih, suaranya nyaris pecah. “Demi Allah, semua yang Aku lakukan barusan bukan karena Aku tidak ingin menepati janji. Aku khilaf. Aku hanya…” ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan parau, “…Aku hanya terlalu lemah di hadapan godaan Nesya.”...

...Jingga spontan menarik tangannya dengan kasar, menatap Langit penuh luka....

...“Itu dia buktinya!” suaranya meninggi. “Kak Langit bisa dengan mudah bilang ‘khilaf’, seolah-olah itu alasan yang cukup untuk menghancurkan hati aku. Apa aku harus percaya kalau semua yang kamu lakukan sama sekali tidak berarti ?!”...

...Langit terdiam, rahangnya mengeras. “Jingga, jangan bicara begitu. Aku tidak main-main dengan mu.”...

...“Kalau memang tidak main-main, kenapa kakak mengabaikan aku ?!” Jingga membalas cepat, suaranya pecah karena tangis. “Kamu janji mau antar aku, Kamu janji mau ada buat aku… tapi nyatanya Kamu tetap memilih kak Nesya. Bagaimana aku bisa percaya pada cinta yang bahkan tidak bisa menjaga janji sederhana ?”...

...Kata-kata itu menghantam Langit telak. Dadanya naik turun, wajahnya menegang, tapi mata yang menatap Jingga penuh kesakitan....

...“Jingga…” ia berbisik lirih, “Kakak rela kalau kamu marah, asal jangan pernah ragukan cintaku. Aku tidak bisa jauh dari kamu.”...

...Namun Jingga menggeleng keras, air matanya terus mengalir. “Cinta itu tidak hanya kata-kata, Kak. Cinta itu bukti. Dan yang aku lihat barusan… bukti kalau kamu lebih memilih istri pertama dari pada aku.”...

...Keheningan menggantung di antara mereka. Untuk pertama kalinya, Langit kehilangan kata-kata. Semua ilmu yang ia punya, semua dalil yang bisa ia kutip, seakan lumpuh di hadapan tatapan luka istri kecilnya....

...Mobil itu tetap terparkir, dua hati di dalamnya saling berperan luka tapi terhalang oleh rasa kecewa yang terlalu dalam....

...Langit menarik napas panjang, menenangkan dadanya yang hampir meledak. Matanya menatap lurus ke depan, lalu kembali ke arah Jingga yang masih menangis. ...

...Kali ini, nada suaranya berubah. Bukan lagi meledak karena cemburu, melainkan tenang, dalam, dan penuh makna....

...“Jingga…” ia memanggil lembut. “Kakak tahu, tidak ada yang lebih menyakitkan bagi istri selain di khianati janji suaminya. Aku salah besar di situ, dan Aku tidak akan menyangkalnya.”...

...Jingga menoleh, matanya sembab, masih penuh penolakan....

...Langit melanjutkan, “Tapi ingatlah, Allah berfirman bahwa manusia di ciptakan lemah, mudah tergelincir. Yang membedakan kita bukan pada jatuhnya, tapi pada bagaimana kita bangkit kembali. Aku khilaf tadi pagi, iya. Tapi khilaf itu bukan berarti kepedulian aku padamu dusta.”...

...Jingga menggigit bibir, air matanya kembali jatuh. “Kak Langit… ucapan memang mudah di ucapkan. Tapi aku yang menunggu sendirian, aku yang merasa di abaikan dan di tinggalkan.”...

...Langit menunduk sejenak, lalu menatapnya lagi dengan mata berair. “Itulah yang paling menghantam hati ku. Kakak khilaf dalam menjaga hakmu, padahal Rasulullah sudah jelas berpesan: sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada istrinya. Aku justru lalai. Aku tidak ingin jatuh pada kesalahan yang sama lagi.”...

...Keheningan menyelimuti kabin mobil. Kata-kata itu menusuk hati Jingga, membuat benteng keras kepalanya sedikit goyah....

...Langit menambahkan dengan suara bergetar, “Jingga, Kakak mohon satu hal. Jangan jadikan kesalahan ku hari ini sebagai alasan untuk meruntuhkan rumah tangga kita. Biarkan Aku menebusnya, pelan-pelan. Jangan hukum aku hanya karena sekali khilaf.”...

...Jingga terdiam lama, hatinya berperang antara sakit dan keinginan untuk percaya. Ia menoleh ke luar jendela, lalu berbisik lirih, “Kak… aku butuh waktu. Aku ingin percaya, tapi luka ini masih terlalu segar.”...

...Langit mengangguk, menerima. Jemarinya pelan meraih tangan Jingga lagi, kali ini tidak di paksa, hanya di letakkan di atas pahanya sendiri dengan lembut....

...“Kalau itu yang kamu butuhkan, ambillah waktu sebanyak yang kamu mau. Tapi ingat, Kakak tetap di sini. Tidak akan kemana-mana, selain mendampingi mu.”...

...Air mata Jingga jatuh lagi, tapi kali ini bukan hanya karena kecewa, melainkan karena hatinya perlahan mulai luluh....

...Mobil pun kembali melaju menuju kampus, dengan Langit berusaha memperbaiki kesalahannya lewat sikap yang lebih lembut dan penuh hikmah....

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
lah dari awal santrinya pada ramah² dn menyambut dg baik kirain udh tau itu bininya langit ternyta blm tau toh 🤦‍♀️🤦‍♀️
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!