 
                            Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.
 
Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan. 
Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian'  memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.
Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.
Yuuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P. D. A
"Sudahkah kalian tahu bahwa kondisi Raja Reight sedang tidak baik-baik saja."
"...."
Bagian ini cukup menarik. Meski cuaca semakin panas, aku memutuskan untuk mendengar lebih banyak informasi, siapa tahukan kalau nanti aku mendapat kesempatan tak terduga bertemu dengan sang Raja.
"Oh iya! Aku juga sudah dengar itu."
"Ya ampun... Kasihan sekali Baginda Raja."
"Aku dengar itu sakit kepala yang parah, beberapa penyihir bahkan sampai di panggil untuk penyembuhan tapi tidak berhasil."
"Bukan penyihir, aku dengar mereka memanggil Para tabib dari kuil dewa."
"Penyihir bukan tabib."
"Oh ya ampun... kau salah, lagi pula penyihir sangat langka di kerajaan kita, sulit sekali menemukan satu di negri ini. jadi sudah pasti mereka memanggil Tabib dari kuil."
"Tsk, kalian ini bodoh yah. Penyihir kuil dan Tabib kan hampir sama saja, intinya sekarang, bagaimana kondisi rasa setelah mereka mengobati Baginda Raja."
Sejenak kelompok itu terdiam, lalu. "Aku dengar tak satupun dari mereka mampu mengobati penyakitnya."
"Oh ya ampun... Kuharap dewa Aliyah dan Dewa Amira selalu melindungi Baginda Raja."
"Benar, kuharap dia tetap sehat untuk melindungi kerajaan kita di saat-saat krisis ini."
"...."
Huum... Sakit kepala yah... Apa dia sudah coba Paracetamol?.
Tersenyum. Tiba-tiba sebuah ide brilian datang di kepalaku yang sempat mendung. "Kebetulan sekali, ada pohon Kina di dunia ini," gumamku saat melihat pohon Kina yang merupakan salah satu bahkan utama dalam pembuatan obat Paracetamol.
"Saatnya membangun sebuah tangga dengan keluarga kerajaan."
BRAK.
"KYAAA!."
"AAAPA ITU?!!."
"GEM- GEMPA BUMI!!!."
Ketiganya berteriak histeris saat aku mematahkan batang pohon Kina yang berada di halaman rumah warga. Mereka sungguh bodoh karena tidak langsung menyadari kalau pohon Kina berukuran 7 meter itu telah menghilang dari pekarangan rumah.
"Baiklah sekarang dimana aku akan-!."
"HEI!!! AYO CEPAT NAIK BAGI YANG INGIN MENGUNJUNGI IBU KOTA KERAJAAN," teriak seorang kusir kuda dari dalam gerbong besar.
"Jackpot."
***
Di wilayah lain, di ibu kota kerajaan, tepatnya di istana raja. Beberapa pelayan khusus yang mengabdikan dirinya untuk melayani Raja, terlihat sangat l sibuk mondar-mandir di depan kamar sang raja yang sedang menjalani pemeriksaan oleh tabib kuil dewa.
Kreek. Pintu besar berbahan dasarkan emas terbuka, menunjukan sosok pria tinggi berjubah putih muncul dengan langkah agung dari dalam kamar sang raja.
Seorang pelayan setia, memberanikan diri untuk bertanya pada sang tabib muda. "Pendeta yang terhormat, sudi kah anda memberi tahu kami yang hina ini perihal kondisi Baginda Raja."
Sosok pria cantik itu tidak menjawab, dia hanya melewati pelayan menyedihkan itu dan berjalan lurus terus menuju sebuah ruangan khusus yang di jaga oleh dua prajurit berbaju zirah besi baja.
"Izinkan aku bertemu dengan Putri Mahkota."
Kedua penjaga itu saling melirik lalu menarik tombak yang menghalangi jalan masuk, setelah itu pintu dibukakan baginya.
"Terima kasih."
Begitu masuk, dia melihat sosok Putri mahkota yang sangat cantik namun memiliki auranya berbahaya yang dapat membuat siapapun teringat akan monster buas.
"Katakan lah tabib muda, sebenarnya apa penyakit penyakit Baginda Raja," tanya sang putri dengan nada lembut.
"Hormatku pada calon penguasa Timur-."
"Cukup basa-basi nya dan katakan saja apa penyakit yang diderita Baginda Raja."
Tabib muda itu menunduk, lalu berlutut tepat di depan kaki sang Putri mahkota. "Saya meminta pengampunan dari anda!. Yang Mulia putri, selama dua Minggu bekerja hingga saat ini, saya masih tidak dapat mengidentifikasi jenis penyakit Baginda Raja."
"Hum."
Sang putri tidak merasakan kebohongan dari kata-kata sang tabib. Dia tidak berbohong, sepertinya penyakit ini masih baru saja muncul....
Mengumpat. "Persetan, baik tabib dan ahli alkimia di negara ini juga tidak dapat membantu."
Raut wajah sang putri semakin berubah, membuat tabib muda itu merasa tertekan, dia takut dan juga sedih karena tidak dapat melakukan apapun untuk menolong Baginda yang sedang terbaring lemah di ranjang emasnya.
"Tsk, kau pergilah dan cari tahu lagi mengenai penyakit ini, kalau sudah ketemu solusinya langsung beri tahu aku, mengerti."
"Saya mengerti Yang Mulia."
"Kau boleh pergi sekarang." Ucapnya singkat kemudian pergi secepatnya dari dalam ruangan dalam kondisi pucat. Aku harus mencari tahu penyakit ini, aku tidak bisa membiarkan Baginda raja terus tertidur lelap di kamarnya seperti it-.
Ketika dia bahkan belum sempat pergi jauh.
"SEMUA CEPAT KEPUNG KAMAR BAGINDA RAJA!!!."
"AMANKAN JALUR EVAKUASI!!!"
"PENYUSUP MEMASUKI KAMAR BAGINDA RAJA!!!." Teriak panik kapten kesatria setelah mendapat sinyal penyusup dari dalam kamar raja.
Sebelumnya, ketika dia sedang memeriksa tahanan Ariedny. Tiba-tiba saja dari dalam dalam kamar sang raja, sinyal tanda bahaya di aktifkan.
"Bajingan Sial Mana Yang Berani Masuk Kedalam Kamar Sang Raja." Wajah mereka diliputi amarah serta kegelisahan akan keselamatan sang Raja.
Penyusup itu tidak mungkin menyalakan sinyal, itu artinya Baginda sendirilah yang mengaktifkan sinyal itu meski dalam keadaan sakit parah.
"Kurasa penyusup iti benar-benar ingin mati!."
"Kau benar kapten, dan penyusup sial itu akan mati hari ini."
"Blokir semua jalan keluar!."
"Siap Kapten!."
"Jangan sampai tikus busuk itu berhasil keluar hidup-hidup setelah masuk kedalam rumah Singa Putih."
Di tempat lain, di dalam kamar yang seluruh penerangannya telah padam.
Sosok Rihana sedang duduk santai di tepi jendela kamar, dan posisinya itu terlihat sangat jelas dari atas tempat tidur oleh raja.
"Si-siapa kamu... Bagaimana bisa kamu masuk kedalam kamarku?."
"Entahlah tiba-tiba saja aku sampai disini begitu melihat jendela yang terbuka," kataku sambil bercanda padanya.
Ternyata inilah sosok Baginda Raja yang sangat di sayangi oleh rakyat... Well... Auranya sangat bagus dan murni, sepertinya dia benar-benar patut disayangi. Aku mengangguk dua kali lalu melompat turun.
"Humplah."
Berdiri.
Sang raja terlihat sangat waspada, dia mengeluarkan aura berlapis di sekitar tubuhnya. Mungkinkah dia sadar kalau aku ini kuat- Oh Mayyy... Tidak sopannya aku.
Karena terpaksa harus mengunakan sihir, Jadinya auraku setidaknya bisa dirasakan oleh beberapa orang seperti penyihir atau orang-orang dengan kepekaan super lainnya.
"Aku datang kemari karena suatu alasan, anda tidak perlu kahwa-."
BRAK!
BRUK!
BRAK.
Dari arah pintu, benturan keras mulai mengundang pintu berulang-ulang.
Tsk, mereka ribut sekali.
Aku mengayunkan tanganku sekali dan sihir penghalang pun terbentuk di belakang pintu, menjadikanya sangat kokoh seperti baja tertanam.
BRAK
BRAK
Pintu masih mengeluarkan suara.
"Di luar berisik sekali."
Sekaku lagi aku mengerjakan lenganku keatas dan menciptakan siluet putih berbentuk yang menjadikan kamar itu senyap.
Bruk...
B-
Sunyi.
"Nah ini lebih baik," kataku.
Ketika aku melihat sang Raja lagi, kudapati dia sudah setengah turun dari atas tempat tidurnya.
"Oh boy."
Menyeringai.
"Ka-kamu... Kamu Penyihir!."
"... Anggap saja begitu yang mulia."
Wajah sang raja yang pucat menjadi lebih pucat lagi.
Sepertinya memang sulit menemukan penyihir di tanah ini. Tsk. Padahal dunia ini berkelimpahan energi sihir, sayang sekalim
"Ehum... Jangan takut Yang Mulia, saya bukan penyihir ja-."
"MAHAR...! MAHAR...!!! SELAMATKAN AKU NAK!."
"...."
Kenapa dia malah semakin berteriak? Apa aku terlihat mencurigakan?.
"Kau... Kau tidak akan pernah mendapat apapun yang kau inginkan dariku."
"Apa?."
"Kau bisa membunuhku tapi aku tidak akan pernah menyerahkan kerajaanku padamu!."
"Saya pikir anda salah paham, saya-."
"MAHAR-."
Karena jengkel dengan teriakan serta tuduhannya, aku memutuskan untuk mengunakan sihir pengucapan padanya. "Inara."
"HUMP!!!."
Selama aku tidak mengizinkan dia untuk berbicara maka mantra tidak akan pernah dibatalkan. "Jika anda masih ingin mengunakan mulut ini untuk bicara maka dengarkan aku."