Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADAPTASI
Nyatanya daripada tanya ini itu tentang sekertaris pada Arsyad, lebih baik Sha belajar dari dokumen lama dan tablet khusus sekertaris, beserta googling. Sekarang yang membedakan orang belajar otodidak dengan belajar fornal adalah selembar ijazah, sedangkan mencari pengalaman bisa improvisasi sendiri by googling.
Setelah keluar dari ruangan Pak Danu, Sha menyalakan tablet khusus sekertaris. Ternyata di password, oke Sha akan tanya Pak Danu nanti Ia mulai membuka pc ..eh tetap sama di password, kesal dan jenuh mana di lorong ini hanya ada ruangan yang terisi laki-laki menyebalkan seperti Pak Danu dan Arsyad, ia memilih ke ruangan lama di mana ada Arman yang sudah lama menjadi asisten Bu Retno.
"Widih, Miss sekertaris nih," ledek Heni yang langsung menghamburkan pelukan pada mantan rekan kerjanya ini.
"Lebay deh, baru juga 40 menit berpisah," jawab Sha kesal. "Butuh Pak Arman nih," ucap Sha kemudian.
"Kenapa nyari saya?" tanya Pak Arman yang baru keluar dari toilet.
"Pak, minta tolong. Ajari aku menjadi sekertaris, aku dari tadi gak ngapa-ngapain, ditinggal di depan ruangan gitu aja. Belum lagi coba tanya Pak Danu, jawabannya apa coba Saya sibuk!" cerita Sha kepada Pak Arman dengan kesal. Rasanya memang senyaman ini bekerja dengan anak keuangan, bisa curhat dan ngomel sepuasnya. Anggota keuangan memang cerewet dan sedikit judes, baik laki maupun perempuannya. Wajar Sha baru 40 menit gak betah jadi sekertaris.
Pak Arman pun menjelaskan pengalamannya menjadi asisten Bu Retno, dari mulai cek jadwal, mengingatkan list pekerjaan yang harus dilakukan Bu Retno maupun rapat. Pak Arman juga menjelaskan cara memilah berkas yang harus ditanda tangani Bu Retno menggunakan sticky notes.
"Kurang lebih seperti itu sih," jelas Pak Arman pada akhirnya. Sha sudah mencatat di note ponselnya, ia sudah punya gambaran.
"Tinggal kamu tanya Pak Arsyad sih, kebutuhan yang harus ada apa. Karena setiap atasan punya karakter yang berbeda."
"Iya, mau gak mau aku harus tanya ke Pak Arsyad berarti ya," cicit Sha cemberut.
"Iyalah, dia bos kamu."
"Bos Pak Arman jug," balas Sha tak kalah sewot. "By the way, terimakasih Pak."
"Cuma makasih doang?" goda Pak Arman jahil.
"Tawarin makan siang bareng, Sha. Jomblo satu itu," sahut Diva jahil.
"Nanti deh kalau aku gajian, kalian aku traktir."
"Horeee," sorak Heni girang, mendengar gratisan langsung girang.
Sha pun pamit kembali ke ruangan barunya, gak enak juga kalau nanti dicari Pak Arsyad. Dan benar saja, baru keluar lift, Arsyad menyenderkan tubuhnya di meja kerja Sha. "Dari mana?" tanyanya lembut.
"Maaf, Pak. Saya dari devisi keuangan," jawab Sha sopan juga. Arsyad hanya mengangguk, dan mengajak Sha masuk ke ruangan.
"Tablet dan PC sekertaris masih di password, minta bantuan tim IT, kemudian silahkan konfirmasi jadwal meeting dengan relasi pada Pak Danu. Setelah makan siang, hubungi devisi desain dan produksi untuk meeting bersama saya. Mengerti?"
Sha mengangguk, ia tidak mencatat tapi merekam ucapan Arsyad di ponselnya. "Ada lagi, Pak?" tanya Sha sebelum undur diri.
"Untuk sementara tidak," jawab Arsyad. Saat ini, Sha tidak emosi berhadapan dengan Arsyad, karena bos ganteng itu cara penyampaiannya sangat tegas dan kesan profesional tampak. Tidak ada Arsyad julid, dan Sha nyaman akan hal ini. Beginilah yang ia mau, berinteraksi dengan Irsyad hanya sebatas bos dan karyawan, jangan melibatkan urusan SMA.
"Ouh ya, Sha! Bolehkah saya minta sesuatu?" pinta Arsyad sembari menatap Sha yang hendak beranjak pamit.
"Ouh silahkan, Pak!"
"Pertama, setiap pagi siapkan saya sarapan hasil olahan kamu, kedua selalu ada air putih di meja saya. Ketiga saya tidak suka dengan atasan kemeja kamu yang menurut saya terlalu ketat, keempat saya tidak suka kamu berbicara dengan lawan jenis terlalu lama apalagi sampai tertawa, paham?"
Sha terdiam sebentar lalu menggeleng, "Poin pertama hingga ketiga saya bisa terima. Tapi yang keempat, kayaknya terlalu privasi Pak. Pak Arsyad hanya sebatas bos saya, boleh mengatur dalam hal pekerjaan tapi tidak untuk kehidupan pribadi saya. Kayaknya juga gak ada hubungannya dengan Anda!" Sha mulai terpancing emosi.
"Ada!" jawab Arsyad tegas.
"Bisa dijelaskan apa hubungannya?" pinta Sha tak takut.
"Saya hanya menghindari kekacauan yang akan Irsyad lakukan di perusahaan ini. Sadarlah suamimu sangat pencemburu. Kalau kamu terlalu welcome dengan lawan jenis, bisa membuat Irsyad cemburu dan saya gak mau kejadian di SMA terjadi lagi. Sampai ada korban main tonjok segala," sindir Arsyad masih dendam dengan peristiwa itu.
Sha tersenyum, kesalahannya membatin Arsyad yang bisa profesional tadi, tapi tidak untuk sekarang. Sha kesal dan jengkel karena tetap saja peristiwa di SMA terungkit lagi.
"Kayaknya Pak Arsyad salah orang. Irsyad tidak akan melakukan itu lagi. Dia tidak akan mencampuri urusan saya, dan satu lagi bisa gak sih Pak Arsyad gak usah mengungkit masa SMA kita."
"Gak akan," jawab Arsyad tegas. "Karena peristiwa itu berbuntut panjang, dan saya yakin Irsyad tidak bilang sama kamu!"
Sha terdiam. Apa maksudnya? Bukannya setelah peristiwa itu sudah tidak ada kejadian aneh antara Irsyad dan Arsyad lagi, meski mereka tak pernah bertegur sapa.
"Bapak ini ngomong apa sih, tolong dong Pak jangan bawa nama Irsyad terus!"
"Kenapa? Kamu bosen kalau suamimu dijelekkan orang lain!" Arsyad masih menganggap Sha adalah istri seorang Irsyad.
Tak mau memperpanjang, Sha hanya menggelengkan kepala, tak mau menimpali dan langsung pamit keluar ruangan. Begitu duduk di meja kerja, Sha menangkupkan wajah ke meja kerja, menarik nafas berat, emosinya tidak akan bisa stabil kalau masih membawa nama Irsyad. Mencoba melupakan tapi tetap membekas, apalagi namanya terus diungkit, membuat Sha harus mengingat kenangan dengan mantan kembali.
"Ini!" tegur Pak Danu tiba-tiba. Sha hanya mendongak, dan kaget dengan kedatangan Pak Danu yang membawa beberapa kertas.
"Apa ini, Pak?"
"Kegiatan meeting milik Pak Arsyad, saya sudah membuka password dan PC itu, silahkan kamu kirim jadwal ini ke email Pak Arsyad, sudah saya chat alamat emailnya."
Sha mengangguk, "Terimakasih Pak Danu," ucap Sha lirih.
"Sama-sama, omongan Arsyad di luar pekerjaan jangan kamu ambil hati, harus bisa beradaptasi dengan kerja baru, dan karakternya Arsyad," ucap Pak Danu sambil melirik pintu ruangan Arsyad.
Sha diam tak menimpali, karena ia bingung juga kenapa bisa membahas Arsyad. "Dia hanya cari perhatian sama kamu, membuat kamu membencinya, yah tujuannya agar dia tidak mengharap kamu lagi."
"Silahkan kembali ke ruangan, biarkan Sha bekerja!" tegur Arsyad tiba-tiba, dia tidak mendengar apa yang diucapkan Danu, tapi dia gak suka kalau Sha terlibat pembicaraan dengan pria lain, dan pemandangan kedekatan Danu dan Sha tampak jelas dari jendela ruangan Arsyad.
"Siap, Pak. Saya hanya memberikan jadwal meeting Pak Arsyad pada Sha," ucap Danu sopan, padahal ingin sekali mencibir jangan terlalu posesif kali, Syad!
Arsyad mengangguk. "Kalau sudah selesai silahkan dikirim ke email saya," pinta Arsyad sebelum menutup pintu ruangannya.
"Baik," jawab Sha pasrah.
byk pelajaran hdp lho dimana wanita hrs kuat dlm kondisi apapun