Mayor Arsenio yang bertugas sebagai pasukan kontingen Garuda telah mengalami patah hati sebelum dirinya pergi satgas ke Lebanon. Sang tunangan tidak mau menunggunya dalam jangka waktu lima tahun, Mayor Arsenio sempat trauma untuk kembali menjalin kasih dengan seorang wanita.
Setelah lima tahun bertugas di Lebanon, sang Mayor kembali ke Indonesia dan dipertemukan dengan seorang wanita bernama Ainun. Ainun sendiri telah mengalami kehidupan yang pahit ketika suaminya ditembak mati secara misterius oleh seseorang yang tidak dikenal.
Ainun meminta bantuan Mayor Arsenio untuk mengusut tuntas kematian suaminya. Sang Mayor yang masih trauma dengan pengalaman masa lalunya, awalnya ragu-ragu untuk terlibat dalam kasus ini. Namun, setelah mengetahui Ainun dan kasus yang dialaminya, Mayor Arsenio mulai merasa tertarik dan ingin membantu.
mampukah Sang Mayor mengusut kasus ini?
akankah ia kembali menemukan cintanya bersama dengan Ainun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak menjadi guru mengaji
Sang Mayor kembali merasakan gugup saat dirinya bersama ibunya mencoba menghampiri Ainun dan juga Kayla.
"Assalamualaikum!" sapa Mayor Arsenio dan juga ibunya.
"Waalaikumsalam!" jawab Ainun dan juga Kayla secara serempak.
Kemudian Ainun mencium punggung tangan Bu Farida secara takzim di susul oleh Kayla. Melihat sikap dua wanita dihadapannya yang memiliki sopan dan santun, Bu Farida terlihat senang. Sedangkan terhadap Mayor Arsenio, sikap Ainun datar dan biasa saja berbeda dengan Kayla yang terlihat salah tingkah.
"Kalau boleh ibu tahu, siapa nama kalian? Barang kali nanti saat bertemu dijalan, saya bisa langsung menyapa kalian!" Bu Farida bersikap ramah, padahal Arsen sempat khawatir bahwa ibunya akan berbicara yang tidak-tidak.
"Nama saya Ainun Fatiya, Bu?" ucap Ainun
"Nama saya Kayla Adiba, Bu?" sambung Kayla sambil ekor matanya melirik ke arah Mayor Arsen.
'Oh, jadi namanya Ainun, nama yang cantik secantik yang punyanya!' ucap Arsen dalam hati.
Bu Farida sempat mengobrol cukup banyak dengan Ainun dan juga Kayla.
"Ainun ini pandai sekali memasak Bu, masak apa saja dia bisa, dan juga kalau sore, Ainun suka mengajar anak-anak kampung koneng mengaji!" ujar Kayla seraya mempromosikan Ainun, ia pun sadar diri bahwa tak ada yang bisa di banggakan pada dirinya sendiri.
"Kayla juga pintar memasak kok Bu, kalau tidak di bantu oleh Kayla, mana mungkin masakan ku bisa enak, betul begitu kay?" tanyanya seraya menatap sekilas Kayla.
Kayla sendiri sampai tersipu malu di buatnya.
Sedangkan Mayor Arsen, ia hanya menjadi pendengar setia tiga wanita yang sedang asik mengobrol.
'Dih kenapa mereka bertiga menjadi akrab begini? Aku malah jadi kambing conge!' batinnya kesal.
"Ainun, bisa tidak mengajar mengaji untuk putriku, namanya Aulia, dia baru masuk kelas satu SMU, semenjak sibuk dengan sekolah nya, Aulia sudah jarang sekali mengikuti acara mengaji rutin di mushola, kira-kira Ainun bisa tidak membantu ibu?" pintanya seraya memohon.
Ainun malah diam sejenak, ia tak menyangka bahwa Bu Farida memintanya untuk mengajarkan putrinya mengaji.
Kemudian Kayla malah menyenggol bahu Ainun.
"Ayo Nun terima saja, itung-itung ibadah!" Kayla malah berkata seperti itu.
Akhirnya Ainun memberikan jawaban."InshaAllah bisa Bu, tapi setelah magrib, karena setelah Ashar, saya mulai mengajar anak-anak mengaji di Musholanya kampung koneng!" jawabnya mantap
Bu Farida pun sangat senang sekali atas jawaban dari Ainun, apalagi Mayor Arsen, namum ia kembali teringat akan foto pernikahan Ainun, akhirnya ia kembali murung.
Lalu giliran Mayor Arsen yang berbicara, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
"Maaf Nun, apakah benda ini milikmu?" tanyanya sambil menunjukan dompet kecil berwarna ungu muda ke arahnya.
Ainun sampai menutup mulut karena kaget."Masha Allah, dari semalam Aku mencari benda ini!"
Kemudian Mayor Arsen segera memberikannya kepada Ainun, dan Ainun pun bergegas meraihnya, kemudian menempatkan dompet tersebut di atas dadanya, kepalanya langsung tertunduk.
'Sampai segitunya kamu Nun dengan dompet itu, atau tepatnya isi dompet yang di dalamnya adalah foto pernikahan mu, pasti kau begitu mencintai suamimu, sungguh beruntungnya pria itu!' batinnya merajuk.
'Syukurlah aku bisa menemukan dompet ini, aku kira hilang, hanya foto ini satu-satunya yang aku miliki saat aku bersama dengan mu, suamiku, Gus Firman...aku sangat merindukanmu.' batinnya lirih.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Selesai mengantarkan pesanan nasi Box ke Batalyon, Ainun mulai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Tubuhnya terasa sakit karena ia mulai kelelahan setelah memasak serta mengantarkan pesanan nasi uduk yang cukup banyak.
"Kamu tidur saja dulu Nun, nanti biar aku yang merapihkan rumah ini, lagian kakiku sudah rada mendingan, aku jadi tidak tega melihat mu kerja banting tulang seorang diri, tolong maafkan aku Nun." seketika Kayla berubah menjadi murung.
Kemudian Ainun memiringkan tubuhnya dan kepalanya bertumpu pada tangan kirinya yang mencoba menopangnya.
"Kamu ngomong apa sih Kay, sudahlah jangan lebay kaya gini, aku merasa tak terbebani, yang penting kamu bisa segera pulih kembali!" Perkataan dari Ainun sontak membuat Kayla kembali sumringah.
"Oh iya, mulai hari ini aku akan mengajar mengaji anaknya Bu Farida, Kay!" ucapnya lagi.
"Adiknya Mayor Arsen Ya?" tanyanya sampai mengulum senyum.
"Yaiyalah, siapa lagi coba!" jawabnya datar.
"Wah kamu beruntung bisa bertemu dengan si Mayor tampan itu, kalau kaki kananku sudah sembuh, boleh tidak aku ikut sama kamu Num, boleh ya... Plisss?" tanyanya sampai merengek dan mengatupkan kedua tangannya.
Melihat sikap Kayla yang seperti itu, Ainun hanya bisa menghela napasnya.
"Hemmm...terserah!" jawabnya dengan malas.
'Aku menjadi serba salah, ingin ku tolak tapi aku tidak bisa, mengingat Bu Farida merupakan sosok seorang ibu yang begitu baik dan lembut, dan tentunya beliau ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.' ucapnya dalam hati.
Selesai mengajar mengaji dan melaksanakan solat Magrib di Mushola Al-Mukmin milik warga kampung koneng, Ainun bersiap-siap pergi menuju rumah Bu Farida yang posisinya lumayan jauh.
"Nun, kamu hati-hati di jalan! Kesananya naik apa Nun?" tanyanya cemas.
"Kata Bu Farida sih nanti ada yang jemput, aku nunggu di depan halte saja Kay, tahu sendiri jalan ke arah rumahmu ini begitu sempit!" ujarnya sembari merapikan tas miliknya yang didalamnya terdapat beberapa buku pelajaran tentang ilmu tajwid.
"Yasudah Num, pokoknya setelah sampai kamu kabari aku ya!"
"Tenang saja Kay, aku tidak akan lupa kok!" jawabnya meyakinkan.
Akhirnya sambil mengucapkan kata Bismillah, Ainun siap melangkah pergi menuju Rumahnya Bu Farida.
Setibanya di halte depan gang kampung koneng, Ainun duduk sambil memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.
Sesekali ia melihat jam di tangannya, dan sudah lima belas menit lamanya ia menunggu di sana.
Tak lama, mobil sedan berwarna hitam metalik berhenti di bibir jalan dekat halte, Ainun sempat menoleh sejenak.
Kemudian Mobil tersebut menyalakan klaksonnya.
Tin!
Tin!
Tin!
Bunyi klakson sebanyak tiga kali membuat Ainun beranjak dari tempat duduknya, ainun sempat ragu jika mobil tersebut adalah mobil yang di perintahkan oleh Bu Farida untuk menjemputnya.
Perlahan ia mulai melangkah ke arah mobil tersebut, sambil menghela napasnya yang panjang, Ainun merasa sedikit gugup.
'Benarkah ini adalah mobil yang di kirim oleh Bu Farida untuk menjemput ku? Kenapa mobilnya terlihat mewah sekali?' batinnya ragu.
Akhirnya posisi Ainun saat ini tepat berada di samping mobil tersebut, ia berusaha melihat siapa orang yang berada di dalamnya.
Tak lama jendela kaca mobil terbuka secara perlahan, saat Ainun tahu siapa yang berada di dalamnya, ia sampai terbelah tak percaya dengan apa yang telah ia lihat.
"Kamu...!" ucap Ainun masih tak percaya.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Semangat terus kak othor 💪💪❤️