Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.
Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
Harley termenung sejenak, sementara Rava sudah hampir berhasil keluar dari pintu.
"Sial!!" Akhirnya Harley menekan harga dirinya dengan mengejar Rava, mengingat ayahnya menekannya untuk bisa melakukan kerja sama dengan Rava.
Mengingat dia sudah membuat ayahnya kesal, bisa saja ayahnya itu merubah surat wasiat dengan menyerahkan semua harta keluarganya pada adik perempuannya yang selama ini tinggal diluar negeri.
Harley mengambil napas dalam-dalam, sebelum akhirnya dia keluar dari ruang tamu kampus.
Dia berlari dan menghadang langkah kaki Rava dan Gricelin. "Pak Rava, saya secara pribadi meminta maaf."
Rava memandang Harley dengan tatapan penuh minat. "Pak Harley, apakah Anda meminta maaf dengan tulus?"
"Anda sudah membuat nyawa calon istri saya hampir menghilang, bahkan tadi berusaha memukul saya."
Ekspresi Harley berubah dingin setelah mendengar ucapan Rava.
Sementara Gricelin hanya bisa menunduk.
Tidak ada orang yang lebih paham sifat asli Harley dibandingkan dengan dirinya.
Harley memang memiliki wajah yang ramah, bahkan murah senyum dan kepribadiannya tenang.
Tapi hanya Gricelin yang tahu, tentang amarah Harley yang menyeramkan.
"Apa yang Anda inginkan, Pak Rava?" Tanya Harley tanpa berbasa-basi.
Dia sudah mulai kesal.
"Saya ingin melihat ketulusan Anda, karena sudah hampir dua Minggu ini Anda sering melakukan hal yang merugikan saya."
"Kedua adik kembar saya tentu butuh biaya untuk berobat ke rumah sakit."
Harley tersenyum miring, menganggap Rava begitu licik.
Tapi dia yang tidak memilki pilihan lain akhirnya setuju.
"Baik saya akan memberikan kompensasi untuk semua kerugian yang saya sebabkan."
Harley mengulurkan tangannya. "Apakah 5 Miliar cukup?"
Rava menjabat tangan Harley, "saya nggak ingin uang. Saya hanya ingin Pak Harley menandatangani surat perjanjian agar tidak menganggu Gricelin calon istri saya."
Senyuman diwajah Harley langsung lenyap. "Tapi Gricelin juga calon ... " Ucapannya terhenti, akhirnya dia teringat kalau sekarang dia dan Gricelin tidak ada hubungan.
Kedua sudut Rava semakin terangkat, "kalau pak Harley keberatan. Dengan berat hati saya menyampaikan, kita tidak perlu bekerja sama."
Harley akhirnya teringat, kalau Gricelin sangat mencintainya.
Dalam hatinya Harley berpikir, cepat atau lambat Gricelin pasti akan kembali padanya.
Dengan percaya diri dia berkata, "baiklah saya nggak masalah. Lagian saya juga sudah bertunangan dengan Diandra."
Harley memperhatikan raut wajah Gricelin, ada rasa puas saat melihat ekspresi wajah Gricelin sedikit berubah saat dirinya membicarakan nama Diandra.
Padahal ekspresi wajah Gricelin sedikit berubah bukan karena rasa cinta, melainkan Harley yang sudah mengakui hubungannya dengan Diandra didepan orang lain.
Padahal sebelumnya Harley berjanji akan menikahinya.
"Gricelin masih mencintaiku, dia hanya marah dan cemburu. Tak lama lagi, dia pasti memohon untuk kembali padaku!" kata Harley dalam hatinya dengan percaya diri.
Dalam hatinya, Harley percaya. Karena rasa cemburu, cinta Gricelin pasti akan semakin dalam untuknya.
Rava semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tahu Gricelin pasti akan merasa sakit hati karena ucapan Harley.
Rava selalu memakai logika, bertumbuh bersama bahkan sejak kecil selalu mendapatkan keistimewaan.
Hal itu pasti akan menumbuhkan rasa cinta dan ketertarikan dari Gricelin untuk Harley.
Dan rasa itu memang tidak mudah untuk dihilangkan.
Kedua orang itu pun sepakat dan berjabat tangan.
"Baiklah, ayo kita bahas kembali kerja sama kita!" titah Harley.
"Nanti saya akan menyusul ke ruang rapat, saya ingin mengantar Gricelin ke kelasnya terlebih dahulu."
Harley berusaha keras menyembunyikan amarah dan rasa kesalnya, dia pun menjawab, "baik pak Rava."
Rava mengangguk dan melenggang pergi.
Dari kejauhan, Harley memandang punggung Gricelin yang menjauh dengan kedua tangan terkepal.
Rava menarik tangan Gricelin, dan malah membawanya ke sebuah ruangan.
Kedua bola mata Gricelin membulat sempurna, bahkan dia berbicara dengan nada tergagap. "Tu-tuan ... "
Rava mengunci pintu, lalu mencium dan melumat bibir Gricelin dengan brutal.
Tangannya menelusup masuk ke dalam baju Gricelin.
"Ini adalah hukuman." bisik Rava, seraya melepaskan ciumannya.
Baju bagian atas Gricelin terbuka lebar, Rava yang tidak sabar memainkan ke bagian itu.
Akhirnya Gricelin Ingat, kalau sebelumnya dia salah bicara.
Karena memanggil Rava dengan panggilan Tuan, Rava pasti marah padanya.
"Saya minta maaf ... " Ucapan Gricelin terhenti, saat Rava kembali melumat dan mengigit bibir merahnya.
Jika sebelumnya ciuman panas itu hanya berdurasi 1-2 menit.
Sekarang sudah lebih dari 5 menit, Rava tidak berniat untuk melepaskan Gricelin.
Rava semakin ganas, bahkan hal itu membuat Gricelin kesulitan bernapas. "Ini adalah hukuman lagi! Karena memanggil ku dengan nama formal."
Rava melepaskan rok yang dikenakan oleh Gricelin.
"Aku membutuhkan seks saat aku marah, dan aku marah karena cemburu dengan Harley."
Gricelin ingin menjelaskan, tapi dia tergagap dan suaranya tidak jelas didengar.
Hal itu malah semakin membangkitkan hasrat Rava.
Suara Gricelin bagaikan sebuah harmoni keintiman yang sangat merdu di telinga Rava.
Wajah Gricelin semakin memerah, saat dirinya yang telanjang ditatap oleh Rava dari atas ke bawah.
"T ... " Gricelin sadar, kalau dirinya hampir salah bicara lagi. "Sayang, tapi sekarang kita berada di kampus."
Rava tidak memperdulikan, dia malah melepas celananya dan menggendong Gricelin.
Suara desahan Gricelin menggema diruangan kampus itu.
"Terus, berbicaralah yang kencang!"
Mereka berdua berada diruangan kosong itu sampai satu jam berlalu.
Saat keluar dari ruang kosong itu, Rivan dan Regan sudah berdiri diluar pintu.
"Aku nggak menyangka, kak Rava yang dulunya sok alim dan nggak mau dekat dengan wanita lain. Tapi bisa melakukannya di ruangan kampus seperti ini!" Teguran Regan membuat Gricelin malu.
Dia menunduk dalam-dalam, menyembunyikan rasa malu yang sekarang ini menghampiri dirinya.
Rava menatap kedua adik kembarnya dengan tatapan datar dan tidak berdaya.
Dia menarik bahu Gricelin, agar gadis itu tak berjarak darinya. "Karena dia bertemu mantan kekasihnya! Jadinya aku marah karena cemburu."
Jawaban Rava membuat kedua adik kembarnya tercengang.
Bagi mereka, Gricelin hanya gadis kuliahaan yang hanya memiliki paras cantik.
Tidak ada hal yang istimewa darinya.
Hanya modal cantik saja, tapi berhasil membuat kakak mereka yang memiliki segudang keungulan menjadi bucin.
Melihat tatapan aneh dari kedua adik kembarnya, Rava tahu apa yang ada dijalan pikiran mereka.
Tapi Rava memilih acuh, toh baginya Gricelin yang sangat istimewa dari apapun.
Dia juga mencintai Gricelin murni, apa adanya tanpa membutuhkan alasan.
Dia tahu, kedua adik kembarnya tipe orang yang suka bersenang-senang dan sulit jatuh cinta.
Bahkan mungkin saja selama ini mereka tidak pernah jatuh cinta.
Rava mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana rapat tadi?"
Rivan yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara. "Berjalan lancar, bahkan sebagai bukti ketulusan. Harley menambahkan satu persen sahamnya untuk Gricelin. Sehingga saham Gricelin menjadi yang tertinggi yaitu selisih 1 persen dibandingkan saham milik keluarga Gunawan."
"Apakah mungkin Harley melakukan semua ini agar dia tetap bisa bertemu dengan Gricelin? Mengingat sebagai pemilik saham terbesar, Gricelin harus selalu datang ke rapat pemegang saham," tebak Regan.
Sementara Gricelin yang tidak begitu mengerti tentang bisnis, tidak tahu arah pembicaraan mereka bertiga.
Kuliah saja masih semester tiga.
"Harley adalah cucu pendiri Universitas Utara. Dia pasti akan selalu terlibat dengan ... "