NovelToon NovelToon
ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Fantasi Wanita / Transmigrasi Copyman
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.

Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.

Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18

“Ah…. Ini sangat melelahkan” Annalise memutar bahunya berjalan keluar dari perpustakaan.

“Lisy” Ester menunggu di depan perpustakaan menyapa Annalise.

Mereka berdua berjalan di lorong istana menuju tempat berendam wanita, mengganti pakaian mereka berendam di kolam air panas beberapa pelayan wanita datang membawa sebotol wine dan menuangkannya untuk Annalise serta Ester kemudian memijat keduanya.

“Terdapat kabar menarik untuk mu” Ester berbicara sambil memakan anggur di tanganya.

“Katakan” Annalise memutar gelas wine di tanganya.

“Ku dengar Calix telah memutuskan pertunangannya dengan Catherine” Ester memandang Annalise dengan penasaran terhadap reaksinya.

“Sungguh?” Annalise terkejut dan tersenyum puas mendengar kabar ini.

“Ya, bawahan ku berbicara dengan Calix yang mabuk di bar kemarin” Ester dengan bangga menjelaskan.

“Ini merupakan ku kabar yang tunggu”

“Namun tetap saja aku tidak menerima hukuman ini!” Annalise kesal karena dirinya mendapatkan hukuman untuk menyalin beberapa buku dalam waktu sepekan.

“Sayangnya mereka saat ini mungkin sedang bergembira merayakan ulang tahun gadis rendahan itu” Ester meminum wine.

“Cikh… mereka bersenang-senang di atas penderitaan ku”

“Bagaimana dengan Calix?” tanya Annalise.

“Ku dengar ia mendapatkan hukuman tidak bertugas selama sepekan dan gajinya akan di kurangi selama tiga bulan ke depan” Ester menjelaskan rincian hukuman Calix.

“Sangat di sayangkan”

“Hey!! Apa kau tidak memperhatikan tangan mu” Annalise memarahi pelayan yang memijatnya terlalu kuat.

“Maafkan saya, Lady” pelayan itu segera meinta maaf.

“Keluarlah” Annalise dengan malas mengusir pelayan itu, ia dan Ester membicarakan beberapa hal di kolam pemandian.

......................

Setelah merayakan ulang tahun di atas bukit, Penelope dan teman-temanya memutuskan untuk makan malam bersama di balkon rumah Catherine tanpa Tuan Laurent.

Langit malam yang indah dengan bintang musim semi, percikan api terlihat di balkon Davian memanggang daging untuk semua orang. Odelia serta Penelope duduk dekat meja bundar menikmati the hangat di tangan mereka.

“Lihat ini….” Jamie dengan semangat meletakan drum bir berukuran sedang di tengah meja.

“Jangan merepotkan ku kembali, Jamie” Adrian meletakan salad serta piring-piring di meja.

“Apa maksud mu” Jamie memulai dengan meminum segelas bir dengan riang.

Ael membawa kentang rebus dan menyajikan bersama salad pada piring-piring di atas meja.

“Steak telah siap…” Davian meletakan potongan besar daging sapi di tengah meja dan memotongnya untuk setiap orang dan segelas bir untuk semua orang kecuali Jamie.

“Wah… ini sangat menggoda” Penelope segera duduk di ikuti Odelia.

Semua orang mulai menikmati makan malam mereka bersama dengan segelas bir, Odelia memperhatikan teman-temanya yang meminum bir di gelas mereka dengan santai.

Memandang gelas yang terisi penuh ini merupakan pertama kalinya Odelia melihat bir.

“Kalian pasti akan sibuk di festival nanti” Penelope menikmati gelas kedua birnya.

“Tentu saja, terlebih lagi kami akan kedatangan anggota dewan kerajaan kali ini” Davian menjelaskan sembari memakan steak.

“Selain itu, kami akan mengawal para petani dalam pemetikkan bunga”

“Membantu menghiasi patung dan alun-alun kota”

“Serta mengatur banyak hal selama festival, membayangkannya saja sudah membuat ku lelah” dia kembali meminum bir di tanganya.

Semua tertawa mendengar hal itu, namun Odelia belum menyentuh bir di gelasnya.

“Bagaimana dengan persiapan Tuan Laurent?” Davian bertanya.

“Tuan Laurent belum merencakan apapun untuk festival kali ini, mungkin esok atau lusa kita akan membahasnya” Penelope kembali dengan segelas penus bir di tanganya.

“Ekhuuuu, semoga Tuan Laurent tidak membuat roti dengan isian aneh lagi”

“Bayangankan aku pernah memakan roti dengan isian gurita dan cabai saat itu” Jamie mengingat pengalaman memakan roti yang tidak biasa, semua kembali tertawa dengan cerita Jamie.

Ael memperhatikan Odelia yang belum meminum birnya.

“Ahh.. ku harap terdapat musik di sini..” Jamie merasa bosan dan meletakan kepalanya di atas meja.

Ael mengeluarkan recordernya, memainkan sebuah melodi menarik perhatian teman-temanya.

“Cath, kita boleh menggunakan gitar ayah mu?” Penelope bertanya pada Odelia.

“Tentu saja” Odelia tersenyum pada Penelope, ia segera pergi mengambil gitar ayah Catherine.

Kembali dengan gitar di tanganya, Adrian mengambil gita itu memainkan bersama Ael sebuah lagu dansa. Odelia melihat itu, walaupun ia tidak mengetahui ayah Catherine dapat memainkan alat musik ini ia berharap Catherine dapat bahagia jika melihat gitar ayahnya di gunakan oleh teman-teman yang menyayanginya.

Alunan musik dansa mengubah suasana malam itu, Penelope menarik tangan Odelia untuk menari denganya bersama Davian dan Jamie. Mereka menari bersama tertawa dengan gembira di bawah langit malam dan kehangatan api di pembakaran.

Calix melihat cahaya hangat dan tawa di balkon rumah Catherine, menatap dengan kesal kembali berjalan menuju bar.

Setelah lelah menari, Odelia melihat bir gelasnya ia pun meminum bir itu.

Menghabiskan bir di gelasnya Odelia merasa ini merupakan minuman yang unik, sembari mendengarkan teman-temanya bercerita satu sama lain tanpa di duga Odelia telah berulang kali mengisi bir di gelasnya hingga wajahnya memerah.

Odelia bangkit dari tempat duduknya ingin mengisi kembali bir di gelasnya, sebuah tangan menahan gelasnya. Ael menahan gelas Odelia kerena ia telah banyak meminum bir.

Menatap kesal dan berusaha menarik gelas, namun Ael tidak membiarkannya untuk mengisi kembali gelasnya. Odelia yang telah mabuk merasa kesal, duduk di kursinya secara tiba-tiba menyilangkan kedua tanganya ia mengembungkan pipinya menatap tajam pada Ael.

Semua orang terkejut dengan tindakan Odelia.

“Catherine, seperti ini ketika ia mabuk?” tanya Davian pada Adrian.

“Ini merupakan pertama kalinya kami minum bersama” Adrian meminum bir di gelasnya.

“Berhentilah minum, kau sudah terlihat mabuk” Davian melirik Adrian di sampingnya.

Odelia melihat gelas bir di tangan Jamie, segera mengambil dan meminumnya sekali tegukan, Ael ingin mengambil gelas di tangan Odelia namun ia tidak melepaskannya hingga kedua tarik menarik. Odelia yang kesal membenturkan dahinya pada Ael yang sedikit menunduk.

Ael yang tidak siap dengan tindakan Odelia, ia pun terjatuh dengan dahi yang memerah menatap tidak percaya pada Odelia. Adrian segera membantunya sementara Davian tertawa ringan melihat ini.

Odelia kembali mengisi gelas di tanganya, sementara Penelope sudah tertidur karena mabuk di meja. Jamie terbangun mendengar keributan.

“Lihat wajah ku ini….” Jamie bangkit dan berteriak.

“Lihat wajah ku ini terdapat luka oleh kucing itu” dengan mabuk mulai mengeluh, berjalan menuju Odelia dan memeluk Odelia.

“Cath.. mengapa kamu tidak menolong ku saat itu” Jamie dengan manja bersandar di pundak Odelia.

“Heyyyyyyy apa yang kau lakukan” Adrian segera bangkit memisahkan Odelia dari pelukan Jamie.

“Lihat itu Cath…”

“Ian selalu menindas ku sama saat mengobati luka di wajah ku, menyiram air dingin pada ku” Jamie mengelap wajah dan mulai menangis.

“Apa ingin aku lakukan untuk mu?” Odelia kembali duduk melirik Jamie yang menangis memeluk kedua kakinya.

“Sungguh?” Jamie mantap Odelia dengan harapan, Odelia mengangguk.

“Salah satu dari kita harus menghentikannya” Ael berbicara pada Davian tengah meminum birnya dan Adrian baru saja kembali duduk di samping Ael.

“Kamu tidak boleh melanggar janji mu” Jamie berjalan menuju Odelia.

“Aku berjanji” Odelia bangkit dan meletakan tangan di dadanya menatap mata indah Jamie.

“Cium aku di sini” Jamie menunjuk pipinya pada Odelia.

Ketiga temanya terkejut terutama Adrian, ketiganya menatap Odelia dengan gugup.

Odelia menatap Jamie berjinjit dan mengecup wajahnya dengan cepat.

Jamie terkejut tidak percaya dengan kecupan di wajahnya, ketiga temanya ikut terkejut terhadap Odelia Adrian segera berdiri.

Jamie menatap Odelia dengan wajah merahnya, membuka lebar kedua tanganya memeluk Odelia seketika dan mencium bibir Odelia.

“Heyyyyyy lepaskan!!!” Adrian berteriak pada Jamie, Davian segera menahan tubuh Adrian dari belakang dengan kedua tanganya.

Ael dengan gerakan cepat menarik Odelia dari pelukan dan ciuman Jamie membutanya merasa kehilangan. Memeluk Odelia dengan satu tanganya dengan tangan yang lain menahan kepala Jamie yang mencoba mendekati Odelia.

Odelia dengan gerakan lembut memeluk tubuh Ael dan bersandar padanya, Ael memeluk lebih erat Odelia dan tersenyum bangga pada Jamie dan Adrian.

“Apa kau gila, lepaskan tangan mu darinya!” Adrian kembali berteriak.

Davian menatap tidak percaya dengan tindakan Ael, melihat Penelope yang mabuk tertidur di meja, Adrian yang menjadi gila di tanganya serta Jamie berusaha meraih Odelia.

Davian mengambil keputusan cepat memukul leher Adrian membuatnya tak sadarkan diri.

“Antarkan ia istirahat di kamarnya” menarik tubuh Adrian untuk bersandar di dinding sembari meminta Ael membawa Odelia pergi.

“Tidakkkkkkkkk! Jangan membawanya pergi” mendengar perkataan Davian, Jamie melompat dan memeluk kaki Ael.

Davian segera membuatnya tak sadarkan diri sama seperti Adrian, Ael segera menggendong Odelia membawanya menuju kamarnya. Davian membangunkan Penelope namun ia tetap tertidur, Davian pun menggendong Penelope menuju kamarnya.

Setelah keduanya menutup pintu kamar dua wanita mabuk melihat ke kacauan di balkon Davian menghela napas menepuk pundak Ael.

“Ayo kita selesaikan dengan cepat dan istirahat di lantai satu” Davian memulai dengan merapihkan meja di ikuti Ael.

...----------------...

1
Jovanka
Apakah sesungguhnya Ael pangeran dari negeri tetangga?? suka gemes dgn interaksi odelia dan Ael 😁
Tilia: /Doge/ hehehe /Chuckle/
total 1 replies
Diane J
✨✨
Tilia: ,,❣️❣️❣️
total 1 replies
Jovanka
semangatt !!!
Tilia: Semangat ✨✨✨
Terimakasih kak ,❣️
total 1 replies
Dayra Malay
Bingung harus ngapain tanpa cerita ini setiap malam 😔
Tilia: Di tunggu ya kak 😊
update secepatnya 🚀
total 1 replies
Bridget
Kisahnya bikin aku lebih semangat menghadapi hidup!❤️
Tilia: Makasih Kak /Heart/
Semangat terus 💪🏻....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!