NovelToon NovelToon
Kacang Ijo

Kacang Ijo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:273.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chika cha

Cover by me

Moza Reffilia Abraham—fotografer berparas bidadari, jatuh hati sejak pandangan pertama. Abrizam Putra Bimantara—tentara teguh yang baru menyandang pangkat Kapten, justru mengunci rapat hatinya.

Pernikahan mereka lahir dari perjodohan, bukan pilihan. Abri menolak, dibayangi luka lama—pernah ditinggal kekasih saat bertugas di perbatasan. Ia takut jatuh cinta, takut kehilangan untuk kedua kalinya.

Namun kisah ini tak semudah itu.
Sosok dari masa lalu kembali hadir—seorang bawahan di kesatuan yang sejak dulu hingga sekarang menjadi pesaing dalam cinta, mengaduk luka lama dan membangkitkan kegelisahan yang nyaris tak tertahan.

Di antara tugas negara dan gejolak rasa, sang Kapten harus memilih membuka hati, atau kembali kehilangan.


Lanjut baca langsung ya disini ya👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertaruh pada Takdir

Seperti yang diminta mamanya kemarin, Abri akhirnya benar-benar pulang malam itu. Setelah dua bulan tak menjejakkan kaki di rumah, ia berdiri di depan kediaman megah orangtuanya. Helm dilepas, napas ditarik dalam, sebelum akhirnya mengucap salam.

"Inget pulang bang?"

Sambutan pertama yang ia dapatkan setelah mengucapkan salam adalah pertanyaan sang mama yang terlihat sedang menyiapkan makan malam namun tak di jawab Abri sama sekali.

"Sudah mutungmu?" Kali ini pertanyaan dari sang papa yang terkesan datar tengah menonton berita di ruang keluarga masih mengenakan sarung khas bapak-bapak sepertinya baru pulang dari masjid.

"Abang gak mutung," sanggah Abri, meski malas membantah.

"Terus?" tanya papa lagi.

Abri tak menjawab, ia melangkah ke dapur, membuka kulkas, mengambil sebotol air dingin, dan langsung meneguknya. Sikapnya diam, tapi tak tenang.

Jujur ya, Abri yang seperti ini lebih-lebih Argan, Argan itu luarnya aja terlihat datar, dingin dan cuek bebek tapi ia memiliki hati yang hangat ketika bersama keluarganya. Sedangkan Abri ini dari luar ia memang ramah, humble, murah senyum, penyayang, dan hangat. Tapi jika ada hal yang tak sesuai keinginannya, ia bisa lebih dingin dari salju, bahkan terhadap keluarganya sendiri. Itulah Abri—kalau hatinya menolak, seluruh tubuhnya ikut bicara.

Nada dan Saga saling pandang, lalu menghela napas bersamaan.

"Jadi gimana bang?" tanya Nada hati-hati.

"Gimana apanya, Ma?"

"Perjodohan itu? Kenapa tiba tiba Abang bisa berubah pikiran?"

"Ya, bisa aja." Jawabnya malas, sambil mengambil buah jeruk dari kulkas.

"Penyebabnya?" desak Nada.

Abri duduk di meja makan membuka kulit jeruk itu "karena mama mau Abri nikahkan, papa juga." Jawabnya tak semangat, ia bahkan tak menatap papa dan mamanya saat berbicara. Sepertinya ia benar-benar ngambek karena di paksa menikah.

Nada dan Saga saling pandang lagi, kali ini dengan wajah lebih serius.

"Jadi kapan rencananya pertemuan keluarga di lakukan?" tanya Saga, menoleh ke istrinya.

"Dua hari lagi mas. Bu Abraham mengaturnya lusa untuk kita melakukan pertemuan keluarga." jawab Nada.

Saga mengangguk. "Gimana bang?" Tanya papa Saga beralih pada sang putra.

"Terserah Papa Mama aja." jawab Abri pasrah, Abri bangkit. "Abang naik ke atas."

"Gak makan dulu?"

"Gak, Abang masih kenyang,"

Tanpa menunggu balasan, Abri melangkah ke kamarnya. Setibanya di atas, ia langsung masuk kamar mandi. Seragam dinasnya masih menempel di tubuh. Bahkan sejak keluar dari kesatuan, ia belum sempat membersihkan diri.

Air dari shower langsung membasahi tubuh tegap bak gapura kabupaten itu, Abri mendongakkan kepalanya menyapu air yang membasahi kepalanya lebih dulu menggunakan sebalah tangan dengan matanya memejam menikmati dan berharap air dingin yang mengguyur tubuhnya itu juga dapat mendinginkan pikirannya, berharap air itu bisa ikut membasuh amarah dan resah di dalam pikirannya.

Ia tak ingin perjodohan ini. Tapi ia sadar, yang dihadapinya bukan hanya dua orang tua biasa, tapi juga seorang jenderal bintang lima yang bisa saja membuangnya ke sarang buaya karena itu lebih manakutkan dari sarang mafia.

Wajah Moza tiba-tiba terlintas di benaknya. Abri akui, gadis itu memang cantik. Bahkan terlalu cantik. Siapa lelaki yang tak terpikat? Tapi pernikahan bukan soal wajah. Apalagi saat hati Abri sedang tak berbentuk. Yang ia takutkan bukan pernikahannya. Tapi rasa.

Ia takut jatuh cinta lagi. Takut ketika rasa itu tumbuh terlalu dalam, terlalu kuat, lalu ditinggalkan begitu saja—seperti dulu.

Abri takut!

"Aku bodoh ya ran? Kamu buat aku sesakit ini pun aku masih gak bisa hapus kamu dari sana. Kenapa harus buat aku jatuh terlalu dalam kalau kamu cuma mau berpaling? Udah lima tahun ran, udah lima tahun. Tapi kenapa kamu masih gak mau pergi dari sana."

Tangannya mengepal. Satu tinju mendarat di tembok kamar mandi. Dentumannya keras, menggema, sebanding dengan sakit di dadanya.

Abri menyudahi mandinya. Berjalan ke balkon membawa ponselnya dan mengetikkan nama seseorang di sana. Sepertinya ia harus bercerita dengan seseorang agar tenang.

Argan.

Adiknya.

"Hm, apaan?" Suara berat dan serak langsung terdengar dari seberang. Jelas tidurnya terganggu karena panggilan dari Abri.

"Salam kek dek," sahut Abri pelan. Ia tau jika berbicara dengan si kulkas ini pikirannya agak sedikit tenang dan terbuka. Keduanya memang kakak beradik yang cukup dekat, bahkan akan saling berbagi curhatan ketika mereka mempunyai sesuatu yang menganggu pikiran masing-masing. Jika dengan Aidan keduanya tidak begitu karena tau sendiri mulut si bungsu itu seperti petasan banting yang tak bisa di pancing sedikit bisa meledak kapan Saja. Bisa bisa yang seharusnya jadi rahasia negara malah jadi go public hanya karena mulut Aidan yang remnya kelewat blong.

Argan terdengar berdecak di sebrang sana karena tidurnya terganggu "Gak tau waktu banget! Jam dua malam loh ini! ada masalah apa?" Tak mengindahkan apa yang di katakan kakaknya Argan malah sudah tau apa tujuan Abri menghubunginya lewat panggilan internasional yang cukup menguras kantong. Bener-bener buang-buang duit Abri ini.

Abri terkekeh "hapal banget."

"Bau masalah Abang aja kecium sampai sini."

Abri tertawa, pahit.

"Semenyengat itu ya gan masalah abang?" Ia tersenyum miris.

"Buruan, gue masih ngantuk!" Argan mengalihkan. Ia ingin segera lanjut tidur lagi.

Abri menyisir rambutnya dengan jari kebelakang lalu membalik tubuhnya untuk bersandar di pembatas balkon. Abri menarik napas. "Abang di jodohkan."

Argan tidak terkejut sama sekali "Sama cewek mana lagi?"

"Masih sama."

"Bukannya Lo tolak?"

Abri menengadahkan kepalanya menatap langit "iya, itu kan dua bulan yang lewat."

"Terus?"

"Dan kemarin Abang berubah pikiran, Abang terima perjodohan itu."

"Mama yang maksa?"

Abri menggelengkan kepalanya meski tak terlihat "Enggak. Tapi bapaknya yang maksa. Jenderal itu."

"Dan lo bilang iya karena dipaksa?"

"Kurang lebih."

Argan mendengus. "Drama banget hidup Lo bang."

Tawa Abri meledak lagi. Ia membenarkan. Hidupnya memang penuh drama sejak kenal yang namanya cinta. Cinta mati, ditinggal nikah, gagal move on lima tahun, lalu dijodohkan dengan gadis cantik yang beberapa kali muncul dalam hidupnya. Betul-betul sinetron.

"Curhatan Lo kali ini salah alamat."

"Salah alamat?"

"Harusnya curhat ke Tuhan, bukan ke gue."

Abri terdiam. Ia lupa.

Terdengar helaan nafas panjang dari Argan yang mengisyaratkan bahwa akan ada kalimat panjang yang menguras energinya kali ini dan Abri siap untuk mendengarnya.

Terdengar suara grasak-grusuk sebelum Argan memberi pencerahan pada kakaknya yang kehilangan arah dan tujuan hidup itu. "Saran gue bang, Lo harus lupain dia. Dia aja udah hidup bahagia di luar sana dan bahkan dia gak tau Lo masih hidup dan bernafas di bumi sampai gagal move on bertahun tahun gini. Sadar bang, dunia Lo itu luas, bukan cuma mau mikirin dia doang, bukan juga isinya cuma dia. Siapa tau perjodohan ini itu jalan buat Lo lupain dia. Gak ada salahnya buat coba lapang dada kan?"

Abri mengangguk pelan. Diam, mencerna, dan menunggu karena tau kalau Argan sudah memberikan pencerahan tak akan cukup satu paragraf.

"Jangan buat hidup Lo menyedihkan bang dengan menggalaui istri orang begini. Lo ganteng, Lo mapan, semua yang di mau perempuan ada di Lo. Dan bahkan tuhan langsung sediakan perempuan tanpa Lo susah susah harus cari kesana kemari. Jadi manfaatkan apa yang ada. Manfaatkan dengan baik apa yang udah di kasih yang maha kuasa. Mungkin awalnya susah buat coba. Tapi kalau Lo gak niat buat lupain dia sama aja. Sampai gue punya cucu juga Lo gak akan nikah-nikah. Jadi coba buka lembaran baru bang. Tutup buku Lo yang udah usang, yang bahkan Nggak ada satu kalimat pun yang perlu diulang dari sana."

Abri diam sampai akhir, sesekali kepalanya mengangguk membenarkan apa yang di katakan adiknya lalu berakhir dengan tersenyum senang karena setidaknya pikirannya kini tenang dan di penuhi hal positif yanga di katakan adiknya barusan.

Dia antara mereka bertiga cuma Argan yang bijak sendiri. Ya, walaupun kadang dia itu cuek bebek kalau di ajak ngomong. Tapi kalau dia di butuhkan menjadi tempat keluh kesah pasti ia akan memberikan saran yang membuat otak siapapun terbuka. Ya, seperti Abri ini.

"Perkataanmu nggak ada yang salah."

Argan balas menggumam saja karena masih mengantuk "Dah lah, gue mau tidur Lo ganggu! Inget omongan gue. Assalamualaikum." Dan akhirnya ia mengakhirinya setelah tenaganya terkuras habis untuk menasehati kakaknya.

"Waalaikumsalam."

Setelah itu Abri diam melamun cukup lama di balkon dengan angin yang menerpa kulit tubuhnya yang tak mengenakan atasan itu. Ucapan Argan berputar-putar di benaknya.

Apa dia benar-benar harus mencobanya?

Apa dia benar-benar harus membuka lembaran baru seperti yang Argan katakan?

Tak ada salahnya.

Ia hanya takut. Takut salah lagi. Takut luka lama terulang. Tapi… bukankah tak ada hal baik yang datang tanpa risiko?

Matanya memejam cukup lama sambil berusaha membuang pikiran-pikiran negatif yang seliweran di kepalanya.

"Coba bri, coba. Hal yang sama gak akan terjadi untuk kedua kalinya."

Abri membuka mata. Menatap ke langit.

Dan seperti yang Argan katakan mungkin perjodohan ini itu adalah jalan untuk ia bisa melupakan mantan kekasihnya.

"Ya, gak ada salahnya mencoba."

1
Peni Sayekti
kasian juga Rania. tp pelajaran bwt dia. coba dia terus terang ke abri,pasti bisa dicari solusinya
💗 AR Althafunisa 💗
Nga nyangka ya, berakhir seperti itu 😮‍💨
Tysa Nuarista
bener juga kata abri. KLO Rania bukan mantannya abri mungkin GK akan keseret dlm masalah ini.
tp juga bukan sepenuhnya salah abri. . .
kn yg jdi incaran jendral Hamzah...
penjahatnya aja yg bikin mereka semua terlibat.
semoga kedepannya mereka ber 3 dpt hidup jauh lebih baik...
Aan Azzam
kereeeeeenn.......
dalam banget Thor 👍🏻👍🏻👍🏻
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍
Aan_erje
makasih thor..ttap semangat y utk up cerita nya😍
iniRila
ikut iba juga sama nasib si rania,sedih thorrr🥺
Anonymous
??
Elizabeth Zulfa
kan tdi pas udah selesai pengajuan ktnya disuruh mmpir krmh berlian dwika kok jdi lngsung pulang krmh Abraham toh
💗 AR Althafunisa 💗
Satu sisi mengerti karna untuk menyelamatkan anaknya, tapi kenapa ga kasih tahu aja ke Abri. Hehe .. ga semudah itu ya, kasihan sih kalau karna alasan anak berakhir penjara 😌 tapi pas bagian ulahnya itu jadi geram tapi kalau ingat anaknya, ah... taulah 😆 Lanjut ka 🙏🥰
Elizabeth Zulfa
🤣🤣🤣🤣 mertua edaaaaann
Elizabeth Zulfa
za ampuuuuunnn seaaaaannnnnnnn.. gak bs brhenti ngakak aq pagi2 🤣🤣🤣🤣
Chika cha
tumben nggak semak🤔
Tysa Nuarista
nunggu dari kemarin kak .... kangen mereka....
Aan Azzam
lanjuuuuuutttt....
Elizabeth Zulfa
eh... siapa zg ketembak itu
Arieee
🥰🥰🥰🥰🥰🥰Moza u bisa bangkit 💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪
Elizabeth Zulfa
Sean lucu bingiiiittsss...
Aan_erje
1 vote,tonton iklan dan bunga untuk moza😍
Aan_erje: masama
Chika cha: makasih kakak🥰
total 2 replies
Elizabeth Zulfa
suka nih Sama cerita2 zg ada bocil kematiannya gini...ceritanya jdi gak ngebosenin krna bs ngakak terus🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!