"kenapa kamu setujui mereka angkat rahim aku?" teriak Nindi pada Juna sang suami. Nindi telah menikah dengan idola tampan, yang merupakan aktor terkenal. Ia harus menghadapi kenyataan pahit saat rahimnya di angkat. "Punya rahim ataupun tidak. Kamu tetap istriku" kata Juna. Itu hanya kata-kata penenang yang akhirnya hilang bersamaan tuntutan cucu dari keluarga besarnya. Punya istri simpanan atau jujur menikah untuk yang kedua kalinya adalah pilihan yang harus Juna ambil. Tapi dari kedua pilihan tersebut sama sekali tidak ada yang menguntungkan untuk Nindi. Jadi apakah yang harus juna lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di khianati
Sudah seminggu Juna pergi, Nindi tak berniat membahas tentang akun ganda WhatsApp suaminya. Ia lebih memilih diam dan menahan sakitnya sendiri.
Belakangan ini tak berbeda dengan hari sebelumnya, Juna masih sibuk dengan pekerjaannya.
Hari ini Nindi berkunjung kerumah Eva, perawat yang merupakan rekan kerjanya di klinik.
Nindi tidak datang sendiri, ia datang bersama dengan 2 orang temannya yang juga bekerja di klinik.
Eva katanya memasak bakso jadi dia mengundang Nindi dan yang lainya untuk mencicipi langsung di rumahnya.
Juna : jangan tunggu Mas, mas gak pulang malam ini.
Itu pesan singkat Juna pada Nindi, Nindi menatap pesan itu sesaat kemudian menutup pesan itu dan menyimpan hp nya, dia sama sekali tidak tertarik membalas pesan itu.
"Coba bakso telurnya dok" kata Eva membuyarkan lamunannya.
"Ya Va, enak. aku gak pandai bikin bakso" kata Nindi.
"Awalnya Eva juga gak bisa dok, tapi ini karena udah sering bikin" kata Eva.
Nindi pulang dari rumah eva menjelang malam, ia pulang naik taksi online. Ia membuka lagi pesan Juna yang belum dibalasnya tadi, tapi saat ingin membalas pesan itu di melihat mobil milik Juna baru saja berhenti di depan sebuah rumah.
Nindi sangat yakin kalau itu mobil Juna karena Nindi ingat betul plat seri mobil hitam itu.
"Pak saya berhenti disini" pinta Nindi setelah melewati mobil Juna yang berhenti.
Sebelum Nindi turun dapat dia lihat Juna turun dari mobil hitamnya. Nindy sangat yakin itu adalah Juna.
Begitu Juna masuk kerumah itu Nindi turun dari kendaraannya juga.
Meski dengan sangat ragu, Nindi berjalan mendekat kearah rumah itu, memang benar itu mobil Juna dengan plat seri B 453 TN.
Rumah didepannya adalah rumah minimalis tipe 95 yang lumayan besar. Nindi melangkah masuk dengan langkah kaki ragu menuju pintu.
"Tok...tok.."Nindi mengetuk pintu rumah itu, menunggu seseorang dalam diam.
"Tok..tok.." Nindi kembali mengetuk pintu rumah itu. Selang tak berapa lama ia mendengar seseorang bilang "sebentar"
Kemudian pintu coklat itu terbuka, seorang perempuan muncul dari balik pintu, ia berambut sebahu dengan wajah ayu dan perut membuncit.
Nindi sangat kaget melihat sang pemilik rumah, begitu juga dengan pemilik rumah yang juga kaget dengan kehadiran tamu tak di undangnya.
"Tiara" sapa Nindi dengan suara bergetar.
"Nin" Tiara tak tau harus berkata apa.
"Siapa yank?" kata seorang pria berjalan menyusul Tiara
Jantung Nindi terasa melompat keluar, air matanya jatuh tanpa ia sadari.
"Kenapa mas Juna disini?" tanyanya dengan Suara bergetar.
"Nin, kenapa kamu disini?" tanya Juna
" Aku yang duluan bertanya mas, kenapa mas dan Tiara ada disini?" tanya Nindi mulai terisak.
"Kalian ada hubungan apa?" tanya Nindi lagi
"Nin" Juna mencoba mendekati Nindi.
"Jangan sentuh aku, aku hanya butuh penjelasan" pinta Nindi.
"Nin, kita masuk dulu ya. Biar di jelaskan didalam" ajak Tiara
Nindi menggeleng, air matanya sudah jatuh dan membasahi wajahnya.
"Gak. Aku hanya pingin dengar jawaban dari kalian, apa kalian mengkhianati aku" tanya Nindi.
"Nin" Tiara mencoba menyentuh Nindi dan di tepis dengan kasar oleh Nindi.
"Aku bilang jangan sentuh aku" teriak Nindi.
Tiara cukup shock dengan apa yang terjadi, ia memegangi perutnya kemudian mundur beberapa langkah.
"Kamu gak apa-apa" tanya Juna ternotifikasi dengan sikap Tiara
"Perutnya terasa kram" ringis Tiara
"Kamu masuk kedalam kamar dan istirahat, Nindi... Kita bicara di rumah ya. Kamu pulang dulu" pinta Juna merangkul Tiara masuk kedalam rumah dan meninggalkan Nindi sendiri.
Nindi menepuk dadanya yang terasa sangat sakit, sebenarnya siapa yang salah sekarang. Kenapa dia diabaikan begitu saja.
Nindi terus menepuk dadanya, menangis sesenggukan. Nindi masih berdiri di tempatnya tadi, hujan mulai turun, malam mulai datang.
Kaki Nindi melangkah lemah menyusuri genangan air karena hujan, tubuhnya sudah basah semua, ia seperti mayat hidup saat ini, berjalan tanpa peduli apapun yang terjadi, ia memeluk tubuhnya sendiri. Wajahnya mulai pucat karena kedinginan.
"Mbak" panggil seseorang dari tas motor, berhenti di dekat Nindi dan langsung memeluk tubuh Nindi.
Tama merasakan tubuh Nindi gemetar, Tama memeluk tubuh itu dengan erat.
Hujan semakin lebat, membasahi tubuh keduanya. Langit seakan merasakan sakit dan terlukanya hati Nindi saat ini.
...****************...
Jadi yu buruan gabung karena kapasitas kami terbatas
Caranya hanya cukup Follow akun saya, maka saya akan undang kalian masuk. Terima Kasih