Hai gusy, harap maklum ya novel ini masih banyak typo, karena masih dalam tahap revisi, revisi lambat!
Seorang guru beladiri perempuan termuda yang masih berumur 19 tahun di kota X terpaksa dieksekusi hukum mati, karena dituduh sudah menjual informasi tentang perguruan mereka, dia adalah guru beladiri termuda sepanjang sejarah perguruan mereka, siapa sangka setelah dihukum mati perempuan itu memiliki kesempatan kedua untuk hidup, sayangnya dia bertransmigrai ke dalam tubuh seorang gadis SMA yang cupu dan kerap sekali dibully.
Saat sudah berada di dalam tubuh gadis cupu itu, gadis itu di hadapan dengan dua masalah di dua tempat yang berbeda.
Bersamaan dengan itu Laura bertemu dengan seorang guru muda yang mungkin bisa membantu dirinya keluar dari beberapa masalahnya.
Penasaran dengan kisah Laura? kuy kepoin hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Motor Sport
Bismillahirohmanirohim.
"Aduh! Terus gue kesana naik apa? Mana bis udah lewat lagi." Laura menepuk jidat Liana.
Dia belum benar-benar sadar jika saat ini Glen masih memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi.
"Hmmm!" mendengar ada yang berdehem Laura kembali menoleh kebelakang.
"Loh, pak Glen kok masih disini?" ujar Laura dengan ragu.
Laura meruntuti kebodohannya sendiri bagaimana bisa dia melupakan Glen, jika laki-laki itu masih berada di sebelahnya.
Glen menatap datar Liana. "Dari tadi juga saya masih disini!" sebel Glen.
"Hehehe, maafkan saya pak, saya kira pak Glen udah pergi." Laura cengar cengir sendiri.
"Saya duluan ya pak, nanti kalau terlambat latihan saya bisa dihukum lagi." pamit Laura sambil melangkah meninggalkan Glen.
Tapi baru dua langkah kaki Liana yang Laura gerakan, seorang kembali menarik tangan Liana. "Hei tunggu dulu." cegah Glen.
"Apa lagi pak Glen?"
"Kamu mau kemana sepertinya terburu-buru sekali?"
Laura memencet hidup bagir Liana pelan sambil berusaha tersenyum pada guru BK nya itu, jujur saja ingin sekali Laura menendang gurunya ini, karena sudah membuang-buang waktunya menanyakan hal yang tidak harus Laura jawab juga.
Tapi jika mengingat Glen yang sudah menyelamatkan dirinya Laura tak bisa berbuat apa-apa dan juga dia tidak mau dicap jadi siswi sombong oleh gurunya.
Glen masih setia menunggu jawaban dari Liana, sesekali angin pelan menerjang keduanya, sementara tangan Glen masih setia memegang tangan Liana, laki-laki ini sepertinya enggan melepaskan tangan mereka, entah Glen sadar atau tidak atas kelakuannya itu pada Liana.
"Pak lepasin tangan saya dulu baru saja jawab mau kemana." rengek Laura.
Dengan terburu-buru Glen melepaskan tangan Liana yang sedari tadi saya pegang.
"Ciee pak Glen terpesona ya sama siswi sendiri." goda Laura.
"Hm!" Glen berdehem sebentar untuk bersikap biasa saja. "Kamu belum menjawab pertanyaan saya tadi Liana!" ujar Glen dingin.
"Iya, iya deh pak, tapi boleh saya minta tolong nggak pak?"
"Apa?" Laura tersenyum mendengar pertanyaan yang Glen lontarkan, walaupun hanya satu kata 'apa' yang keluar dari mulut guru BK ini.
"Pak antar saya ke perguruan Kalam kilat ya, pak Glen bawa mobilkan? Ayo pak, kalau saya terlambat lagi saya bakal dapat hukuman lebih parah dari yang sebelumnya." mulut Liana masih terus mengoceh, sambil tangannya menarik Glen agar laki-laki itu mau ikut denganya.
Glen pun tak ada perlawanan sedikitpun saat Laura menarik tangannya. 'Bocah ini berani sekali.' batin Glen tak habis pikir.
Glen masih berjalan di belakang Laura, dengan tangannya yang masih setia ditarik-tarik.
Beberapa saat berlalu Laura tersadar jika dia tidak tahu dimana letak mobil gurunya itu atau bahkan pak Glen tidak membawa mobil.
"Heheh maaf pak." ucap Laura cengar-cengir setelah sadar apa yang dia lakukan.
"Pak Glen bawa mobil nggak? Atau kendaraan lain?" tanya Laura memastikan, dia mengumpat dirinya sendiri yang sudah ceroboh.
Glen menatap Laura sebentar sambil membuang nafas pelan. "Ikut saya." kini giliran Glen yang menarik tangan Laura.
Tapi gadis itu kini tak lagi memberontak, dia mengikuti kemana Glen pergi, baru beberapa langkah Glen menghentikan jalan mereka di depan sebuah motor sport berwarna hitam campur biru, Glen melepaskan tangan Liana pelan setelah itu naik ke atas motornya.
"Ayo naik." ajak Glen.
Laura masih melamun sepertinya dia terpesona pada motor pak Glen, atau bahkan dia juga terpesona pada orang yang saat ini ada di atas motor sport tersebut.
"Ya ampun 25 menit lagi gue bakal terlambat!" pekik Laura saat melihat jam yang melingkar sempurna di tangan Liana.
"Kalau udah mau terlambat ayo buru naik!" suruh Glen.
Laura baru tersadar jika dia harus menaiki motor gurunya itu. Laura kira Glen membawa mobil. "Bapak yakin saya naik motor?" ujar Laura ragu.
Bagaimana tidak ragu pasalnya saat ini dia mengenakan rok, walaupun rok yang Laura pakai sebawah lutut tapi tetap saja dia tidak bisa.
"Cek! menyusahkan sekali dia ini." ucap Glen pelan, sambil melepas jaket yang dia kenakan.
"Nih pake." Glen menyodorkan jaketnya pada Laura dengan senang hati Laura mengambilnya.
"Makasih pak Glen."
"Hm, buru naik."
Tanpa banyak drama lagi Laura segera naik ke motor sport milik Glen. "Pak agak ngebut sedikit ya, soalnya 20 menit lagi masuk."
Glen tak menjawab tapi dia langsung melajukan motornya menembus jalan raya yang sedikit ramai.
'Sudah minta tolong tapi banyak sekali maunya dia ini, apa dia lupa kalau saya gurunya di sekolah.' anehnya perkataan yang sedari tadi Glen tahan itu tak terlontar dari mulut nya untuk Liana.
Laura asyik dengan dunianya sendiri menikmati suasana menaiki motor. 'udah lama nggak naik motor kayak gini.' batin Laura merasa senang.
Dulu saat masih dalam tubuh aslinya Laura memiliki satu buah motor sport kesayangan. Tapi dia sudah tidak tahu bagaimana kabar motornya itu sekarang.
15 menit berlalu akhirnya mereka sampai di depan perguruan Kalam kilat, Laura segera turun dari motor Glen.
"Pak Glen makasih banyak ya." ucap Laura, lagi-lagi tangannya ditarik oleh Glen.
"Apa lagi pak?" bingung Laura.
Hal yang tak terduga selanjutnya Glen menyodorkan tangannya pada Liana.
Tanpa basa basi Laura langsung menyalami tangan Glen, entah apa yang guru dan murid itu lakukan, Glen maupun Laura seperti sadar tidak sadar dengan tingkah keduanya.
"Aku masuk dulu pak." ucap Laura sedikit gugup, Glen mengangguk.
Saat Laura sudah tak terlihat lagi barulah dia kembali melajukan motornya. "Gila aku ngapain sih tadi, pake nyuruh Liana salaman segala lagi, malu banget sumpah." Glen akhirnya tersadar juga dengan tingkah konyolnya.
Di perguruan Kalam kilat Laura buru-buru mendekat pada guru kelompok guru Han, tempat para murid baru berlatih.
"Syukurlah aku tidak terlambat." Laura mengelus dadanya merasa lega, karena dia tidak kembali terlambat.
Dan juga Laura merasa senang karena tidak bertemu dengan ketua Sinta yang selalu saja mencari masalah pada dirinya.
Latihan bela diri di grup anak baru pun sudah dimulai, baru hari kedua Laura belum juga mendapatkan teman, tapi dia tidak pusing tentang hal itu.
Tujuan utamanya kembali masuk ke perguruan Kalam kilat karena ingin membuktikan jika Laura tidak bersalah.
Latihan mereka sampai dua jam lebih, selama dua jam belum ada yang bisa beristirahat sebentar saja, karena waktu istirahat belum tiba.
Setengah jam kemudian barulah guru bela diri Han menyuruh para muridnya untuk beristirahat. "Kalian boleh beristirahat, ingat gunakan waktu istirahat kalian sebaik mungkin 1 jam lagi kembali kumpul di lapangan ini." instruksi guru Han pada 31 murid barunya.
"Baik guru Han!" jawab mereka serentak.
ini akun baru ku jd ulang lg level. yg dulu udah level 10