NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:585
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 19

Chapter 19

POV – Oza Barabay*

Setelah pernikahan darah yang gagal...

Sialan! Dia melarikan diri. Dia dan calon istrinya yang cantik itu. Kalau saja aku berhasil menangkap si cantik itu terlebih dulu...

​“Oza.” Rimbo mendatangiku ke tempat tinggal kami. Kami baru saja kembali ke tempat tinggal kami. Markas rahasia di sebuah bunker yang dulunya dipakai oleh orangtuaku dulu.

​Aku membersihkan darah yang ada di sepanjang tanganku. Darahku bercampur darah Klan Arumbay. Darah kotor seperti mereka membuatku jijik.

​“Ada sesuatu yang kamu harus tau,” Rimbo duduk bersamaku di ruangan ini. “Wihan mendapati informasi tentang gadis cilik yang dulu sempat tinggal di Barabay.”

​Gadis itu. Apa maksudnya gadis yang selalu mengusik mimpiku selama ini? “Kalian dapat informasi soal itu?”

​Rimbo terlihat ragu mengatakan di waktu yang tidak tepat ini. “Apa kamu mau mendengar masalah ini sekarang?”

​Tidak ada salahnya mendengar sesuatu yang baik di tengah-tengah percang kekacauan seperti ini. Lagipula aku akan perlu istirahat. Tanganku lumayan cedera setelah bertemu Kairav. “Apa dia tinggal jauh dari sini?”

​Rimbo menghela napas. Dia menatap ke lampu darurat yang kami pakai di ruangan ini. Seperti menghindar dari tatapanku. “Masalah ini akan jadi rumit setelah kamu tau.”

​“Rimbo, kalau ngomong jangan muter-muter. Langsung aja, ini sudah jam dua belas malam. Nggak ada gunanya menunda semua informasi.” Aku menggeram dari tempat duduk. Sudah tidak sabar untuk mengganti pakaian dan tidur.

​Rimbo mengangkat tangan seraya memintaku untuk tenang. “Tolong, jangan mengamuk setelah ini.”

​Aku memicingkan mataku. “Cepat beritahu aku.”

​Rimbo membuka mulutnya dan mengeluarkan berita mengagetkan itu. “Gadis cilik itu Islana Anurandha.”

***

Masa Kini

POV – Islana

Omar memintaku untuk diam dan jangan mengeluarkan suara. Keheningan membuat semuanya menjadi tambah menyeramkan. Di luar rumah juga tidak terdengar suara apapun. Omar meninggalkanku untuk mengecek semua sisi rumah. Dia berkeliling di setiap kamar, melihat setiap jendela, memastikan semua celah dan lemari dan dia melakukannya secara teliti.

​Sementara aku sama sekali tidak bergerak dari tempat aku berdiri. Mataku hanya bisa melihat Omar yang lalu lalang. Sibuk memastikan semuanya aman.

​“Isla, aku harus keluar. Kamu jangan pernah membuka pintu dan keluar dari rumah ini, apapun yang terjadi.” Omar memintaku dengan cepat.

​“Apa ada orang di luar?” Bulu kuduknya berdiri dalam hitungan detik.

​Omar mendekat dan berusaha menyentuhku. Tapi aku mengelak dari sentuhannya. Ciuman tadi masih terlalu membekas. Aku tidak bisa membiarkan dia menyentuhku seperti tadi.

​Omar sadar dan kecewa terpampang jelas di wajah tampannya itu. “Aku bakal balik setelah semuanya aman di luar.”

​Dia meninggalkanku secepat kilat. Setelah dia keluar, aku berlari ke kamar utama dan mengunci kamar itu. Memastikan tirai tertutup dan berlindung di balik selimut. Sebenarnya ini terlalu naif dilakukan tapi tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Lemari yang ada di kamar terlalu kecil untuk dijadikan tempat berlindung.

​Darr.

Suara-suara tembakan terdengar dari luar.

Itu terjadi beberapa kali.

Aku menutup mulutku untuk mengurangi suara. Berharap hal sederhana itu bisa menutupi keberadaan aku yang meringkuk di tempat tidur yang menyimpan memori indah aku dan Kai semalam.

Darr..Darr..

Lagi-lagi suara itu menggema di luar rumah. Aku hanya bisa berdoa dalam hati. Meringkuk dengan air mata yang muncul perlahan tapi pasti.

Tidak hanya suara tembakan tapi juga suara teriakan kesakitan dari lebih dari satu orang terdengar begitu jelas. Semakin dekat, semakin jelas dan semakin terasa berada seakan-akan di samping telingaku.

Brak...pintu kamar terbuka.

Seluruh tubuhku bergetar. Apa itu Omar?

Aku tidak bisa membuka selimutku. Lebih tepatnya tidak boleh membukanya.

“Oopps...sepertinya permaisuri sedang bersembunyi.” Suara pria tidak dikenal menyidirku dengan suara tertawa.

Ternyata tidak cuman satu. Ada beberapa pria lainnya yang masuk ke kamar. Mereka tertawa bersama-sama. Dari celah selimut aku melihat mereka semua. Ada empat orang dengan penutup wajah mengelilingi tempat tidurku.

Lengkap dengan senapan laras panjang!

“Permaisuri, sekarang kamu pilih, mau buka selimut itu atau kami seret?” Satu dari mereka bertanya lagi.

Aku tidak akan membuka selimut ini!

“Sepertinya kamu memilih untuk diseret.” Dia menyindir.

Oh Tuhanku!

Ada banyak tangan menyeretku yang masih ada di dalam selimut.

“Lepasin! Ini kriminal! Kalian kriminal!”

Mereka tidak bersuara. Mereka menutup mulutku. Membawaku yang tertutup oleh selimut. Aku mengerang di dalam genggaman mereka tapi tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Karena delapan tangan yang memastikan aku tidak lepas.

Tidak ada tanda-tanda dari pengawal Kai ataupun Omar. Aku tidak mendengar apapun dan terlebih lagi tidak bisa melihat apapun. Mereka menutup mataku dengan selimut itu.

Lalu mereka menaruhku di tempat datar. Suatu tempat yang sempit dan lembab. Aku tidak bisa berteriak karena mulutku di tutupi kain.

Suara pintu ditutup akhirnya membuatku sadar. Sepertinya aku akan dibawa ke suatu tempat. Aku menendang apapun yang ada di dekatku tapi semua itu sia-sia. Keringat dan air mata bercampur jadi satu selama ‘penculikan’ ini terjadi.

Aku tidak tahu berapa lama aku mengerang dalam kesunyian dan entah berapa lama lagi suaraku akan habis. Tapi yang jelas perjalanan menakutkan ini sangat lama hingga mataku tidak sanggup terbuka.

***

Seseorang membuka selimutku. Membuka kain di mataku dan orang itu menyentuh pundakku. Mataku yang berusaha menyesuaikan diri dengan sinar di sekitarku, masih belum bisa melihat siapa yang sedang berada di sana.

Namun suaranya terdengar lebih dulu.

“Permaisuri sudah bangun, bisa-bisanya mereka melakukan ini sama kamu. Aku sudah bilang untuk membawa kamu dalam keadaan nyaman. Tapi mereka memang seperti berperilaku seperti sampah dan preman.”

Mataku yang blur mulai terbiasa dengan sinar matahari yang terik. Pada awalnya aku hanya bisa melihat siluet seorang pria. Dia sedang menunduk dan melihatku dari dekat.

Semuanya mulai jelas.

Matanya.

Tubuhnya.

Lalu satu hal yang menarik perhatianku.

Bekas luka di pelipisnya.

Napasku tercekat.

Dia...Oza Barabay.

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!