Terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki bakat yang terlalu sempurna bukannya membuat hidup Loren berjalan mulus, justru karena kelebihannya dia membuat sepupunya menjadi iri hingga membuang Loren ke luar negeri.
Semua orang mengejek dan menghindarinya karena tubuhnya yang gemuk dan kotor sebab dia berakhir menjadi gelandangan di luar negeri.
Namun tak disangka, ketika dia mengalami kecelakaan dan berpikir akan mati, ternyata dia malah dipertemukan dengan CEO kejam yang malah membantunya merubah takdirnya.
Bagaimanakah perubahan takdir Loren? Yukkk baca..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18. Pria itu datang untuk mengamuk
Setelah Loren keluar dari ruang kerja Christian, perempuan itu langsung disambut oleh Ransi dengan wajah penasaran.
"Bagaimana?" Tanya Ransi sembari memperhatikan seluruh tubuh Loren dari ujung kaki sampai ujung kepala.
'Aku bodoh juga, mana mungkin Christian mau membuang-buang tenaganya untuk menyiksa perempuan ini?! Kalau mau menyiksa pastilah menyuruh para bawahannya untuk melakukannya.' Ransi merasa konyol pada dirinya saat dia tersadar bahwa dia sedang mencari sebuah luka di tubuh Loren.
Mana mungkin pria itu mau mengotori tangannya dengan menyentuh Loren?
"Sebaiknya kau masuk dan berbicara dengannya." Kata Loren dengan suara datar lalu perempuan itu segera meninggalkan Ransi untuk kembali merapikan ruangan yang telah dihancurkan oleh Cristian.
"Kenapa dia? Apakah terjadi sesuatu?" Ransi memandangi punggung Loren yang berjalan cepat meninggalkan nya.
Setelah itu, dia mengetuk pintu ruang kerja Christian dan masuk ke dalam ruangan itu menemui Christian.
"Tuan," ucap Ransi menyapa Christian.
"Kurung perempuan itu di dalam ruangan itu." Perintah Christian mengejutkan ransi.
"Tapi, bagaiman kalau,,"
"Kalau dia mati itu adalah kematian yang dia cari sendiri." Sela Christian.
"Baik Tuan." Jawab Ransi lalu pria itu segera keluar dari ruangan Christian.
'Astaga, Tuan benar-benar kejam. Bagaimana kalau nanti Tuan benar-benar membunuh Loren? Tapi memang benar juga yang dikatakan oleh Tuan Christian kalau tidak melakukan itu maka tidak ada yang bisa membuktikan apakah Loren berbohong atau tidak. Hah.... Semoga saja Loren benar-benar berkata jujur.' pikir Ransi dalam hati meski menurut logika nya sangat mustahil Loren bisa menenangkan Christian yang mengamuk.
Pada akhirnya sesuai dengan yang diperintahkan, Ransi langsung mengatur supaya Loren tidak berada di dalam kamarnya ketika Trauma Christian kembali kambuh.
Namun, selama beberapa hari ke depan ternyata trauma pria itu tidak kambuh lagi.
Jadi Loren menghabiskan waktunya dengan tenang untuk berolahraga dan membuat desain baru.
'Desain ini masih kasar. Seandainya aku punya perlengkapan yang lebih baik, aku bisa membuatnya terlihat lebih nyata.' gerutu Loren dalam hati kala ia melihat desain-desain nya yang hanya bermodalkan kertas dan pensil.
"Ha... Sebaiknya nya aku berjalan-jalan sebentar." Kata Loren meletakkan buku disainnya lalu dia segera keluar dari kamarnya dan berjalan-jalan di sekitar ruangan yang selalu dihancurkan oleh Cristian.
Selama berada di situ dia tidak diperbolehkan keluar dari ruangan itu jadi Loren hanya menghabiskan waktunya di ruangan itu.
Namun yang paling menghibur adalah lukisan ayahnya yang tergantung di salah satu dinding dalam ruangan.
"Ayah, lukisan ayah.." Loren memandangi lukisan milik ayahnya yang terpajang "Aku rindu pada Ayah." Katanya penuh gejolak.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka.
"Ada apa?" Loren bertanya pada salah satu pengawal yang memasuki ruangan karena biasanya pengawal itu tidak pernah datang kecuali jika datang membawa makanan atau sesuatu yang diperlukan oleh Loren.
"Aku disuruh mengunci kamarmu." Kata pengawal itu segera mengunci kamar Loren membuat Loren kebingungan.
"Mengapa kamarku dikunci?" Tanya Loren.
"Saya juga tidak tahu." Jawab pengawal itu lalu pria itu segera meninggalkan Loren sendirian dan mengunci pintu dari luar.
"Ada apa ini? Bagaimana kalau aku ingin buang air kecil?" Loren mengerutkan keningnya, tetapi hanya sesaat saja karena dia yakin meskipun dia menggerutu dengan kesal, pria tadi tidak akan kembali sebelum waktunya.
Jadi akhirnya Loren memutuskan duduk di ruangan itu sembari mencari ide untuk desain nya.
Setelah beberapa saat duduk, terdengar suara knop pintu yang diputar lalu Loren melihat Christian memasuki ruangan.
'Oh Sial! Apakah pria itu datang untuk mengamuk? Di saat seperti ini?!' Loren menelan air liurnya lalu dia segera berlari bersembunyi di balik sofa.
'Kalau terakhir kali aku berhasil menenangkannya, maka saat ini aku tidak yakin masih bisa memiliki keberuntungan yang sama.' kata Loren dalam hatinya sembari menggigit bibir bawahnya.
Christian tidak akan tutup mata.