Warning 21+
Sekuel Virgin
Harap bijak dalam membaca..
Valerie Angelina Putri merupakan seorang gadis yang terlahir dari kalangan keluarga berada, dengan semua fasilitas yang ia miliki ia bebas melakukan apa saja sesuka hatinya. Dulu Valerie adalah gadis yang begitu lugu dan polos namun setelah mendapatkan kekecewaan yang begitu mendalam kini ia berubah menjadi sosok yang bertolak belakang dengan sebelumnya.
Sampai suatu hari ia di pertemukan kembali dengan sosok pria yang selama ini ia rindukan, namun situasi dan kondisi yang telah berubah membuat gadis itu membenci sosok yang ia rindukan itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? akankah semua nya berubah?
Sambungan dari novel Virgin (true love)
#Slow update
#banyak typo
#alur sesuai isi otak othor
salam othor kecil 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Di sebuah jalan Vale terus berlari kecil entah kemana ia akan pergi ia sendiri pun tak tau, yang ia butuhkan saat ini hanyalah ketenangan. Sampai akhirnya Vale terhenti di sebuah jembatan dan menatap air yang begitu tenang di bawah sana. Air mata yang sedari tadi ia bendung pun kini tak bisa bertahan lagi hingga akhirnya buliran demi buliran menetes membasahi pipinya.
Di bawah langit malam Valeri berteriak sekuat mungkin dalam isak tangisnya di susul dengan tetesan air hujan yang mulai turun dan membasahi dirinya. Sementara dengan Alan yang telah kehilangan jejak Valeri, kembali ke restoran untuk membawa mobilnya dan mencari Valeri ke setiap sudut kota.
"Ku mohon jangan lakukan sesuatu di luar batas mu, dimana kamu Val?" Gumam Alan yang menelusuri jalan dengan mobilnya.
Hingga akhirnya ia terhenti ketika melihat sosok gadis yang berdiri di sebuah jembatan dengan tubuh yang telah basah kuyup, Alan pun menepikan mobil nya dan keluar dengan mengenakan sebuah payung, ia menghampiri Valeri dan memayungi nya tanpa sebuah kata.
"Pulang lah, aku hanya ingin sendiri." Ucap Valeri.
Tanpa menyahuti ucapan gadis itu, Alan menarik tangannya dan hendak membawanya masuk kedalam mobil namun dengan amarah yang masih meluap Valeri berontak dan berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Alan.
"Ku bilang pergi! aku gak butuh kamu atau siapapun!" Ucap Valeri yang membentak Alan dengan suara yang begitu tinggi.
"Aku gak akan membiarkan mu sendiri, ayo pulang." Sahut Alan yang masih sabar.
"Gak usah sok peduli! karena aku tau gak ada satu orang pun yang sayang sama aku!" Ucap Valeri yang kembali membentak Alan.
"Jangan bodoh Valeri! kamu gak bisa seperti ini cuma karena gara-gara Elang!" Ucap Alan yang balas membentak Valeri.
"Ayo pulang kamu sudah cukup kedinginan, aku gak mau kamu sakit." Ucap Alan yang memaksa Valerie untuk masuk kedalam mobil.
Di sebuah apartemen, setelah membersihkan dirinya dan mengganti baju, Vale hanya terdiam dekat sebuah jendela dengan tatapan yang kosong melihat air hujan yang masih turun dengan derasnya, sampai ia tak sadar Alan telah berdiri di sampingnya dengan membawa segelas coklat panas. Ting tong. . . sebuah bell berbunyi membuat Alan pergi dari samping Valeri hanya untuk melihat siapa yang datang malam-malam.
Ceklek. . .
Dibukanya sebuah pintu dan terlihat seorang pria tampan yang tak asing di matanya. Ya, dia adalah Elang yang datang untuk menemui Valeri dan menjelaskan semuanya, namun niat Elang terhentikan ketika melihat Alan yang membukakan pintu. Ia menatap heran bagaimana bisa seorang pria asing berada di apartemen seorang wanita yang hanya tinggal sendiri?
Ya, dimana Elang, Alan adalah pria asing yang baru ia temui beberapa jam lalu namun berbeda dengan Alan yang telah mengetahui siapa Elang karena Vale telah banyak bercerita tentangnya.
"Jika kamu datang kesini untuk menemui dia lebih baik kamu pergi, karena dia sudah tidur." Ucap Alan.
"Lalu bagaimana dengan mu? jika dia sudah tidur lalu untuk apa kamu masih disini? bukankah itu tidak baik?" Tanya balik Elang.
"Aku akan menjaganya dari pria semacam mu, maaf jika terkesan aku tidak sopan tapi aku gak bisa membiarkannya lebih sakit dari selama 7 tahun kebelakang, aku harap kamu mengerti." Ucap Alan.
"Ch, tau apa kamu selama 7 tahun lalu? aku yakin kamu bukan siapa-siapa nya dia, jadi tolong beri aku jalan." Sahut Elang yang memaksa masuk.
Namun dengan bersikeras Alan menghalangi Elang untuk tidak menemui Vale sampai gadis itu benar-benar tenang dan ingin menemuinya dengan sendirinya. Tidak ingin memicu terjadinya keributan, Elang pun mengalah dan pergi dari tempat itu. Sementara dengan Alan kembali masuk dan menemui Vale yang masih menatap hujan yang mulai mereda.
Perlahan ia mengusap kepala Vale dengan begitu lembut hingga Valeri pun menyandarkan kepalanya pada bahu Alan yang membuatnya nyaman.
"Apa itu dia?" Tanya Vale.
"Ya, kamu gak perlu cemas jika kamu gak ingin menemuinya aku bisa membantu mu sampai kamu yang meminta untuk menemuinya sendiri." Sahut Alan.
"Makasih untuk semuanya, aku gak tau gimana jadinya
kalau gak ada kamu." Ucap Valeri.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Alan yang membalikkan tubuh Valerie dan memegang kedua bahunya.
"Hm, apa lagi yang ingin kau tanyakan?" Sahut Valeri.
"Kenapa kau begitu marah padanya? aku yakin bukan hanya karena dia menghilang selama 7 tahun tapi ada faktor lain, boleh aku tau apa itu?"
Mendengar beberapa pertanyaan Alan, dengan segera Vale menjauhkan dirinya dari pria itu dan berjalan ke sisi lain. Bukan karena tidak ingin menjawab hanya saja ia berpikir kalau saat ini adalah bukan waktu yang pas untuk ia mengatakan semuanya.
"Aku lelah, aku tidur duluan." Ucap Valerie yang kemudian masuk kedalam kamarnya.
Alan hanya tersenyum tipis, bukan ia tidak mengetahui hanya saja ia ingin tau langsung dari Valeri. Karena tidak mungkin untuk meninggalkan Vale sendiri saat ini alhasil ia pun tidur di atas sebuah sofa.
Tring.. sebuah notifikasi Wchat Vale.
Gadis itu pun mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimi nya pesan di larut malam.
"Kau sudah tidur?" Jia Xin.
"Belum, sepertinya aku tidak bisa tidur malam ini." Vale.
"Kenapa? apa ada masalah?" Jia Xin.
"Hanya sedikit." Vale.
"Ayo cerita, aku akan membantu mu jika aku bisa." Jia Xin.
"Aku gak tau harus memulainya darimana?" Vale.
"Ceritakan semuanya aku akan mendengarkan mu." Jia Xin.
"Apa aku termasuk orang yang egois karena tidak mau mendengar penjelasannya? aku tau aku bukan siapa-siapa baginya tapi selama 7 tahun aku selalu menunggu kabar darinya sampai akhirnya dia datang dengan sendirinya tanpa rasa bersalah, bahkan dia datang bersama dengan seorang wanita di sampingnya."Vale.
"Sebaiknya kamu dengar penjelasan dia, karena tidak mungkin dia menghilang selama itu," Jia Xin.
"Sudah jangan dipikirkan lagi, cepat tidur jangan sampai kamu sakit." Jia Xin.
Tanpa membalas Wchat nya lagi, Vale menaruh ponselnya dan merebahkan dirinya di atas ranjang yang begitu empuk dan nyaman. Sempat terpikir dalam benaknya mengenai perkataan Jia ada benarnya, namun ia tetap masih butuh waktu untuk benar-benar siap menemui Elang dan mendengarkan penjelasannya.
"El... kau masih belum tidur?" Tanya Jane yang menerobos masuk kedalam kamar Elang.
"Kau sendiri kenapa belum tidur?" Tanya balik Elang.
"Aku masih terpikirkan dengan gadis itu, kenapa dia langsung pergi ketika kamu memberikannya perhatian? apa kalian bukan saudara biasa?" Tanya Jane.
"Jangan berpikir aneh-aneh dia benar sepupu aku, udah sana tidur bukankah besok kamu akan memulai hari baru mu?" Ucap Elang.
"Em, malam El." Ucap Jane yang hendak keluar dari kamar Elang.
Dengan tiba-tiba Elang menarik tangan Jane dan mengecup keningnya. "Tidur yang nyenyak." Ucap El setelah melepaskan kecupannya dari kening Jane. Gadis itu tersenyum senang dengan apa yang di lakukan El barusan, pasalnya itu adalah kecupan pertama yang El berikan untuk nya setelah sekian lama mereka bersama walah tanpa sebuah status.
***
Bersambung. . .
sukses
semangat
mksh