Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?
Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."
Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo cari Wang untuk beli mamam
"Jatoh nanti ni, mati kita pacti."
"Makannya jangan kesana. Kita hanya bekerja disekitar sini saja."
Dua kepala menyembul dari lereng pasir yang tinggi. Terlihat didepan adalah kawah besar, atau lubang menganga dengan bebatuan hitam lebih runcing disekitarnya.
Disekitar lubang besar ini, terdapat banyak batu meteorit sejauh mata memandang. Sudah dipastikan, kalau disinilah tempat pertama kali meteor jatuh sebelum mengakar di planet Sahara.
"Jangan pergi terlalu jauh, nanti Bonbon tersesat sulit mencarinya," ucap Yohanes sambil menarik tali yang mengikat perut sikecil.
"Iya, cini pun Bonbon na cali batu. Ndak mana-mana ...." memungut kerikil hitam dari pecahan batu besar, Bonbon yang bertekat mengumpulkan uang, harus bekerja banting tulang menghidupi dirinya sendiri.
"Joanec. Napa Bonbon mickin, ya? joanec cama pilti ada Wang! Tapi Bonbon, Ndak ada catu pun Wang puna." Si kecil bertanya sambil memasukkan batu kedalam keranjang, sementara Yohanes yang mendengar ini hanya bisa terdiam.
"Tenang saja, Bonbon. Kalau kita sudah mengumpulkan banyak batu hitam, kita bisa menjualnya. Maka Bonbon, akan punya uang untuk membeli makanan." Yang menjawab adalah Pretty. Terlihat ditangan gadis kecil itu, bongkahan batu hitam jauh lebih besar dari yang di kumpulkan Bonbon.
"Ngomong-ngomong! Mengapa Bonbon tidak minta saja koin bintang pada komandan. Komandan Belian, pasti punya banyak." Anak lain menyahut. Bocah laki-laki memakai kacamata bulat dengan rambut disisir rapih.
"Ndak ada Wang Belian na," jawab Bonbon dengan bibir mengerucut lucu.
Arian, atau si bocah berkacamata yang mendengar ini, mengangkat alis tidak percaya.
"Hey, komandan berhasil mengalahkan semua Monster dan mutan planet ini. Seharusnya mendapat banyak batu elemen. Apalagi kalau berhasil mengalahkan monster yang dilengkapi armor, armor Monster tidak kalah tinggi harganya dari batu elemen."
Anak itu berucap cepat membuat Bonbon tidak mengerti sebagian kata-katanya.
"Apa tuh amol moctel? Bica jadi Wang kah kalau Bonbon na jual?" tanya sikecil hendak diangguki oleh Arian.
Tapi ....
"Tidak. Armor monster tidak bisa dijual. Sudah, jangan membahas monster ataupun mutan lagi. Terus lanjutkan kerja kalian." Yohanes sebagai yang tertua, memutus percakapan tentang armor Monster yang bisa dijual. Tidak, Bonbon tidak boleh penasaran pada makluk berbahaya itu. Bisa-bisa sikecil, demi mengumpulkan uang ... malah pergi ke sarang monster suatu hari nanti.
"Bonbon pelna denal kalau Belian na Ndak ada Wang lagi. Itu cebab na Belian pigi palnet lain citiap hali, buat Cali Wang. Itu kata lenol na cakap cama Bonbon," ujar sikecil disela-sela pemungutan kerikil, dan tiga anak-anak lain disamping ... butuh beberapa saat agar mereka paham apa yang dikatakan bayi itu.
"Mustahil komandan tidak punya uang. Harga batu elemen sangat mahal. Aku dengar, yang tingkat tinggi bisa membeli sepetak tanah dipinggir planet Hilgos. Ah, membayangkan bisa melihat bintang indah Sanctuary, aku berharap setelah besar__"
"Kembali bekerja, jangan membayangkan hal yang tidak pasti." Menginterupsi, Yohanes memutar mata mendengar ocehan Arian yang tidak bermutu.
"Aku hanya berkhayal. Siapa tahu kan, suatu hari nanti menjadi kenyataan." Arian mengambil pecahan batu di atas pasir, sebelum kepalanya mendongak ketika mendengar suara dengung dari kejauhan.
"Sepertinya akan ada kapal ruang angkasa lagi yang lewat," ucap Arian, segera setelah itu Yohanes dan yang lain ikut mengangkat kepala.
Benar saja hanya dalam lima menit, titik hitam terlihat dari kejauhan.
"Pendengaran mu semakin meningkat, itu bagus." Yohanes memuji Arian.
"Tentu saja. Ini berkat pelatihan ku selama beberapa hari ini." Dan anak yang pantang dipuji, mulai bersikap sombong dengan dada membusung.
"Itu bukan puna Belian. Balu, walna kuning? Woahhh ... cantiiikkk!" Bonbon berseru takjub melihat kapal ruang angkasa yang baru dilihatnya itu. Perpaduan silver, emas, dan zamrud! Warna-warna ala kerajaan, membuat bayi rumput terbelalak.
Sementara Yohanes, Pretty, serta Arian, yang mendengar ini! langsung menatap Bonbon bingung. Kapal ruang angkasa itu masih berupa titik kecil yang semakin membesar. Dibawah sinar matahari yang terik, body ataupun warnanya mustahil terlihat.
Bagaimana Bonbon bisa mengatakan kalau itu bukan kapal ruang angkasa milik sang komandan? dan lagi, warna kuning?
Hanya dalam waktu sepuluh menit, akhirnya mata tiga orang anak bisa melihat dengan jelas, kapal ruang angkasa yang mendekat.
"Mi-mi-milik kerajaan?" Kaki Pretty bergetar hebat, ketika melihat lambang naga perak pada body samping kapal perang itu.
Dia memang berusia 5 tahun dan berasal dari planet di salah satu bintang Calamitas ini. Tapi, lambang kerajaan sudah tertanam pada ingatannya semenjak dia berusia 3 tahun, tepat setelah sang ayah memberitahunya.
Begitupun Yohanes dan Arian! Mereka juga mengetahui siapa pemilik lambang perkasa yang terukir indah di kapal perang emas dan zamrud itu.
"Kejajaan? Apa tuh?" tanya suara cadel dari samping, membuat tiga anak langsung memutuskan pandangan dari kapal ruang angkasa yang telah melintas.
"Bonbon tidak tau kerajaan? Itu, itu ... itu adalah raja. Seseorang yang paling berpengaruh di semua galaksi!!" Pretty menjawab dengan mata berbinar senang. Mimpi apa dia semalam, sampai planet tempat tinggalnya didatangi oleh sang raja?
"Laja? Mamam kah?"
Sungguh, Pretty ingin menggali otak b4yi gembul ini. Kenapa dikepala Bonbon hanya ada makan, makan, dan makan saja!?
"Bukan. Raja adalah posisi tertinggi dalam hirarki. Ibarat kata, komandan Belian tidak ada apa-apanya dibanding raja. Raja itu jauh diatas komandan." Kali ini, Arian lah yang menjelaskan tentang kedudukan seorang raja pada Bonbon.
Mendengar ada posisi diatas Belian! Dikepala si kecil, gambaran Belian sedang berdiri didepan BELIAN yang lebih BESAR tercetak jelas.
"WOAHHH ... JADI DALAM TUH ADA BELIAN LACACA?" tanya Bonbon, menatap berbinar kearah perginya kapal ruang angkasa milik kerajaan tadi.
Sweatdrop. Yohanes, Arian, dan Pretty, hanya bisa terdiam dan lanjut mengumpulkan batu meteorit.
"Oyy, ayo, pulang. Macama kita liat Belian lacaca na," ucap si kecil tidak sabar untuk pulang. Tapi, sebelum Bonbon bisa pergi kemanapun ... tali yang mengikat perut buncit telah ditarik oleh Yohanes.
"Tidak. kita pulang nanti saja, setelah batu-batunya terkumpul. Dan lagi, tidak ada komandan Belian ukuran raksasa disana. Posisi tertinggi itu hanya jabatan, bukan orangnya yang lebih besar."
Yohanes menjelaskan secara perlahan pada bayi gembul ber-sleepsuit kodok hijau hari ini. Tapi, ketika melihat sepasang mata polos mengerjap bingung, Yohanes hanya bisa menghela nafas kasar.
"Intinya ...." Yohanes yang kembali ingin menjelaskan, terdiam, sementara Bonbon memiringkan kepala.
"AAAAA ... mengapa kamu imut sekaliiii." Pretty langsung menyambar Bonbon kemudian mencium pipi selembut bakpao milik anak yang lebih kecil darinya.
"Janan mamam pipi Bonbon na pilti ...."
Bonbon protes, tapi gadis kecil didepan tidak peduli dan tetap melanjutkan aksi itu.
Sedangkan Yohanes, yang masih belum menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan apa itu raja pada Bonbon, hanya bisa menggeleng pelan kemudian lanjut memungut pecahan batu hitam diatas pasir.
Sulit memecahkan batu meteorit dengan alat sederhana, karena batu itu terlalu keras. Akan lebih mudah jika diantara mereka ada yang bisa menggunakan kekuatan. Tapi, baik Yohanes, Pretty, ataupun Arian, mereka masih anak-anak dan belum terbangkitkan.
Hanya Arian yang sudah memiliki tanda-tanda, yaitu pendengarannya yang super tajam. Untuk Yohanes sendiri, entahlah ... dia belum merasakan apapun. Jadi, itu sebabnya keempat anak ini hanya bisa memungut pecahan batu diatas pasir, tanpa ada niat untuk memecahnya sendiri dengan alat.
Dan kebetulan! Di tempat akar meteorit inilah, yang paling banyak pecahan batunya dengan ukuran lebih kecil. jadi tidak jarang jika bertemu beberapa anak ataupun para wanita yang lemah memungut batu disini.
Semantara itu didalam kapal ruang angkasa naga perak.
"Pangeran, orang-orang Sahara Calamitas sepertinya mulai menambang batu meteorit," ucap seorang wanita dengan rambut hijau tua dikepang panjang.
"Hmm? Biarkan saja, hanya itu sumber daya planet Sahara untuk saat ini." Berucap sambil menggerakkan pion, pria berambut putih keperakan, menatap malas layar yang membentang disamping kiri.
"Apa anda tidak tertarik mengakuisisi__"
"Tidak. Terlalu merepotkan. Dan Rachel, rajamu sudah mati."
Noxtis langsung memotong ucapan wanita didepannya. Terlihat, raut wajah sang pangeran tampak sedikit kesal.
"Raja sialan itu, berani-beraninya memanggil wakilku untuk pergi ketempat lain. Seharusnya Cosnov yang menemaniku bermain saat ini, ck ...." Berdiri dari tempat duduk kemudian berjalan kearah layar. Guratan tidak suka masih tercetak di wajah sang pangeran.
Semantara wanita dibelakang yang mendengar ini, hanya memutar mata kemudian berjalan kebelakang pria itu.
"Maaf, pangeran. Saya tidak sebaik wakil Cosnov dalam menemani anda bermain catur," ucap Rachel dijawab gelengan kepala oleh Noxtis.
"Tidak. ini permainan bumi purba, wajar kalau kamu kurang memahaminya."
Diruang pribadi ini, hanya ada sang pangeran dan seorang wanita muda berpakaian ala prajurit kerajaan.
Noxtis sudah memutuskan untuk mengunjungi Sahara Calamitas. Pada awalnya, dia berencana pergi kesini setelah satu tahun kalender galaksi ... planet ini berdiri. Tapi, ada sedikit masalah dengan rencananya dalam merebut takhta. Jadi, dia memutuskan bertemu Belian lebih cepat. Namun sayang! Cosnov, sang ajudan, tidak bisa ikut sebab harus menggantikan kepala keluarga Biller ... atau ayah Cosnov sendiri, yang sakit, untuk pergi ke pertemuan delegasi bangsawan.
Menatap hamparan batu hitam dibawah, hingga kapal perang pribadi milik Noxtis sampai pada area utama ... jatuhnya meteorit berjuta-juta tahun lalu, hingga meninggalkan lubang besar menganga.
"Dibandingkan yang lain, aku lebih penasaran dengan rupa akar batu meteorit. Batu itu tumbuh cepat sperti jamur di musim hujan, kemungkinan dibawah sana akar utamanya berada." Noxtis menunjuk pada layar, tepat ditengah-tengah lubang besar.
"Ya. Tapi kalau itu jamur, pangeran? Bukankah mereka berkembang biak dengan cara menyebarkan spora? kemungkinan akar yang dirumorkan itu tidak ada."
Jika ada orang yang berani menentang ucapan Noxtis, dia adalah Rachel. Wanita yang telah menjadi pengawal sang pangeran semenjak pria itu masih kecil.
"Kamu benar. Tapi bisa jadi tidak. Sesuatu yang tumbuh pasti memiliki akar, dan ... huh? Apa itu?"
Tiba-tiba mata Noxtis terkunci ke satu arah, dimana makhluk berpakaian hijau bulat menatap kearah layar. Tidak, lebih tepatnya kerah kapal perangnya.
Makluk itu kecil dengan pipi bulat menggembung, berdiri diantara bebatuan besar sambil memegang keranjang berisi batu meteorit.
"Sepertinya robot? Bayi? Ah! Itu boneka. Lihat, ada anak perempuan disana ...." Rachel menunjuk gadis kecil dengan rambut coklat tergerai, Pretty.
Mendapat jawaban ini, Noxtis mengagguk paham. Ya, mana mungkin boneka menggemaskan itu adalah anak manusia. Terlebih lagi di Calamitas? Melihat dia menggunakan payung nano saja, sudah ....
"Tunggu! Payung nano? Mengapa boneka harus memakai payung nano?" tanya sang pangeran lagi, yang kali ini membuat Rachel terdiam ditempat.
Kembali menatap layar, pemandangan disana sudah berubah, bukan lagi menampilkan sosok imut nan lucu diantara bebatuan tadi.
To be Continue
Codala akhirnya berkunjung. Ok, dimulai lagi cerita Bonbon mencari mamanya. 🙈
Free pict :
Yohanes
Pretty
Arian
Tambahan Bonbon
Jangan tanya kenapa mereka terlihat nggk sesuai umur. Besok bakal dijelasin kalau, anak-anak dimasa depan memiliki tubuh yang lebih tinggi dari era bumi kuno. Kecuali Bonbon. Dia mah, anomali awokawok. Babay 👋
1.Naga Langit..
2.Naga Bayangan..
3.Zerg
🙊🙊🙊
.
Jejak-kaki 👣👣👣
minta upnya double dong Thor
kangen setelah mao-mao, bon-bon adalah penyemangat ku buka noveltoon ini khusus buat bon bon
😄😄😄