My Doctor'S Bastard

"Kamu mengancamku sekarang?” tanya Laura yang akhirnya buka suara. Sementara Shinee tak kuasa untuk langsung menjawab pertanyaan tersebut, hatinya justru terenyuh mendengar suara Laura secara langsung. Setelah beberapa jam Laura menghilang dari hidupnya.

Shinee menatap Laura dengan tatapan yang begitu dalam, antara rasa bersalah, rindu, dan keinginan kuat untuk terus melindungi.

Dan Celine yang kini berdiri di samping Laura, ingin sekali menyerang Shinee saat itu juga. Tapi Laura menahan tangannya.

"Dengarkan aku baik-baik," ucap Laura penuh penekanan. "Hubungan kita sudah berakhir, kamu bukan siapa-siapa lagi bagiku," tambahnya dengan tegas.

Salah Laura memang karena sejak awal pergi belum mengakhiri semua ini. Tapi kini Laura memang serba bingung, tak tahu harus apa lebih dulu karena masalah datang bertubi-tubi. Bukan hanya menyerang hati tapi juga seluruh hidupnya.

Kemarin Laura sudah begitu banyak mengeluarkan air mata, dan kini Laura tak ingin menangis lagi. Sedikitpun tak ada lagi cinta untuk Shinee di hatinya.

"Jadi kamu benar-benar ingin Daddy Nickolas tahu semuanya?" balas Shinee. Terpaksa megambil langkah seperti ini karena tak menemukan solusi apapun. "Baiklah, aku telepon Daddy Nick sekarang."

"Ya ampun!! dasar badjingan!" umpat Celine yang sudah tidak tahan, "Jangan coba-coba mengubungi Daddy Nickolas!" ucapnya lagi.

Laura mengusap wajahnya kasar, sekarang melihat Shinee bukan lagi seperti pria tampan seperti dulu tapi sekarang terasa seperti parasit yang menganggu hidupnya.

"Ambil keputusanmu sekarang Lau, biarkan aku tetap di samping mu atau Daddy Nickolas tahu semuanya."

"Astaga," balas Celine yang juga sudah kehabisan kata-kata.

Sedangkan Laura terdiam, percuma menjelaskan panjang lebar tentang hubungan mereka yang telah berakhir. Sebab pria itu memang pria paling badjingan di dunia ini. Pria yang selalu bersikap sesuka hatinya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain.

"Aku akan menemui dokter Richard, tunggu di sini sampai aku kembali," putus Shinee kemudian.

Tangan Celine rasanya gatal sekali ingin memukul pria tersebut, tapi dia tak ingin kehilangan kendali diri. Dilihat oleh keduanya Shinee yang mulai menjauh, memasuki area dalam rumah sakit.

Di taman tersebut kini Laura dan Celine masih sama-sama tergugu, masih sama-sama terkejut dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Shinee tiba-tiba datang dan rasanya akan sangat sulit mengusir pria tersebut.

Mereka seolah terjebak.

"Astaga Lau, dia benar-benar badjingan," ucap Celine, kini kata badjingan sangat bersahabat dengannya.

"Memang badjingan, apa yang harus aku lakukan sekarang Cel?"

"Entah aku juga bingung, mana ice cream ku sudah meleleh lagi," gerutunya lalu buru-buru menghabiskan ice cream tersebut, sementara milik Laura sudah habis sejak tadi.

“Aku tidak mau mereka tahu, Cel." Daddy dan Mommy pasti akan hancur jika tahu keadaanku sekarang."

“Jadi mau bagaimana? Membiarkan pria badjingan itu tetap di sini?” Celine mendessah pelan, menatap sahabatnya penuh iba.

“Aku tidak tahu, aku tidak mau menuruti badjingan itu. Aku tidak bisa hidup dekat dengan pria yang sudah punya istri, Cel. Aku tidak mau jadi alasan rumah tangga siapa pun hancur.”

Huh! Laura dan Celine sama-sama menghela nafas kasar. ingin kabur tapi rasanya percuma sebab Shinee pasti akan menemukan mereka lagi. Alhasil keduanya tetap duduk di taman tersebut sampai Shinee selesai menemui dokter Richard.

Pandangan Shinee langsung tertuju pada Laura. Namun

Celine yang lebih dulu menegakkan tubuh bersiap untuk kembali menyerang. Tapi Shinee tidak memedulikannya, ia hanya terus menatap Laura lurus.

“Aku sudah bicara dengan dokter Richard,” ucap Shinee datar, “Mulai hari ini aku akan tinggal di apartemenmu.”