NovelToon NovelToon
Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa Fantasi / Time Travel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:747
Nilai: 5
Nama Author: Wira Yudha Cs

Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4 TELUR EMAS

Kantong hitam yang Max lemparkan beberapa waktu lalu

merupakan serbuk racun dari air liur binatang suci laba-laba yang telah hidup lebih dari 400.000 tahun. Max belajar keterampilan meramu racun juga dari kakek yang mengajarinya membaca dan menulis. Hal tersebut sangatlah berguna dikala dia dalam menghadapi situasi yang berbahaya

dan situasi yang tak terduga. Di antara mayat-mayat pemuda

Rozenball dan wanita pelacur yang tergeletak di lantai, terdapat mayat binatang suci serigala putih di tangga yang menuju lantai dua. Max pun dengan cepat menyimpulkan bahwa binatang suci itu pastilah binatang kontrak dari salah satu pemuda-pemuda ini. Binatang kontrak biasanya akan ikut terbunuh ketika tuannya meregang nyawa.

Max melangkah perlahan mendekati salah satu pemuda yang

berada dalam posisi di atas tubuh wanita. Max mencengkeram rambut pemuda itu dengan satu tangan, tangan yang lainnya memegang leher pemuda itu dengan erat. Lalu, dalam satu

tarikan kuat, kepala pemuda itu tercabut dari lehernya. Max melakukan hal itu tanpa ada perubahan ekspresi di wajahnya.

Dia dengan santai melemparkan kepala itu ke belakang. Darah dari leher tanpa kepala memenuhi wajah wanita di bawahnya. Max mengabaikan wanita itu untuk sementara. Dia kembali

bergerak mendekati satu per satu pemuda, lalu mencabut kepala mereka dengan cara yang sama. Setelah beberapa waktu berlalu, lima belas kepala sudah terkumpul di lantai. Bau anyir darah memenuhi seluruh sudut ruangan. Genangan darah di lantai tampak sangat mengerikan. Namun, ekspresi Max

masih tetap datar tanpa adanya perubahan.

Setelah memastikan semua kepala pemuda sudah terkumpul, Max menuju lantai dua rumah tersebut. Botol-botol kaca dan bambu berisi alkohol tersusun rapi di sudut ruangan lantai. Beberapa peti jarahan juga terbuka dengan memperlihatkan isi yang berupa tumpukan koin emas, perak, tembaga, serta perhiasan mewah. "Apa yang harus kulakukan dengan benda-benda ini?" Max bergumam sembari mendekati peti-peti yang berjejer dengan rapi. Langkah pemuda itu terhenti

ketika dia berdiri di depan peti yang berukuran lebih besar daripada peti-peti lainnya. Peti tersebut juga tertutup dengan rapat. Hawa dingin memancar dari benda persegi panjang itu.

Dengan dahi sedikit berkerut, Max membuka tutup peti dengan

menggesernya ke sisi kiri. Segera cahaya keemasan memancar begitu terang, hingga Max mengecilkan bidang pandangnya sembari berkedip beberapa kali sampai cahaya itu pudar secara perlahan.

Saat Max kembali membuka lebar matanya, pemuda itu segera terperangah. Telur besar dengan cangkang emas murni terbaring di dalam peti. Telur itu sedikit bergoyang sebelumnya tiba-tiba beralih posisi menjadi berdiri. Saat telur itu berdiri,

tingginya tepat sebatas pinggang Max yang berdiri di depannya.

"Max, tahukah kamu bahwa dalam legenda burung Phoenix yang merupakan simbol Kekaisaran Zenos akan melahirkan keturunan melalui telur emas setiap seratus ribu tahun sekali?"

"Apa itu benar, Kek? Aku baru pertama kali mendengarnya. Tolong ceritakan lebih banyak lagi mengenai legenda itu."

Kakek tersenyum sebelum kembali melanjutkan cerita, "Dikatakan bahwa keturunan Phoenix yang terlahir dari telur emas akan membawa keberuntungan bagi siapa saja yang

melihat saat pertama kali dia dilahirkan. Kaisar pertama yang

mendirikan kekaisaran Zenos merupakan manusia pertama yang menyaksikan kelahiran keturunan Phoenix dari telur emas. Maka dari itu Zenos diberkahi oleh para dewa." Max seketika memegang kepalanya yang berdenyut, karena ingatan ketika dia masih berusia tujuh tahun kembali terngiang secara paksa di benaknya setelah melihat telur emas secara nyata.

"Apa ini telur emas Phoenix yang Kakek maksud? Jika itu benar,

mengapa bisa ada di sini?" Pemuda itu bergumam dengan penuh tanda tanya. Perlahan dia mengulurkan tangan dan

menyentuh permukaan cangkang telur emas. Benang berdiri di dalam sisa cangkang. Kedua tangan mungil saling bertaut di

depan dada. Kulitnya bersih tanpa noda, alis serta rambutnya sepakat malam dan tebal. Bocah itu menatap Max dengan

sedikit memiringkan kepala. Kedua sudut bibirnya terangkat kecil hingga membentuk senyuman yang tampak sangat menggemaskan.

"A... Ayah. Apa kamu Ayahku?" Bocah itu bertanya dengan kikuk. Dia mencoba mengulurkan tangan untuk meraih sosok Max yang berada di depannya. Max masih dalam keadaan terkejut. Dia tidak menyangka di dalam telur emas itu ada seorang anak kecil yang begitu manis dan bersih. Wajah bocah itu tampak familier. Namun, Max tidak dapat mengingat kapan dia pernah melihat wajah seperti itu. Tanpa sadar, dia kembali mengulurkan tangan untuk menyambut tangan mungil yang mencoba menggapainya.

"Ayah." Bocah itu bergumam dengan senyuman lebar ketika Max menyentuh tangannya. Max berjongkok dengan satu kaki

ditekuk agar posisinya sejajar dengan bocah itu. Max bingung apa yang harus dia lakukan dalam keadaan seperti ini. Dia ingin mengatakan bahwa dia bukan ayah dari anak itu. Namun, Max merasa tidak tega untuk mengatakannya. Anak itu terlihat

sudah seperti memiliki kecerdasan meski masih tampak kecil. Dia bahkan bisa berbicara bahasa manusia. Max yakin, dia bukan anak biasa. "Mau pulang bersamaku?" Setelah mempertimbangkan banyak hal, Max punya pemikiran

untuk merawat bocah itu. Sebab, jika anak itu benar-benar keturunan Phoenix maka di masa depan anak itu pasti akan membawa keberuntungan baginya. Tentu saja, selain pemikiran

itu, Max juga tidak tega untuk meninggalkannya seorang diri di sini. Bocah itu mengangguk masih dengan senyum lebar menggantung di wajah. Dia mengulurkan dua tangan agar Max segera menggendongnya. Melihat hal ini, Max tanpa sadar

menarik sudut bibirnya ke atas. Namun, sayangnya senyum kecil itu tertutup oleh kain hitam. Tanpa ragu, Max berdiri sembari membuka jubah hitam yang dia kenakan. Menggendong bocah itu dengan satu tangan, lalu memakai

kembali jubahnya. Bocah laki-laki itu berada di balik jubah sembari melingkarkan tangan di leher Max dengan bahagia.

"Bersikaplah dengan baik. Jangan membuat banyak gerakan atau kamu akan jatuh ke tanah." Tanggapan bocah itu hanyalah

anggukan antusias di dada bidang

'ayahnya'. Max pun segera meninggalkan lantai dua. Ketika

hampir tiba di lantai pertama, bau anyir darah kembali menyeruak memasuki indra penciuman. Max melihat ke arah pintu masuk, cahaya jingga matahari pagi perlahan menampakan wujudnya. Beberapa pria dengan jubah hitam dan topeng aneh muncul satu per satu dari pintu masuk. Mereka adalah orang yang diutus oleh ketua guild assassin.

Beberapa waktu lalu, setelah Max selesai mencabut semua kepala pemuda Rozenball, dia telah mengirim surat melalui merpati kepada ketua guild. Berisikan kabar bahwa dia telah selesai mengerjakan permintaan.

Dua pria berjalan mendekati Max yang perlahan menuruni tangga. Kedua pria itu menunduk singkat sebelum salah satu dari mereka melempar kantong kain hitam kepada Max.

Kantong tersebut berisi koin emas yang merupakan bayaran tambahan karena telah menyelesaikan tugas.

"Di dalamnya ada tiga ribu koin emas. Pergilah dari sini. Sisanya akan kami urus dengan benar," jar salah satu pria guild assasin dengan nada serius. Max mengangguk singkat sebelum berkata,

“Di lantai dua ada alkohol dan emas. Tolong bagikan emas-emas itu kepada warga desa yang telah dikacaukan oleh mereka. Sedangkan alkoholnya, kalian bisa menyimpan untuk anggota guild."

"Baik. Kami mengerti," jawab kedua pria berjubah hitam secara

bersama. Mereka segera membantu teman- temannya untuk memasukan lima belas kepala ke dalam karung besar, serta membereskan mayat-mayat di lantai.

Adapun alasan Max menyerahkan tanggung jawab emas-emas yang berada di lantai dua kepada mereka, karena Max tahu semua anggota guild assasin tidak pernah serakah dengan harta. Mereka tidak akan mengambil yang memang bukan hak mereka. Setelah menghela napas singkat, Max kembali melangkah keluar dari rumah yang penuh dosa itu. Tepat

ketika kakinya menginjak teras depan rumah, matahari pagi telah sepenuhnya menampakkan wujudnya. Dengan anak dari keturunan Phoenix dan koin emas yang berada di tangannya, Max merasa lebih percaya diri untuk melangkah lebih serius untuk membalikkan seluruh kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya di kehidupan sebelumnya.

* * *

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!