Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Prang!
Piring yang berada di tangan Ara seketika terjatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.
Bukan hanya piring itu yang hancur, tapi juga hatinya. Ucapan Reno, masih terngiang jelas di telinganya.
"Paman bilang apa? Mau menjodohkan aku?" Ara menghampiri pamannya dengan langkah tertatih.
Tongkat yang selama ini setia menemaninya berderit pelan di setiap hentakan. Matanya yang sayu menatap Reno penuh harap, berharap bahwa ia salah dengar.
Reno mengangguk lemah. "Maafkan paman, Ara. Paman terpaksa melakukan ini." Wajahnya terlihat kusut dan penuh beban. "Paman tidak mungkin menukar Gisel demi melunasi hutang paman yang menumpuk."
Air mata Ara mengalir deras tanpa bisa dicegah. Ia tidak menyangka, ia harus menghadapi kenyataan pahit seperti ini.
Kenapa nasibnya begitu malang? Seolah di dunia ini tidak ada yang menginginkannya.
Bahkan satu-satunya paman yang ia jadikan sandaran, tega menjualnya.
"Ara, kau harus terima pernikahan itu!" Maya, bibinya, berteriak sambil menunjuk wajah Ara dengan kasar. "Kau harus tahu diri! Selama ini kami sudah merawatmu. Kami tidak mendapatkan apa pun! Jadi, kau harus balas budi!"
Gisel hanya tersenyum tipis. Senyum kemenangan yang membuat hati Ara semakin perih.
Sungguh, inilah saat yang Gisel tunggu-tunggu.
Selama tinggal bersama Ara, Gisel sangat malu karena memiliki saudara pincang. Ia selalu merasa minder dan iri dengan perhatian yang Ara dapatkan, meskipun Ara sendiri tidak pernah menginginkannya.
Ara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di hatinya. Mungkin ini memang sudah jalan takdirnya. Ia cacat, menjadi beban bagi keluarganya, dan sekarang harus menikah dengan orang yang tidak ia cintai demi melunasi hutang pamannya.
"Kau harus menerimanya, Ara," batinnya dalam hati.
"Kenapa diam saja? Jawab! Mau atau tidak?" desak Maya dengan nada tinggi.
"Maya, hentikan! Bicara pelan-pelan saja," sahut Reno, mencoba menenangkan istrinya.
Ara menatap kedua orang yang selama ini menjadi keluarganya. Ia melihat kelelahan di wajah pamannya dan kebencian di mata bibinya.
Tak ingin membuat mereka bertengkar lebih jauh, Ara akhirnya mengangguk lemah.
"Ara mau menikah demi melunasi hutang paman," ucapnya lirih.
Reno menghela napas lega, sementara Maya tersenyum puas. Gisel pun tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Hanya Ara yang merasa dunianya runtuh. Ia merasa seperti barang yang bisa diperjualbelikan.
Malam itu, Ara tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk. Ia bertanya-tanya, siapa pria yang akan menikahinya? Apakah ia akan bahagia? Apakah ia akan diperlakukan dengan baik? Atau justru sebaliknya, ia akan menderita seumur hidupnya?
Tiba-tiba, ia teringat pada ibunya. Dulu, ibunya selalu mengatakan bahwa Ara adalah anak yang kuat dan istimewa. Bahwa ia bisa melewati segala rintangan dalam hidupnya.
Kata-kata itu memberikan sedikit kekuatan bagi Ara. Ia tidak boleh menyerah. Ia harus berani menghadapi takdirnya.
"Ibu, Ara janji akan kuat. Ara akan berusaha bahagia," bisiknya lirih, menatap langit malam.
Tok! Tok!
Reno mengetuk pintu kamar Ara. Dengan ragu, ia membuka pintu dan masuk. Ara sedang duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah jendela.
Kamar itu terasa sunyi dan dingin, mencerminkan suasana hati Ara.
"Ara," panggil Reno lembut. Ia duduk di samping Ara dan meraih tangannya. "Paman ingin bicara."
Ara menoleh, menatap pamannya dengan mata sembab.
"Paman mau bilang apa? Apa paman mau membatalkan pernikahan ini?" tanyanya.
Reno menghela napas berat. Ia tahu, jauh di lubuk hati Ara, ia sangat menolak pernikahan ini.
Namun, ia juga tahu, Ara melakukan ini demi dirinya, demi melunasi hutang-hutangnya.
"Ara, dengarkan paman," ucap Reno. "Jika kau tidak setuju, pernikahan ini tidak akan dilakukan. Paman tidak akan memaksamu."
Mendengar itu, air mata Ara kembali mengalir. Ia terharu dengan ketulusan pamannya. Ia juga merasa bersalah. Ia tidak ingin menjadi beban bagi pamannya. Ia tidak ingin melihat pamannya terus dihantui oleh hutang.
"Tidak, Paman," jawab Ara lirih. "Aku akan tetap menikah. Aku tidak ingin paman terus menderita karena hutang."
Reno terdiam. Tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Ara, maafkan paman," ucap Reno dengan suara bergetar. "Paman sudah mengecewakanmu."
Ara menggeleng. "Aku mengerti. Aku tahu paman melakukan ini karena terpaksa."
Reno memeluk Ara erat. Ia merasa sangat sedih dan menyesal. Ia berharap, Ara bisa bahagia dengan keputusannya.
"Kau harus bersiap," ucap Reno setelah beberapa saat. "Besok pagi, anak buah Edward akan menjemput mu."
Mendengar itu, hati Ara kembali mencelos. Ia tahu, hidupnya akan berubah drastis mulai besok.
Arabella akan meninggalkan rumahnya, keluarganya, dan semua yang ia kenal. Ia akan memasuki dunia baru yang penuh dengan ketidakpastian.
Reno melepaskan pelukannya dan menatap Ara dengan tatapan penuh kasih.
"Kau harus kuat, Nak," ucapnya. "Paman yakin, kau bisa melewati semua ini. Dan terjemah masih untuk semuanya."
Ara mengangguk lemah. Ia mencoba tersenyum, meskipun hatinya hancur berkeping-keping.
Setelah Reno keluar dari kamar, Ara kembali menatap jendela. Ia melihat bulan yang bersinar redup di antara awan-awan gelap. Ia merasa seperti bulan itu, sendirian dan terasing.
"Selamat tinggal, dunia lamaku," bisiknya lirih. "Semoga aku bisa menemukan kebahagiaan di dunia baruku."
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul