NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 17

Ponsel Meira bergetar di atas meja makan yang masih penuh dengan belanjaan yang ia beli. Layar menyala, menampilkan satu nama yang sudah lama ia hapal di luar kepala “Mama”. Seketika dadanya terasa tersentak. Jari-jarinya kaku. Ia menatap lama layar itu, tidak langsung mengangkat. Bagian dari dirinya ingin membiarkan panggilan itu mati sendiri, tapi ada sisi lain... sisi kecil yang masih berharap, barangkali ibunya menelepon karena rindu, karena peduli, atau sekadar ingin tahu apakah anaknya baik-baik saja.

Dengan gerakan malas, ia akhirnya menyapu layar. Ponsel ditempelkan ke telinga, tapi Meira tidak bersuara. Ia menunggu.

“B*go!” suara perempuan di seberang langsung meledak, membuat telinga Meira bergetar. “G*la lo ya? Apa yang lo pikirin, minta uang ganti rugi ke Erick segala? Elo pikir kalo dia udah kasih uang, dia masih mau tahu urusan situ? Enggak! Itu artinya dia lepas tangan. Dia cuci tangan dari lo!”

Meira menutup matanya rapat-rapat. Suara itu menusuk, tapi entah kenapa ia tidak kaget. Ia sudah menduga arahnya akan ke sana. Bibirnya bergerak pelan, suaranya serak menahan perasaan yang bercampur aduk.

“Terus? Lo pikir gue peduli? Untuk apa punya bokap kalau dari dulu aja gue cuma jadi beban di mata dia?”

Hening sejenak, hanya napas berat dari seberang. Lalu suara ibunya meninggi lagi, penuh kejengkelan.

“Lo itu nggak pernah mau mikir. Pantes sekolah amburadul! Lo pikir gampang jadi gue? Jadi si Erick? Nanggung malu punya anak kayak lo."

“Stop!” Meira memotong, dadanya naik turun cepat. “Lo pikir gue nggak malu punya orang tua kayak lo berdua?! Satu ngacir ninggalin gue, satu lagi sibuk nyalahin gue terus. Gue cuma... gue cuma pengen hidup gue ringan, nggak lagi harus ngerasa jadi sialan yang kalian sesali setiap hari.”

Air mata mulai mengalir tanpa ia sadari. Tangannya yang menggenggam ponsel bergetar, tapi suaranya tetap terdengar penuh amarah.

“Gue nggak peduli kalo Erick nggak mau tau lagi soal gue. Fine! Malah lebih baik. Gue juga udah capek berharap. Sekarang gue punya kompensasi gue sendiri. Lo pikir gue bakal pake itu buat apa? Gue akan hidup sendiri. Gue nggak butuh lagi kasih sayang setengah hati, apalagi dari orang yang selalu bikin gue ngerasa salah cuma karena gue lahir.”

Di seberang, ibunya terdiam beberapa detik. Mungkin sedang mencari kata untuk melawan, mungkin juga sedang menahan sesuatu. Tapi akhirnya yang terdengar:

Klik. Sambungan terputus.

Meira menatap layar ponsel yang kini gelap. Tangisnya pecah, tubuhnya gemetar. Ia jatuh terduduk ke lantai, punggungnya menempel pada lemari dapur. Air mata membanjiri pipinya, tapi tidak ada lagi suara. Hanya isakan tertahan yang membuat dadanya terasa semakin sakit.

“Kenapa... kenapa dunia selalu lawan gue...” gumamnya parau.

Di balik kemarahan dan tangis, ada satu perasaan yang lebih tajam menusuk yaitu kehilangan. Meski ia selalu berkata tidak peduli, bagian dalam dirinya masih berharap ibunya akan merangkul, bukan menolak. Harapan itu kini runtuh, dan yang tersisa hanya kehampaan.

____

Dua hari penuh Meira tak keluar kamar. Tirai jendela tertutup rapat, hanya remang lampu meja yang menemani ruang apartemennya. Kotak makanan instan menumpuk di sudut, barang belanjaan dua hari lalu dibiarkan tergeletak. Dia hanya berbaring, bangkit sebentar untuk minum, lalu kembali tenggelam dalam hampa.

Matanya bengkak, merah, dan sakit. Ia sudah terlalu sering menangis, tapi perih di dadanya tak juga reda. Semua terasa menekan. Ibunya tak peduli, ayahnya hanya melihatnya sebagai masalah, bahkan uang pun sampai saat ini belum diberikan.

Meira menggenggam ponselnya. Nama yang pertama kali muncul di kepalanya bukan ibunya, bukan ayahnya. Melainkan Kevin. Orang asing yang hanya sekali bertemu, tapi entah kenapa meninggalkan jejak dalam hatinya.

“B*doh...” gumamnya, menertawakan dirinya sendiri. Apa gunanya menulis pesan ke idol besar seperti Kevin? Dia mungkin bahkan sudah lupa wajahnya. Tapi jemarinya tetap bergerak, mengalahkan logikanya.

Kev... maaf kalo gue ganggu. Mungkin lo nyesel udah kasih nomor pribadi ke gue.

Tapi gue cuma pengen bilang... hidup gue berantakan. Gue sendirian. Kadang gue mikir... buat apa gue ada kalau nggak ada yang peduli.

Lo mungkin nggak ngerti, tapi musik dan suara lo yang bikin gue bertahan sampe sekarang. Tanpa itu, gue mungkin udah nyerah dari dulu.

Gue capek, Kev. Gue bener-bener capek.

Tangan Meira gemetar. Air mata jatuh membasahi layar. Ia sempat ragu menekan tombol kirim, tapi akhirnya ia lepaskan juga. Pesan itu meluncur, meninggalkan dadanya yang sesak seakan terlepas sedikit... tapi juga menambah takut.

“Dia pasti jijik,” batinnya. “Pasti mikir gue maniak, nyusahin.”

Meira menutup wajah dengan kedua tangannya, menangis lagi sampai bahunya bergetar hebat.

____

Di tempat lain, malam sudah larut. Kevin baru saja selesai latihan dengan SilverDawn. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya lebih lelah lagi. Ia duduk di kursi belakang mobil van, menyalakan ponsel. Satu notifikasi muncul.

Satu nama. Meira.

Kevin mengernyit. “What the...?” gumamnya. Ia membuka pesan itu, membaca perlahan.

Kalimat demi kalimat menusuk. Ia bisa merasakan rasa putus asa yang ditulis dengan terbata. Jari-jarinya berhenti di layar, napasnya tercekat ketika membaca bagian terakhir.

Gue capek, Kev. Gue bener-bener capek.

“Damn...” bisiknya pelan. Dadanya terasa berat. Matanya terarah kosong ke luar jendela, tapi isi kepalanya penuh dengan pesan itu.

Anton yang duduk di depan sempat menoleh. “Ada apa, Kev?”

Kevin buru-buru mengunci ponselnya. “N-nothing,” jawabnya cepat. Tapi wajahnya jelas berubah.

Dalam hati, Kevin bergulat. This is not normal fan message. This is... serious. Ia menutup mata sebentar, mencoba menenangkan diri. Tapi pikiran tentang Meira, sendirian di apartemen itu, tak mau pergi.

Malam itu, untuk pertama kalinya Kevin merasa hubungan mereka, entah bagaimana, sudah melampaui sekadar idol dan fan.

____

Malam itu, Kevin tak bisa memejamkan mata. Ia sudah bolak-balik di ranjang, menatap layar ponsel yang masih menampilkan pesan terakhir dari Meira. Kata-kata itu terus bergema di kepalanya. “Gue capek, Kev. Gue bener-bener capek.”

Kevin menggenggam ponselnya erat. Ia tahu risikonya jika terlibat lebih jauh. Anton pasti akan marah besar kalau tahu. Tapi kali ini, nalurinya lebih kuat daripada aturan. Ia tidak bisa hanya diam. Ia tidak mau besok mendengar berita buruk hanya karena ia mengabaikan tanda yang sudah jelas.

Dengan napas panjang, Kevin menekan tombol panggilan.

Di seberang sana, ponsel Meira bergetar di atas meja kecil. Awalnya ia tidak mau mengangkat. Matanya bengkak, wajahnya kusut. Tapi ketika ia melihat nama itu Kevin, jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat ia menyapu air mata dan menggeser layar.

“...Kev?” suaranya serak, lemah.

“Meira,” Kevin menahan napas, suaranya rendah. “I got your message. Aku nggak bisa diem aja. Tell me, are you okay right now?”

Meira terdiam sebentar, lalu menghela napas panjang. “Gue... nggak tahu. Rasanya kayak... nggak ada gunanya gue hidup.”

Hening menyelimuti sejenak. Kevin meremas rambutnya sendiri, frustasi. “Don’t say that. Please. Aku serius, jangan pernah mikir lo nggak ada gunanya.”

Air mata Meira kembali mengalir. “Kev... bisa nggak... video call? Gue cuma pengen lihat lo. Biar gue yakin gue nggak lagi ngomong sama ilusi.”

Kevin menutup mata. Ia tahu itu bukan hal bijak. Tapi suara Meira begitu rapuh, membuatnya tak tega menolak. Akhirnya ia menekan tombol video call.

Wajah Meira muncul di layar kusut, pucat, rambutnya acak-acakan. Tapi justru itu yang membuat Kevin terdiam lama. Ia bisa melihat betapa hancurnya gadis ini.

“You...” Kevin menarik napas dalam. “Lo keliatan capek banget. But still, you’re here. You’re breathing. That means you’re stronger than you think.”

Meira menatap layar dengan mata berkaca. “Kenapa lo baik banget sama gue, Kev? Lo bahkan nggak kenal gue.”

Kevin menggeleng. “I don’t know. Tapi setelah baca pesan kamu... aku ngerasa kalo aku diem aja, aku bakal nyesel seumur hidup.”

Suara Meira pecah, tangisnya semakin deras. “Lo tau nggak, Kev... semua orang di sekitar gue selalu bikin gue ngerasa salah. Bahkan ibu gue sendiri...”

Kevin menatapnya dalam-dalam lewat layar. “Mei dengerin aku. Aku nggak tau tentang hidup kamu, tapi aku tau satu hal: You deserve better. Kamu nggak sendirian. Maybe aku cuma orang asing, tapi tonight... I’ll stay with you, okay?”

Meira menutup mulut dengan tangan, terisak keras. Untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa ada seseorang yang benar-benar mendengar, bukan hanya menghakimi.

Kevin bersandar ke bantal, matanya tak lepas dari layar. Ia memutuskan untuk tetap terhubung, setidaknya sampai Meira bisa tertidur.

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!