WARNING❗
Cerita ini, buat yang mau-mau saja, TAK WAJIB BACA JUGA
Mengandung banyak Flashback
Banyak nama tokoh dari novel-novel pendahulu mereka
Slow update
Alur lambat
So, yang gak suka silahkan cabut, dan berhenti sampai di sini ❗
⚠️⚠️⚠️
Kenzo akhirnya menerima permintaan sang bunda untuk menikahi putri sahabatnya semasa SMA.
Tapi ternyata gadis itu adalah adik tiri Claudia mantan kekasihnya. Dulu Claudia mencampakkan Kenzo setelah pria itu mengalami kecelakaan hingga lumpuh untuk sementara waktu.
Bagaimana lika-liku perjalanan pernikahan Kenzo dengan Nada? (yang selisih usianya 10 tahun lebih muda).
Di sisi lain, Nada masih terbelenggu dengan potongan ingatan masa kecil yang mengatakan bahwa ibunya meninggal karena mengakhiri hidupnya sendiri.
Apakah itu benar? Atau hanya dugaan semata? Lantas jika tidak benar siapa gerangan yang telah menghilangkan nyawa ibunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Misterius
#9
Jangan dikira, Kenz sudah profesional, ia adalah amatiran dalam hal berciuman, tapi bila dibandingkan dengan Nada, tentu ia lebih profesional, walau selama ini ia hanya pernah melihat adegan tersebut melalui beberapa film yang ia tonton.
Nada yang masih gelagapan dan terbelalak, mulai memberontak, namun, alih-alih melepaskan, Kenzo justru semakin memperdalam, bahkan lidahnya mulai menjelajah. Kedua tangan Nada ia tahan diatas kepala, dan tubuh Nada sudah berada di bawah kungkungan hingga gadis itu pasrah seandainya malam ini semuanya terjadi.
Benar-benar pengalaman baru bagi keduanya, tapi sebuah suara tiba-tiba membuyarkan momen tersebut. “Kenz, ingat! Pelan-pelan saja.”
Suara dari dalam kepala Kenz, membuat pria itu melepas tautan mereka. Kenzo menatap bening mata Nada, “Sekarang kamu mengerti, bukan?”
“Ngerti, Mas,” sahut Nada cepat, disertai anggukan.
“Jadi, jangan coba-coba melakukan gerakan bibir seperti tadi di depan pria lain!” ultimatum Kenzo.
Nada kembali mengangguk, “Bagus, istriku sangat pintar. Ayo kita tidur.”
Kenzo melepaskan genggaman tangannya pada kedua lengan Nada, ia membawa gadis itu ke dalam dekapannya seperti malam sebelumnya.
Detak jantungnya benar-benar seperti sebuah orkestra, masa bodo jika Nada mendengarnya dengan jelas.
“Apa, kamu sering mengalami mimpi buruk seperti kemarin?” tanya Kenzo, mengalihkan pembicaraan adalah cara paling ampuh meredam gejolak dalam dirinya.
“Dulu, iya,” jawab Nada.
“Sekarang?”
“Jarang, mungkin kemarin terbawa suasana saja, karena kita sedang berada di rumah tersebut. Rumah yang menjadi tempat kejadian. Jadi, ketika ada sedikit saja kejadian yang sama, alam bawah sadarku menyeruak, tapi aku tetap tak bisa menemukan jawabannya.”
“Jawaban apa?”
“Jawaban tentang, siapa yang datang bertamu malam itu,” sambung Nada.
Kenzo semakin mengeratkan pelukannya, “Tidak apa-apa, jangan buru-buru jika itu bisa membuatmu sakit,” bisik Kenzo ketika merasakan dadanya basah oleh cairan hangat yang berasal dari air mata Nada.
“Datanglah padaku jika kamu butuh tempat bersandar.” Tak disangka, kalimat itu membuat Nada menangis. “Kenapa menangis?” Buru-buru Kenzo bertanya.
Nada mendongak sesaat, “Karena Mas, adalah orang pertama yang menawarkan pelukan, dan aku tak perlu canggung untuk meng-iyakan.”
Kenzo tersenyum, kemudian kembali memeluk Nada, mengusap rambut dan punggung wanitanya dengan sayang. Ia paham maksud Nada, mungkin Aric baik, namun, Nada tak bisa begitu saja memeluk pria itu karena perasaan canggung, mengingat mereka adalah saudara tiri.
Lalu Papa Emir? Pasti karena Nada tak merasakan kedekatan emosional, hingga Nada tak tahu caranya mendekati sang papa, apalagi untuk bermanja-manja layaknya ayah dan anak.
Dalam hati Kenzo berniat ingin mendatangi Danesh, barangkali kakak sepupunya tersebut tahu tentang seluk-beluk kasus meninggalnya Dokter Febiola.
•••
“Apa maksudmu?!” Mama Laura menyeret Claudia kemudian menatapnya dengan tajam.
Claudia meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, “Tahan suara Mama!” pekik Claudia dengan suara tertahan, ia menoleh ke segala arah, memastikan tidak ada siapa-siapa yang mendengar suaranya.
Mama Laura melipat kedua tangannya di depan dada. “Jelaskan pada Mama!”
Claudia membawa Mama Laura masuk ke kamarnya. “Apa yang ingin Mama tahu?”
“Kehamilan. Tadi kamu mengusap perutmu, dan mengatakan ingin pertanggungjawaban. Bertanggung jawab apa? Dan siapa?”
“Duh, Mama, susah deh, ngomong sama orang kolot kayak Mama.”
Plak!
Plak!
Mama Laura memukul lengan dan punggung Claudia bertubi-tubi, “Dasar! Kami tuh perempuan kenapa menyerahkan tubuhmu begitu saja pada pria yang bukan suamimu? Mau jadi apa kamu, hah?!”
“Iihh, apa sih, Ma. Biasa aja kali, ini tuh udah biasa di kalangan anak muda,” tukas Claudia.
“Hal biasa?! Mau ditaruh mana wajah Mama dan Papa kalau sampai kamu hamil padahal belum menikah?”
“Ya sebelum orang lain tahu, aku akan mendatangi rumah orang tua Kanaka dan minta pertanggungjawaban.”
Mama Laura menggeleng heran, “Kenapa kamu begitu ceroboh?!”
“Pada awalnya tidak sengaja, karena kami mabuk, lama-lama ketagihan—” jawab Claudia, sambil memainkan kuku tangannya.
“Ckckck, Mama tidak sangka kamu semurah itu, padahal Mama sudah berencana membuat Kenzo tergoda padamu. Tak tahunya—”
“Duh, Mama. Ini tuh dah biasa, tak harus berpatokan, pada perawan atau tidaknya seseorang untuk bisa menikah.”
“Lagian nih, aku juga gak mau balik lagi sama Kenzo!” Claudia menegaskan.
Mama Laura cukup terkejut, “Balik lagi? Jangan-jangan, kalian?”
“Sebenarnya, Dia mantan kekasihku, dulu. Ketika kami sama-sama SMA,” jawab Claudia.
“Kenapa tidak bilang sejak awal, kan Mama bisa mendekatkan kamu lebih dulu, daripada si anak pembawa sial itu.”
“Iih, nggak, Ma. Siapa juga yang mau sama dia. Lagian dulu juga aku nggak tahu, apakah benar-benar suka, atau hanya kasihan pas dia nembak aku di lapangan sekolah.”
•••
Pagi datang, Kenz harus segera bersiap karena hari ini ia mulai bekerja, dan sebagai istri, sudah pasti Nada akan mengikuti kemanapun Kenzo pergi.
“Kak, sampaikan salam kami untuk Papa dan Mama, ya?” pamit Kenz karena pagi itu hanya Aric yang sudah bangun, itupun karena pria itu hendak joging.
“Iya, Nanti aku sampaikan.”
Brugh!
Tiba-tiba Nada memeluk Aric, “Aku pasti merindukanmu, Kak,” bisik Nada.
“Iya, Kakak juga, pasti sepi sekali rumah ini, karena tak ada yang akan jadi sasaran kejahilanku,” cetus Aric.
“Sukurin,” kekeh Nada, “Makanya buru-buru cari istri.”
“Dasar bocah, mentang-mentang sudah menikah. Iya, nanti aku cari istri, awas kalau nanti kamu cemburu.”
Nada manyun, namun, tiba-tiba ia ingat peringatan Kenzo semalam, jadilah gadis itu hanya menyeringai. “Tidak akan, aku sudah punya pengganti Kakak, iya, kan, Mas?”
Kenzo tak menjawab, ia hanya mengusap tangan Nada yang kini melingkari lengannya. “Kami pamit, ya, kak?”
Aric dan Kenz berpelukan sekilas, “Jaga adikku baik-baik. Dia mungkin sedikit merepotkan, tapi dia—”
“Kak! Kenapa bilang aku merepotkan!” protes Nada.
“Nah, inilah yang ku maksud, sifatnya yang masih kekanakan, mungkin akan membuatmu lelah, atau justru membuat hidupmu lebih berwarna.”
Kenzo tertawa, “Iya, Kak.”
Tak lama kemudian Mobil Kenz bergerak keluar dari halaman rumah mewah tersebut, Nada masih melihat ke belakang, seolah-olah, hatinya masih tertinggal di sana.
“Kenapa? Berat ikut denganku?”
Nada berbalik, dan menggeleng, “Tidak, Mas. Justru aku menantikan saat ini, saat bisa keluar dari rumah itu.”
Kenzo menaikkan alisnya. “Kenapa?”
“Jika ada seseorang yang tidak suka padamu, apa kamu masih sanggup bertahan di rumah itu? Hampir setiap hari Mama Laura selalu menatapku dengan pandangan benci dan muak. Kak Claudia tak pernah menganggapku ada, dan Papa yang melarangku pergi, justru tak pernah terlihat ada di rumah.”
“Walau rumahnya mewah, tapi apakah akan nyaman tinggal di dalam sana?”
Kenzo tak mengatakan apa-apa, ia hanya menggenggam tangan Nada, lalu berkata. “Di rumah kita nanti, kamu boleh menciptakan suasana yang membuatmu nyaman.”
“Tapi aku ingin rumah yang ramai, Mas.”
“Kalau begitu, hari minggu nanti, kita ke markas keluarga Geraldy, kamu tak hanya akan mendapatkan suasana ramai.”
“Tapi?” Nada mulai penasaran.
Kenzo terkekeh, “Nanti kamu tahu sendiri, betapa hebohnya keluargaku jika kami sedang kumpul bersama.”
•••
Pagi menjelang siang itu Claudia terbangun, dan melihat ada pesan misterius dari nomor yang tidak ia kenal.
Nomor tersebut, mengirimkan sebuah pesan.
📥 Kamu bukan satu-satunya bagi Kanaka.
Dan pesan kedua berupa video, dengan rasa penasaran tingkat tinggi, Claudia membuka video tersebut.
Dadanya tak hanya bergolak, tapi seperti gunung berapi yang siap memuntahkan lahar panasnya. Bagaimana tidak, karena video tersebut adalah adegan pergumulan panas Kanaka dengan wanita yang entah siapa, Claudia tak mengenali wajahnya.
“Bajingan!” teriak Claudia dengan suara melengking.
hmmm siapa kah lelaki yang nabrak pagar? apakah orang suruhan Kanaka itu??
next Thor..