NovelToon NovelToon
GELAP

GELAP

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa / Bad Boy / Gangster / Office Romance / Chicklit
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.


Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.


Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.


Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.


Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ANHAR YANG GELISAH

HAPPY READING

Jangan lupa follow akun

instagram

author ya @rossssss_011

Agam melihat ke luar pagar sekolah, ia hendak patroli seperti biasa. Namun deru mesin motor-motor besar semakin mendekat ke gerbang sekolah, ia menyipitkan matanya guna memastika ia tidak salah lihat.

“PAK SERBI! KUNCI GERBANGNYA PAK! CEPAT PAK!” teriak Agam dengan panik.

Satpam bernama Serbi, alias serba-serbi yang semula duduk di pos jaganya dengan secangkir kopi pahit. Ia malah dikagetkan dengan teriakan Agam tak jauh darinya, ia kemudian keluar dari pos jaganya.

“Waduh, mereka mau nyerang sekolah lagi.” Satpam itu panik, segera mengunci gerbang seolah dengan gembok besar.

Agam panik. “Pak, jangan berdiri di situ!”

Alex yang baru datang juga ikut panik, mereka berdua saling menatap lalu melihat ke gerbang sekolah. Motor-motor itu semakin dekat, jumbelahnya begitu banyak dengan masing-masing diantara mereka membawa berbagai macam alat untuk menghancurkan apa saja.

“Sial! Gam panggil Anhar!” Alex segera mengirim pesan pada anggota Reapers yang sedang bolos agar segera kembali ke sekolah.

“Sialan, mau apa lagi mereka?”

Agam segera menuju kelas inti Reapers, untung saja koridor sepi karena sedang proses mengajar berlangsung. Napasnya ngos-ngosan karena jarak gerbang ke kelas Anhar dkk cukup jauh.

Kelas yang semula hening, mendadak dikagetkan dengan kemunculan ketua osis mereka. Keringat mengalir deras di pelipisnya, serta napasnya yang tak teratur. Mata Agam mencari sosok Anhar.

“Bos!” panggil Agam masih berusaha mengatur napasnya.

Anhar yang duduk di meja paling belakang pojok, mengangkat satu alisnya. Menunggu Agam melanjutkan ucapanya, tapi kalimat selanjutnya membuat mereka panik kecuali inti Reapers.

“Demon, bos. Demon nyerang sekolah!”

“Sial,” desis Anhar, meninggalkan mejanya dengan cepat.

Guru yang mengajar sudah tahu situasinya, sisanya tinggal ia yang mengarahkan siswanya untuk tidak panik. “Anak-anak, sekarang tinggalkan kelas dan segera keruang Aula. Sekarang!”

Kelas Anhar mulai bubar, panik, dan takut. Walau ini bukan kejadian pertama, tetap saja penyerangan sekolah mereka begitu menakutkan, pihak lawan tidak pernah pandang bulu. Mereka bahkan menyerang guru jika menurut mereka menjadi pengganggu.

“Alex dan yang lainnya udah ambil posisi,” jelas Agam pada Anhar.

“Semua siswa gimana?” tanya Anhar tetap berjalan cepat.

“Gue udah kirim pesan ke semua ketua kelas, jadi aman.”

Saat mereka sampai di lantai satu, koridor ramai. Semua siswa berlari ke satu arah, yaitu ruang Aula yang aman bagi mereka. Sebaliknya dari arah berlawanan, anggota yang tergabung dalam Reapers mulai dari kelas tingkat sepuluh hingga tingkat dua belas berjalan menuju gerbang utama.

Semua murid laki-laki yang tergabung dalam geng yang dimimpin Anhar. Membuka jalan bagi ketua mereka. Tak ada tawa, tak ada candaan. Yang ada hanya wajah penuh keseriusan, para remaja itu sama-sama menahan amarah karena musuh mereka berani mengganggu ketenangan sekolah.

“Wow, bos besar ternyata udah datang.”

Anhar menatap tajam Refan, wajahnya semakin dingin. Rahangnya mengeras, mengangkat wajahnya tanpa ketakutan melihat pasukan Refan di depannya.

“Mau apa lo?” Tanya Anhar penuh penekanan.

Refan menyerigai. “Mau ngasih lo salam hangat,” jawabnya sok dekat.

Tatapan mata saling menusuk, penuh dendam tak terucap. Suasana semakin panas, lebih panas dari matahari menggantung di atas sana. Suara kendaraan dari jalan utama mendadak hening, seolah tahu perang besar akan di mulai.

“Salam hangat apaan, lo ganggu kita belajar tau nggak sih!” Jaguar menatap tajam musuhnya.

“Jangan sok jadi murid pintar lo!” jawab pihak musuh di luar gerbang yang masih tergembok itu.

“Dih, kita emang pintar. Sorry ya, kita nggak kayak lo pada,” balas Yoyo dengan wajah menantang.

“Ngga usah bacot lo pada! Bagi gue, kalian cuma anak-anak sok jagoan!” refan melangkah mau, senyum sinis di wajahnya.

Anhar mengangkat dagunya, tatapannya dingin menusuk. “Jangan banyak omong, Refan. Lo bakal nyesal karena berani nyentuh wilayah kita!”

Refan terkekeh, suara tawanya menusuk telinga. “Gue nggak pernah takut nyentuh wilayah yang bukan punya lo.”

“Bacot banget sih lo!” Haikal mulai greget di tempatnya.

Tangan-tangan para remaja itu sudah mengepal. Dari pihak lawan, mereka membawa rantai kecil, balok, dan alat lainnya. Tapi pihak Anhar melawan dengan tangan kosong, mereka tidak akan kalah hanya melawan para pecundang itu.

“Gam, buka gerbangnya.”

Agam mengangguk, membuka gembok gerbang. Gerbang besi yang menjadi penghalang kedua musuh itu terbuka lebar, atmosfer semakin kuat.

“Jangan biarin mereka masuk ke dalam sekolah!” Suara Anhar sedikit keras, membuat mereka mengangguk kompak.

“Seragam gue bakalan kusut lagi,” bisik Yoyo pelan.

“SERANG!”

&&&

Suasana semakin menegangkan. Batu berceceran di halaman sekolah, bahkan banyak kaca jendela yang pecah akibat lemparan batu dari pihak lawan. Suara pukulan, hantaman balok kayu, bahkan suara menahan sakit, saling bersahut-sahutan.

Pasukan Demon berhasil masuk ke lingkungan sekolah, mereka merusak fasilitas sekolah yang mereka temui. Hal itu berhasil membuat anggota Reapers semakin marah, merusak fasilitas sekolah, sama saja mengundang malaikat kematian.

“Sialan! Berani lo rusak pos jaga sekolah gue?!”

Yoyo tidak tinggal diam, ia maju dengan cepat. Lalu memberi pukulan kuat di rahang lawannya, tidak sampai di situ. Ia juga menendang kuat perut lawannya hingga tersungkur.

“Kalian semua bisanya cuma nyusahin!” tekan Yoyo, menangkis serangan dadakan dari sisi kirinya.

Bugh!

“Mati lo!”

Di sisi lain. Jaguar tidak kewalahan melawan tiga sekaligus, fisiknya yang besar menjadi tameng. Pukulannya kuat, menumbangkan lawan sekali pukulan saja.

“Lo kalau masih kecil, jangan sok jagoan!”

“Jangan bacot lo!”

Jaguar terkekeh sinis, kancing kemeja sekolahnya dibuka satu-satu, memperlihatkan baju dalaman putih yang membentuk otot dadanya.

BUGH!

“Kemampuan lo cuma segitu?” Jaguar mengangkat satu alisnya.

Tak jauh dari Jaguar. Ada Vino melawan wakil Demon, yaitu Dandi. Satu lawan satu, ini bukan sekedar pertarungan, tapi balas dendam yang tidak pernah selesai. Dandi selalu tertinggal jika melawan Vino di arena balap, ia menyimpan dendam pada Vino.

“Masih nggak mau nyerah lo ternyata,” kekeh Vino, seragamnya tetap rapih.

“Nggak usah bacot lo!” Dandi maju, menyerang Vino tanpa jedah.

Vino bergerak lincah menangkis serangan Dandi, sangat muda baginya membaca taktik serangan lawan.

“Giliran gue.”

BUGH!

Satu pukulan mendarat di dada Dandi, tersungkur beberapa langkah ke belakang. Vino belum puas, menyerang Dandi sama seperti yang dilakukan Dandi tadi. Tidak memberi jedah. Serangannya selalu tepat sasaran, membuat Dandi tidak kewalahan.

Di sisi lain. Dekat dengan gedung utama. Haikal melawan dua orang, teganya kuat hingga sekali pukulan membuat lawan tumbang.

BUGH!

“Salam hangat dari gue,” ucap Haikal diakhiri kekehan ringan, membuat lawannya semakin terbakar emosi.

Haikal menghindar dari balok kayu itu, menangkisnya dengan tangan tanpa merasa sakit sama sekali. Ini saatnya ia meluapkan semua emosinya, bayangan wajah Rahmat menggelapkan matanya.

“Gue suka cara lo, sialan!” Haikal terkekeh sinis, maju dan memberi hantaman keras.

Tak jauh dari Haikal. Ada Keylo yang melawan tiga orang, salah satunya menggunakan rantai untuk menyerangnya. Ia tidak takut, sebaliknya ia semakin tertantang untuk menjatuhkan lawannya.

“Maju,” katanya.

Satu lawan maju, menyerang Keylo dengan tendangan. Tapi Keylo menghindar, membalasnya dengan hantaman keras pada wajah lawan.

BUGH!

“Jangan banyak gaya,” lanjutnya.

Tak!

Rantai besi menghantam lantai cukup keras, untung saja Keylo menghindar tepat waktu. Lawannya menyerang Keylo secara beruntal.

“Key, hati-hati.” Haikal hendak membantu Keylo di sana, namun serangan dari balok kayu hampir saja membuat kepalanya bisa bocor.

Di tengah-tengah pertarungan itu. Anhar melawan Refan, ia tidak mengizinkan Refan mengambil alih pertarungan ini. Refan salah mencari masalah di wilayahnya, baginya menyerang sekolah hanya dilakukan oleh pengecut seperti Refan.

“Lo nggak akan bisa ke luar dari sini, Refan!”

Tatapan Anhar menusuk, wajahnya merah bukan karena panasnya matahari. Tapi karena menahan emosi. Mengingat ke jadian kemarin sore, membuatnya semakin brigas.

“Kita liat aja,” kekeh Refan.

Refan maju, mengantam wajah Anhar dengan cepat. Namun Anhar berhasil menahan serangan itu, sebaliknya dia menyerang perut Refan hingga mundur beberapa langkah. Setelah itu, Anhar kembali menyerang Refan di bagian wajah.

BUGH!

BUGH!

serangan Anhar terakhir membuat Refan tumbang, menendang kuat dada Refan hingga terjatuh. Nafas Anhar memburuh, keringat bercucuran, serta rambutnya yang basah oleh keringat menambah kesan berwibawa.

&&&

Anhar kembali ke gudang belakang sekolah, entah kenapa kakinya mebawanya ke sini. Meninggalkan pertempuran yang masih berlangsung, membuka pintu gudang, mencari seseorang namun ia tidak melihatnya.

“Sial,” desisnya.

Ia kembali meninggalkan gudang itu, menuju kelas sebelas lantai dua. Yang ia dapat hanya kelas kosong, menendang kesal pintu kelas. Lalu kembali turun, menemui salah satu anggota Reapers.

“Doni!” panggil Anhar di tengah kekacauan.

“Kenapa bang?” tanyanya dengan wajah penuh keringat.

Anhar memegang kedua pundak Doni, menatap seksama mata adik kelasnya sekaligus anggotanya. “Lo ngarahin semua teman kelas lo ke Aula?”

“Iya, bang.”

“Lo lihat murid beasiswa itu?”

“Dia pamit ke toilet waktu guru ngajar tadi, gue nggak tahu sekarang dia di mana.”

Anhar kembali berlari, bagaimana bisa Syla menghilang saat situasi darurat seperti ini?

ANHAR KHAWATIR? NGGAK MUNGKIN KAN?

KAYAK BIASA YA BESTIE😌

KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂

SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👇👇👇

PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋

1
Siti Nina
Salam kenal Thor,,,🙏 masih nyimak 😊
Anagata_aa113: terimakasih sudah mampir👍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!