Lin Pan mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dikhianati dan dikuasai oleh amarah, ia kehilangan kendali—dan membunuh keduanya dengan cara yang brutal.
Namun takdir mempermainkannya. Sesaat setelah perbuatan itu, sebuah tas jatuh dari lantai atas dan menimpanya. Bukannya mati, Lin Pan justru terbangun di dunia lain… dalam tubuh seorang bocah 17 tahun bernama Mo Tian, murid sekte rendahan yang selalu dihina dan diremehkan.
Di tengah keputusasaannya, Mo Tian menemukan sebuah teknik terlarang — Blood Devour Technique, kemampuan mengerikan yang memungkinkannya menyerap dan mengendalikan darah musuhnya.
Dengan kekuatan itu, ia bersumpah untuk membalas setiap penghinaan… dan menulis ulang takdirnya dengan darah.
📷 IG: @agen.one
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
031: kedatangan Sang Penjebak di Sekte Bambu Hitam
Melangkah melintasi keramaian kota, Mo Tian dan Xie bergerak seperti sepasang kekasih, tangan mereka terjalin erat, menciptakan ilusi keintiman yang hangat di tengah hari yang dingin. Namun, bagi Mo Tian, sentuhan itu hanyalah sebuah taktik, jembatan emas menuju sarang musuh.
Karena ketidaktahuan Mo Tian tentang letak geografis sekte bambu hitam, ia menoleh ke belakang, memandang Xie dengan tatapan penuh pesona.
"Nona, di manakah letak sebenarnya Sekte Bambu Hitam itu? Aku benar-benar merasa asing dengan setiap tempat di sini. Mungkin, akan lebih baik jika Nona yang menuntunku," bisik Mo Tian, kata-katanya mengalir lembut seperti sutra.
Wajah Xie bersemu merah. Kerlingan mata Mo Tian selalu berhasil meluluhkan pertahanannya. "B-Baiklah. Kalau begitu, i-ikuti aku saja." Xie patuh, berbalik dan berjalan di depan, masih menggenggam erat tangan Mo Tian.
"Ya," jawab Mo Tian, mengikuti langkah sang pemandu dengan kesabaran seorang predator yang sedang mengintai mangsa.
Keheningan menyelimuti mereka selama berjalan, sebuah keheningan yang dipenuhi debar jantung Xie dan perhitungan Mo Tian. Setelah beberapa menit, sebuah pemandangan megah membentang di hadapan mereka.
"Jadi ini kediaman Sekte Bambu Hitam?" Mo Tian berseru, nada suaranya sedikit terkejut, walau sebenarnya itu hanya kepura-puraan. "Ternyata jauh lebih besar dari dugaanku!"
Sekte itu menjulang tinggi, arsitekturnya lebih kokoh dan luas dibanding sekte Elder Han Wu yang kecil, menjanjikan benteng yang lebih sulit ditembus.
"I-Iya, ini dia. Kalau begitu, ayo kita masuk," ajak Xie, langkahnya semakin mantap.
Xie berjalan mendahului, menarik Mo Tian yang tanpa perlawanan membiarkan dirinya dituntun. Namun, mata Mo Tian bekerja tanpa henti.
Pandangannya menyapu setiap sudut, dari atap hingga tanah. Ia mencatat keberadaan para penjaga yang memiliki basis kultivasi Qi Refining tahap 3 hingga 6. Setiap balok kayu, setiap jendela, setiap celah pertahanan dari bangunan kolosal itu diabadikan dalam memori fotografis di otaknya. Mo Tian menghafal setiap potensi jalur pelarian dan titik kelemahan.
Tepat ketika Xie hendak memasuki Paviliun Utama, langkah mereka dihentikan oleh seorang penjaga gerbang.
"Berhenti! Xie, kau membawa siapa? Jangan sembarangan membawa orang asing ke dalam," tegur penjaga itu, tatapannya tajam dan waspada terhadap Mo Tian.
"Apa-apaan kau!" Xie bereaksi seketika. Kemarahan murni tumpah karena pujaan hatinya dihalangi. "Biarkan kami masuk! Atau aku akan melaporkanmu kepada Nyonya Mei! Dia adalah tamu Nyonya Mei, tahu!"
Ancaman itu berhasil. Mendengar nama istri pertama Tuan Sekte, nyali penjaga itu langsung ciut. Ia segera menyingkir, membiarkan jalan terbuka.
"Akhirnya kau paham juga," desis Xie, lalu ia kembali menuntun Mo Tian memasuki aula paviliun utama.
Setiap ruang di dalam sekte memancarkan kemegahan dan keluasan. Lorong-lorong yang mereka lalui dihiasi patung-patung kuno dan senjata-senjata pusaka yang dipajang. Semuanya adalah manifestasi dari kekayaan dan kekuasaan sekte.
Perjalanan itu berakhir di sebuah taman indah, sebuah permadani hijau yang dihiasi beraneka macam bunga langka. Bunga-bunga itu disusun dengan artistik, membentuk hiasan jalan setapak yang membawa mereka menuju tujuan akhir.
Di depan mereka, berdiri sebuah paviliun terbuka—hanya beratap dan ditopang oleh tiang-tiang ukiran. Bangunan itu tampak berkilauan, sebab setiap tiang dan atapnya dihiasi dengan perhiasan mewah, emas dan berlian yang memantulkan cahaya matahari, bukti kemewahan yang tak tertandingi.
"Kita sampai juga di tempat Nyonya Mei dan yang lainnya sedang mengadakan acara minum teh," ujar Xie, melirik Mo Tian, menanti pujian atas keberhasilannya membawa tamu istimewa itu masuk ke dalam sarang rahasia.
...****************...
Buat temen-temen yang ingin mendukung dan menyemangati author agar tetap bisa update bisa novel ini, bisa sawer ke sini ya
-Dana:085210275637
-Gopay:085210275637
𝙈𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙢𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙙𝙞 𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩𝙞𝙣, 𝙜𝙖𝙠 𝙩𝙖𝙪 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙤𝙩𝙖𝙠 𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙣𝙜𝙚𝙡𝙖𝙜 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙢𝙞𝙠𝙞𝙧.