menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.
pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.
penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Malam semakin pekat, gelap gulita tanpa ada satu pun cahaya dari sang surya. Hanya pelita kecil yang tergantung di depan sebuah perguruan yang menjadi satu satunya sumber penerangan, redup dan bergoyang mengikuti hembusan angin dingin serta menjadi saksi satu peristiiwa yang mengerikan yang terjadi di depan perguruan tersebut.
Bau anyir mulai menusuk hidung, menusuk hingga perut mual bagi mereka yang tak tahan. Satu per satu tubuh berguguran dengan suara parau, luka dan napas tersengal menyatu dalam hening yang mencekam.
Di dekat sana, berdirilah sosok yang sumber dari petaka yang terjadi. Dia adalah Ki Suganda yang menatap tajam ke arah pemuda yang juga berdiri kokoh menatapnya balik, senjata terangkat di acungkan ke arah Ki Suganda, siap melawannya tanpa ada rasa takut yang di perlihatkan oleh pemuda tersebut.
melihat hal tersebut, Mata Ki Suganda berkobar marah, otot ototnya menegang saat napasnya berat dan teratur.
“Kau akan menyesali penolakanmu,” suaranya serak namun penuh ancaman.
“Kematian adalah balasan bagi mereka yang menantangku.” lanjutnya lagi
Tenaga dalam tubuh Ki Suganda berdenyut, setelah ia mengalirkannya, merambat dan memancar ke seluruh tubuhnya. Beberapa benda di sekitar terlempar dengan dorongan tenaga yang tak terlihat, seolah tanah pun bergemetar di bawah kakinya. Tatapannya tidak bergeser, terfokus pada lawan yang berani menghadangnya.
Ki Suganda tidak tinggal diam. Ketika calon lawannya sudah memegang senjata yang siap menantangnya. Pada akhirnya, ia juga langsung menarik senjatanya Dari warangkanya.
Srenggg..
Sebuah pedang sudah tergenggam erat di tangan Ki Saganda, ketika ia alirkan tenaga dalam pada senjatanya. Terlihat percikan petir yang sedikit menyala pada pedangnya itu, sebagai pertanda jika ia memiliki elemen petir.
Bayu Wirata adalah sosok pemuda yang akan menjadi lawan Ki Saganda melihat akan pertarungan yang akan ia lakukan sebentar lagi, sesaat matanya melirik ke arah Ki Kurawa yang berdiri di sampingnya.
"Lebih baik kau pergi Ki. Biarkan aku menghadapi orang ini" kata Bayu Wirata namun dengan tatapan mata kembali ke depan
Ki Kurawa berdiri di sampingnya, matanya tak lepas mengamati ucapan Bayu Wirata. Ia hanya mengangguk pelan, lalu melompat mundur beberapa langkah kebelakang, untuk menjaga jarak. Raut wajahnya serius, menandakan rasa penasaran yang membuncah.
"Aku sangat penasaran, sekuat apa pemuda ini," gumamnya pelan, tatapannya fokus menembus kegelapan malam demi menyaksikan satu pertempuran yang akan terjadi di depan matanya.
Bayu Wiraya sudah memusatkan tenaga dalam, napasnya teratur serta dengan matanya menyala. Tanpa ragu, dia melesat maju menyerang dengan kecepatan luar biasa.
Tak mau kalah, Ki Saganda juga membalas dengan gerak cepat, tubuhnya seolah melayang saat menyongsong Bayu dengan niat membunuh yang membara.
Wushhh…
angin deras menyapu udara saat keduanya berlari saling berhadapan. Jarak semakin dekat, napas tertahan sejenak sebelum tabrakan dahsyat terjadi. Ayunan senjata mereka beradu dengan denting tajam yang bergema keras.
Tranggg..!
Jledar!
Percikan petir dari pusaka mereka menari liar, menerangi medan pertempuran dan memercikkan aura mistis di udara yang tegang.
Pada saat itu, Ki Saganda merasakan kebas pada tangannya ketika benturan mereka terjadi.
"Luar biasa. Pusaka itu memang luar biasa. Hanya di gunakan seorang pemuda yang baru belajar dunia persilatan, sudah membuatnya terlihat hebat" gumam Ki Saganda yang memuji pusaka tersebut. Namun meremehkan kemapuan pemuda di depannya.
Rasa kagum Ki Saganda terhaadap pedangnya itu, membuatnya lengah hingga satu celah terbuka yang sangat membahayakan dirinya.
Sebenarnya Bayu Wirata hanya sedikit mengalirkan tenaga dalamnya pada pedangnya itu, Sehinga kekuatan yang ada di dalam pusaka tidak maksimal. Akan tetapi, sudah di kagumi oleh lawan.
Bayu Wirata melihat celah terbuka pada Ki Saganda. Hal itu langsung di manfaatkan oleh pemuda itu untuk melakukam serangan.
Tenaga dalam sudah di alirkn pada kaki kanannya. Lalu di ayunkan ke depan untuk melakukan sebuah tendangan pada celah terbuka itu.
Bammm..
Tendangan Bayu Wirata mengenai telak dada Ki Saganda, hingga membuat sosok tersebut langsung terlempar ke ke belakang dengan sangat kuat.
KI saganda berguling guling di atas tanah, hingga berhenti setelah menabrak sebuah pohon.
Brakkk.
Ki Saganda menatap tajam sosok pemuda yang menjadi lawannnya. Ada rasa heran yang ia rasakan pada pemuda itu.
"Dia kuat, ini bukan karena pusaka, ini murni kekuatannya sendiri" desis Ki Saganda yang menyadari kemampuan pemuda di depannya
Pada saat ini, Ki Saganda bangkit berdiri sembari mengalirkan hawa murni pada dadanya yang sedikit nyeri akibat tendangan lawannya.
"Aku harus serius menghadapinya. jika jika tidak, maka pusaka itu tidak dapat aku miliki" gumam Ki Suganda penuh tekad
Wushhh..
Ki Suganda melesat kembali ke depan, dengan tenaga dalam yang sudah di alirkan lebih banyak dari sebelumnya.
Hingga saat jarak sudah dekat. Ia langsung mengayunkan pedang bekali kali dengan cukup cepat. Berharap dapa melukai lawannya.
Akan tetapi, Bayu Wirata bukanlah sosok pendekar biasa. Kemampuan dan tingkat bertarungnya yang sudah setara dengan ketua dari sebuah perguruan membuatnya dapat mengimbangi kecepatan Ki Saganda.
Trang..
Trang..
kembali dentingan senjata terdengar saat mereka melakukan pertarungan jarak dekat. Sembari mencoba mencari celah dari lawan masing masing.
Cukup lama ia bertarung dengan seperti itu, akan tetapi, celah pertahanan tidak ada yang terbuka seolah terjaga dan di kunci rapat agar tidak di serang lawan.
Percikan petir menyambar nyambar pada gesekan pedang mereka. Yang mengakibatkan pencahayaan sesaat di malam itu. Namun, pencahayan itu adalah pencahayaan yang mengerikan karena bisa membahayakan jika terkena.
"Ternyata kau memiliki kemampuan cukup tinggi anak muda" kata Ki Suganda di sela pertarunganya.
"Tidak juga. Kependekaranku masih berada di bawahmu, aku berada di pendekar tingkat bumi tahap awal, sedangkan kau berada di tahap menengah" jawab Bayu Wirata yang mengetahui, jika tenaga dalamnya masih di bawah sosok yang menjadi lawannya.
Memang pada saat itu, perbedaan tingkatan dan tahap kependekaran mereka selisih satu tahap. Hal itu sangat berpengaruh dalam sebuah pertarungan.
"Walaupun aku kalah dalam adu tenaga dalam, namun aku memiliki cara bertarung dengan jurus jurus yang akan merepotkanmu. Bahkan dengan jurusku. Aku bisa mengalahkanmu dengan mudah" lanjut Bayu Wirata sambil tersenyum.
Hahahaha..
KI Saganda tertawa mendengar kepercayaan diri dari pemuda di sepannya. Namun ada rasa kagum juga yang ia rasakan terhadap sosok lawannya itu.
"Baru kali ini, aku bertemu dengan seorang pemuda yang memiliki kemampuam tinggi, usia dirimu masih sangat muda. Namun kemampuanmu jauh melampai pemuda pemuda seusia dirimu, aku yakin di masa depan kau akan menjadi pendekar hebat. Itu pun jika kau berhasil selamat dari diriku" kata Ki Saganda yang berniat membunuh pemuda di depannya sebelum pemuda itu menjadi jauh lebih kuat dan berbahaya di masa depan.
Ki Saganda mengalirkan tenaga dalam tambahan ke dalam pedang miliknya, kilatan petir semakin menyala terang. Sesaat setelah, itu Ki Saganda langsung mengayunkan pedang tersebut dengan sangat kuat.
"Tebasan pedang petir" teriak Ki Saganda membahana.
Bayu Wirata melihat ayunan pedang lawan. Jarak yang sangat dekat, akan sangat sulit bagi pemuda itu untuk menghindar. Maka dari itu, pemuda tersebut tidak memiliki pilihan lain, kecuali harus menangkisnya.
Pemuda itu mengangkat pedangnya yang berasal dari belati kecil tadi. Hingga tidak berapa lama kemudian pedang Ki Saganda menghantamnya dengan sangat kuat.
Jledarr. .
Ledakan petir terjadi saat senjata mereka saling berbenturan. Menyebabkan pencahayaan yang menyilaukan mata di malam itu.
Akibat gelombang ledakan dari benturan tersebut, Bayu Wirata terlempar ke belakang dengan sangat kuat. Kaki pemuda itu mendarat di atas tanah. Mencoba memperlambat laju tubuhnya. Hingga membuat sebuah garis di atas tanah.
Setelah berhenti, pemuda itu menatap sosok lawan di depannya.
"Cukup lumayan Ki" kata Bayu Wirata singkat.
Ki Saganda melihat Bayu Wirata yang berhasil menahan serangannya. Hal itu membuatnya menggelengkan kepalanya. akan tetapi, rasa kagumnya kepada pemuda tersebut juga semakin kuat.
"Kau sungguh pemuda yang hebat, kau mampu menahan ayunan pedang yang aku lakukan tadi" kata Ki Saganda memuji.
"Jika saja kau berada di pihak golongan hitam, maka kau akan aku didik menjadi lebih kuat lagi. Tapi sayangnya, kau berada di jalur yang berbeda denganku, sehingga kau harus di bunuh" lanjut Ki Saganda yang tidak main main.
Bayu Wirata menatap tajam wajah lawannya, yang terlihat begitu serius dan penuh tekanan. Dadanya berdegup cepat, membuatnya tak bisa lagi meremehkan Ki Saganda.
“Baiklah... aku akan menggunakan jurus ninja,” gumam Bayu Wirata, suaranya rendah tapi penuh tekad. Ia perlahan menyiapkan kuda kuda, pedang terhunus bersilang di sampingnya, menandai kesiapan bertarung.
Ki Saganda terkekeh kecil, senyum sinis mengembang di bibirnya.
“Kuda kuda apaan itu? Kau bilang punya jurus yang bisa merepotkanku, tunjukkan saja kalau berani!” Tantangan itu terucap dengan nada mengejek, matanya membidik Bayu Wirata penuh keraguan sekaligus olok olok.
Bayu Wirata menelan ludah, menatap balik penuh keyakinan.
“Apakah kau yakin? Tapi jangan nyesel kalau kau yang kalah, bahkan bisa tewas,” balasnya dengan suara yang lebih tegas.
Ki Saganda menyingkirkan keraguannya, wajahnya berubah dingin.
“Lakukan saja. Jangan cuma banyak gertak tanpa aksi, seperti bocah kecil.” Ia melangkah maju, memancing pertarungan yang sesungguhnya.
Setelah mendengar kepastian dari sosok lawannya, Bayu Wirata menarik napas sesaat. Setelah itu membuangnya kembali. Bersamaan dengan itu, ia langsung mengeluarkan jurusnya.
"Tebasan pedang bayang" kata Bayu Wirata yang mengeluarkan jurusnya.
Pemuda itu mengayunkan pedangnya satu kali ke depan. namun ratusan cahaya berbentuk tebasan keluar dari pedang itu. Lalu melesat cepat menuju Ki Saganda.
Ki Saganda sangat terkejut ketika melihat ratusan cahaya berkilatan biru sedang melesat ke arahnya. Dengan gerakan cepat ia langsung melompat ke sana kemari untuk menghindar.
Jledar..
Jledar..
Tebasan petir yang berhasi di hindari oleh Ki Saganda menghantam tanah dan beberapa pohon di sekitarnya. Menyebabkan ledakan yang memekakkan telingan. Perlahan api mulai membakar beberapa pohon yang ada di sana.
bayu Wirata melihat lawannya tengah sibuk menghindari serangannya, lalu ia memutuskan untuk menggunakan kemampuan lain miliknya.
wushhh..
Bayu Wirata menghilang tanpa jejak dari tempatnya berdiri, sudah pasti ia melakukam jurus perpindahan yang menjadi jurus ninjanya.
Pemuda itu tiba tiba muncul di dekat Ki Saganda. Menggantikan lesatan dari jurus tebasan petirnya sebelumnya.
Tepat pada saat kemunculannya itu, Bayu Wirata langsung mengayunkan pusaka yang ia pegang dengan erat ke arah Ki Saganda.
Ki Saganda yang merasakan adanya serangan dari arah samping langsung terkejut. Ketika melihat sosok pemuda yang menjadi lawannya sudah menebaskan pedangnya. Dengan gerak cepat, ia berusaha untuk menangkisnya sebisa yang ia lakukan.
Ki Saganda mengangkat pedangnya ke atas.
Trangg..
Tebasan pedang Bayu Wirata menabrak pedang dari Ki Saganda dengan sangat kuat.
Hal itu memang cukup berhasil membuat Ki Saganda selamat dari kematian. Namun, sebagai gantinya, ia justru terlempar dengan sangat kuat kebelakang.
Hupppp..
Ki Saganda menancapkan pedangnya ke tanah untuk mengurangi kecepatan dari tubuhnya yang terdorong ke belakang. Hingga tidak lama kemudian, ia benar benar berhenti dengan jarak yang cukup jauh.
Matanya menatap tajam ke arah pemuda yang hampir membunuhnya.
"Jurusnya memang sangat merepotkan. Tapi jurus apa yang ia gunakan?. mengapa ia bisa berpindah tempat seperti itu" gumam Ki Saganda bertanya tanya.
Baru saja ia bergumam seperti itu, tiba tiba pemuda yang di lawannya melesat ke arahnya dengan sebuah serangan.
Melihat hal tersebut, Ki Saganda langsung menarik pedangnya kembali, bersiap menyambut serangan lawan.
Namun satu hal terjadi, Saat jarak sudah dekat, lawannya itu tidak melakukan apa apa. Seolah pasrah memberikan tubuhnya untul di bunuh.
Ki Saganda mengerutkan dahi, bisikannya nyaris tak terdengar.
"Apa yang terjadi padanya?" Matanya terpaku, penuh keheranan, melihat lawannya yang tampak tak bergerak berdiri mematung.
Namun, keganjilan itu justru menguntungkan dirinya. Tanpa membuang waktu, ia manrik pedangnya dengan gerakan kilat, mengayunkan bilah tajam itu tepat ke dada Bayu Wirata.
Crasss…
Suara dentaman pedang yang menancap dalam mengiringi tubuh Bayu yang terhuyung, tanpa perlawanan sedikit pun.
Wajah Ki Saganda mengembang dengan senyum kemenangan.
"Akhirnya kau mati juga, bocah. Terlalu kuat jika dibiarkan hidup," ucapnya dingin.
Namun tiba tiba, dari balik tubuh Bayu yang seharusnya sudah diam itu, muncul sebuah pedang lain, menusuk kembali ke dalam tubuhnya. Pedang itu terus menembus, tanpa berhenti, sampai menembus tubuh Ki Saganda itu sendiri, membuat ekspresi di wajahnya berubah menjadi kaget dan terpana.
Crashhh..
Arkkhhhh..
Ki Suganda berteriak kesakitan karena tusukan tersebut. Bersamaan dengan itu, ia juga melihat pemuda yang ia bunuh tadi sudah menghilang. Berganti dengan sosok yang sudah menusuk tubuhnya.
"Tidak mungkin" desis Ki Saganda seakan tidak percaya.
Pada saat itu, ia sudah sangat yakin jika ia sudah berhasil menancapkan pedangnya pada lawan. Akan tetapi, apa yang ia lihat sekarang sangat berbeda jauh dari kenyataan.
Pada dasarnya, Ki Saganda sudah terkena jurus ilusi dari Bayu Wirata. Tepat pada saat ia sedang menahan ayunan pedang Pemuda itu tadi.
Akibat dari jurus ilusi itu, Ki Saganda merasa jika ia sudah berhasil membunuh Bayu Wirata. Padahal itu hanyalah sebuah ilusi dari lawannya.
Hal itu membuat Ki Saganda lengah, sehingga lansung di manfaatkan oleh Bayu Wirata untuk menusukkan pedangnya ke tubuh sosok ketua dari Perguruan Badai Neraka itu.