My Little Girls

Talita baru saja duduk di meja makan, Bagas dan juga Silvia sudah berada di sana tanpa Calista namun tidak membuat ketiganya khawatir dengan keadaan Calista yang bahkan belum kembali sejak kemarin.

  "Talita, kamu tidak ke kampus lagi?"Kata Bagas menatap Talita yang masih menggunakan piyama.

  "Engga Pa aku malu, semua orang tau soal Perusahaan Papa dan mereka pasti mengejek aku."

  "Tapi kamu harus tetap kuliah Nak, itu buat masa depan kamu."

  "Biar saja dulu Mas, lagian masa depan Talita itu juga tergantung suaminya nanti kan. Jadi sayang, kamu harus cari calon suami yang kaya."

  "Oke Ma."

Bagas menghela napas, dia sudah cukup pusing soal perusahaannya dan mengurus dua wanita ini, dia sudah sangat lelah. Biar saja terserah mereka.

  "Kak Calista belum pulang ya Pa."

Silvia langsung menatap tajam putrinya, untuk apa dia menginginkan soal gadis itu. Bukannya itu lebih baik jika dia tidak kembali lagi ke rumah mereka.

  "Anak itu, padahal kemarin hanya ribut biasa tapi dia malah pergi dari rumah. Biarkan saja, dia juga sudah dewasa."

Bagas terdiam, dia teringat dengan ucapan Leon jika dia tidak boleh lagi mengganggu Calista.

  "Papa berangkat dulu." Bagas beranjak bangun dan mengambil tasnya.

  "Talita, kamu kenapa tanya soal Calista tadi."

  "Loh kenapa Ma?"

  "Bagus dong kalau dia tidak kembali itu artinya semua kekayaan akan dengan mudah kita miliki."

Talita tersenyum dan mengangguk "Mama bener, enggak usah pulang sekalian dia. Jadi kita bisa nikmati kekayaan ini berdua."

  "Tapi Ma, bukannya Perusahaan Papa lagi ada masalah?"

  "Kamu tenang aja sayang, Leon sudah membantu Papa."

  "Leon, laki-laki tampan kaya raya itu. Kenapa bisa aku melupakannya."

Silvia tersenyum menatap putrinya.

  "Jadi? Apa yang akan kamu lakukan sayang? Mama lihat kamu menyukainya. Apa kamu sudah lupa tentang Abian?"

  "Abian, dia memang tampan Ma tapi dia tidak sekaya Leon. Berbeda dengan Leon. Leon sangat tampan, sexi dan yang paling utama dia kaya raya."

  "Ya kamu benar sayang, dan Mama akan dukung apapun yang mau kamu lakuin."

Talita terdiam dan mengangguk. Dia tau langkah awal yang akan dia lakukan untuk mendekati Leon.

  "Oke Mama, aku mau mandi dan bersiap."

  "Bukannya kamu bilang tidak ke kampus?"

  "Aku akan ke Perusahaan Leon, menemui calon suami aku Ma."

Silvia tersenyum dan menatap Talita yang berjalan menuju kamarnya.

  Leon,, kamu pasti tidak akan bisa menahan pesona Talita. Kita lihat bagaimana Talita bisa mengambil harta Leon. Dia memang anak aku.

Silvia tersenyum dan kembali menikmati sarapannya.

********

Ethereal Company

Satu perusahaan besar dimana memiliki berbagai cabang di beberapa kota besar bahkan hingga luar negeri. Perusahaan milik seorang pebisnis muda bernama Leonal Harits. Laki-laki yang memiliki sejuta pesona namun tidak ada satu wanita pun yang bisa mendapatkan hatinya, mencuri pandangan. Hanya satu gadis kecil yang sudah terukir indah dan berlabuh di dalam hatinya. Calista Angela.

Leon sedang bersama Zidan didalam ruangannya, menatap sebuah Laptop yang menampilkan grafik Perkembangan Perusahaan.

"Ini sangat bagus untuk cabang baru perusahaan kita Tuan. hanya dalam waktu kurang dari satu tahun sudah bisa berkembang semakin pesat." Ucap Zidan.

Leon mengangguk.

"Berikan bonus kepada mereka, terutama mereka yang bekerja keras."

"Baik Tuan. Apa ada hal lain?"

"Pergi dan belikan ponsel untuk Gadisku."

"Baik."

Zidan menunduk dan berjalan keluar. Leon bulan seorang Bos yang tidak peduli dengan semua karyawannya. Dia akan begitu baik dengan mereka yang bekerja loyal dengannya. Semua orang tau itu, namun tidak dengan orang yang menusuknya dari belakang, orang yang mengkhianatinya. Leon tidak akan melepaskannya bahkan sampai ke akar-akarnya.

Leon teringat dengan gadisnya, dia lantas membuka cctv rumahnya. Senyuman jelas terlihat di wajahnya saat melihat Calista sedang bersama Lila. Tertawa dan itu membuat Leon merasa bahagia.

Leon sengaja meminta Lila untuk menemani Calista, karena bagaimana pun gadisnya butuh teman dan Lila, dia satu-satunya pelayan yang masih muda juga selalu bertingkah baik sela bekerja.

"Nona Anda-

Leon menoleh dan segera menutup Laptopnya dan menatap ke arah pintu.

"Maaf Tuan saya sudah melarangnya masuk." Zidan menunduk.

"Biarkan dia masuk."

Zidan mengangguk dan membuka lebar pintu ruangan. Talita berjalan masuk dengan senyumannya.

"Kita tidak memiliki janji bertemu."

"Yah kau benar Leon, tapi sebagai putri dari orang yang sudah kamu tolong seharusnya aku mengucapkan terimakasih bukan, karena kamu sudah bersedia membantu Perusahaan Papa."

Leon terdiam, dia tampak tidak menatap Talita yang menggunakan pakaian begitu ketat.

"Tuan Bagas sudah mengucapkan itu sebelumnya."

"Aku tau, tapi aku datang secara khusus untuk berterima kasih. Dan mengajak kamu untuk sekedar makan siang bersama."

"Maaf saya sibuk, masih harus bertemu dengan beberapa klien."

"Wah, aku melupakan jika kau seorang yang begitu sibuk."

Leon beralih menatap Talita, dia muak dengannya namun dia ingin tau apa yang akan perempuan ini lakukan.

"Leon, Kau terlalu lelah bekerja dan itu sangat tidak baik untuk kesehatan." Talita berjalan mendekat dan duduk di meja tepat didepan Leon.

"Lantas? Apa yang harus saya lakukan "

Talita tersenyum dan tangannya mulai meraba dada kekar Leon.

"Aku bisa membuat kau lebih rileks setelah lelah bekerja."

Jijik. Itu yang saat ini Leon rasakan bahkan dengan posisi Talita yang begitu dekat dengannya.

"Sepertinya Anda lupa soal perempuan yang ada dalam hati saya. Dia akan selalu akan menghilangkan rasa lelah saya."

"Saya ingat itu, tapi jika dia tidak berada di sini sekarang? Dan dia tidak selalu bersama kamu Leon."

Leon mengangkat satu alisnya.

"Kau bisa bersamanya saat bertemu tapi kita? Kau bisa saja memanggil bahkan bertemu dengan ku."

Leon terdiam, dia terus menatap wajah Talita yang terus saja menggodanya.

Aku tau Leon, kau tidak akan tahan. Bahkan kini kau menatapku dengan tatapan seperti singa yang kelaparan. Oke, kita lihat apakah tubuhmu tidak akan bereaksi dengan sentuhan-sentuhan aku atau kau yang akan kalah.

Talita tersenyum dan terus melancarkan aksinya, tangannya terus bermain diatas dada Leon. Membusungkan dadanya. Senyuman yang begitu menggoda hingga Talita mulai semakin mendekat. Wajahnya hingga begitu dekat dengan wajah tampan seorang Leon. Mata hitam pekatnya, Alis tebalnya bahkan rahang kerasnya benar-benar menggoda dan Talita tidak tahan dengan semua itu.

Bruk.!

"Aw..."

"Dasar Jala** "Ucap Leon Menatap Tajam Talita yang terjatuh dilantai karena dorongannya.

"Le- Leon, kamu "

"Jangan berpikir aku akan tergoda dengan sifat busuk kamu."

Leon mengambil ponselnya dan segera menghubungi Penjaga.

"Seret wanita ini keluar, dan jangan biarkan dia kembali."

"Baik Tuan. Ayo Nona."

"Lepas. Aku bisa sendiri." Teriak Talita bangun. Dia menatap Leon tajam. "Ingat Leon, siapa yang akan kalah." Ucapnya berlalu pergi.

Leon menekan nomor Zidan segera.

"Halo Tuan.

"Bawakan pakaian ganti sekarang."

"Baik Tuan."

Leon melepas jasnya, dia tidak akan Sudi memakai pakaian yang sudah di sentuh perempuan lain.