NovelToon NovelToon
Istri Lugu Sang Cassanova

Istri Lugu Sang Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nelramstrong

Siapa sangka, menabrak mobil mewah bisa berujung pada pernikahan?

Zuzu, gadis lugu dengan serangkaian kartu identitas lengkap, terpaksa masuk ke dalam sandiwara gila Sean, cassanova yang ingin lolos dari desakan orangtuanya. Awalnya, itu hanya drama. Tapi dengan tingkah lucu Zuzu yang polos dan penuh semangat, orangtua Sean justru jatuh hati dan memutuskan untuk menikahkan mereka malam itu juga.

Apakah pernikahan itu hanya permainan? Atau, sebuah takdir yang telah ditulis untuk mereka?
Mampukan Zuzu beradaptasi dengan kehidupan Sean yang dikelilingi banyak wanita?

Yuk, ikuti kisah mereka dengan hal-hal random yang dilakukan Zuzu!

Happy Reading ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelramstrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di mana Zuzu?

Mata Sean mengerjapkan pelan. Dia bergumam sambil memijat pangkal hidung yang terasa pening. Cahaya matahari menerobos masuk melewati jendela kamar yang gordennya sedikit terbuka.

Senyuman pria itu tiba-tiba mengembang saat membuka mata dan, yang pertama kali ia lihat: poster Zuzu yang berpose begitu menggairahkan di dinding. Pikiran liar mulai menguasai.

"Aku belum sempat mencoba semua gaya yang Zuzu perlihatkan di poster," gumamnya.

"Zu," panggil Sean, suaranya serak khas bangun tidur. Ia menolehkan kepala, mata menyipit saat tak mendapati sosok sang istri di sampingnya.

"Dia sudah bangun?" gumam Sean, seraya mendudukkan tubuh. Dia mengusap rambut yang sedikit panjang ke belakang lalu beranjak dari atas ranjang.

Tubuh yang hanya terbungkus celana boxer berwarna hitam berjalan menuju kamar mandi yang tertutup.

"Zu, apa kamu sedang mandi?" tanya Sean lalu memutar kenop pintu dan membukanya. "Zu," panggil Sean lagi, sambil melongokan kepala ke dalam.

"Ke mana dia?" gumam Sean, kekecewaan menyelimuti karena tak menemukan keberadaan sang istri. Padahal dia sudah berniat untuk melakukan olahraga pagi sebelum melakukan aktivitas.

"Dia pasti sedang bersama Mama sekarang." Dia menghembuskan nafas panjang. "Semoga saja wanita itu gak ngadu sama Mama. Pokoknya, kali ini aku gak akan menuruti permintaan Mama," gumam Sean, bertekad.

Ia masuk ke dalam kamar mandi dan segera mengguyur tubuh atletisnya dengan air dingin yang mengalir, memberikan kesegaran pada tubuh. Beberapa saat kemudian, setelah menyelesaikan ritual mandinya, Sean keluar dengan handuk yang melilit di pinggang.

Pikiran pria itu masih tertuju pada keberadaan sang istri yang belum diketahui. "Apa dia masih marah karena aku melarangnya?" Sean berdecak tak peduli. "Dia pikir dia siapa bisa mengaturku."

Setelah siap dengan setelan kerja, dan mengikat rambut seperti biasa, seolah sudah menjadi ciri khasnya, Sean keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, dia mendapati ibu dan ayahnya tengah menikmati sarapan.

"Zuzu mana, Ma?" tanya Sean sambil mengedarkan pandangan. Dia kemudian menarik kursi dan mendudukkan tubuh.

"Tadi dia bilang mau pergi ke kafe tempat dia kerja," jawab Sandrina datar, tanpa mengalihkan pandangan dari pisang yang tengah dikupas.

"Ngapain?" tanya Sean, keningnya berkerut penuh keingintahuan.

Sandrina mengedikkan bahu. "Mungkin dia mau lanjut kerja lagi. Dia bilang, bosnya itu terus nelpon dan maksa Zuzu balik kerja."

Sean menghela napas berat lalu menyandarkan tubuh dengan kasar. Sebelah tangan menggenggam sendok dengan erat.

"Kenapa dia gak bicara dulu padaku? Aku ini suaminya!" dumel Sean, rahang mengeras.

"Aku ini seorang CEO. Membiarkan istriku kerja, sama saja dengan menjatuhkan harga diriku. Dia pikir aku gak bisa mencukupi kebutuhannya."

"Sean, mungkin Zuzu bosan seharian di rumah. Makanya dia memutuskan balik kerja lagi." Kali ini, Sandrina berusaha memberikan pengertian pada putranya.

"Enggak, Ma. Dia pasti marah karena semalam aku menolak keinginannya," ujar Sean, yakin.

"Memangnya Zuzu minta apa?" David yang sejak tadi diam menyimak, kini buka suara.

"Zuzu minta jadi sekretaris di perusahaan, Pa. Yang bener saja!" jawab Sean, ketus.

David menghela napas, dan Sandrina kini hanya mendengarkan percakapan suami dan putranya.

"Ajak saja dia ke perusahaan, Sean. Ajari apa yang ingin dipelajari. Dia masih muda, Papa pikir, masih banyak hal yang ingin diketahuinya," usul David dengan enteng.

Sean menatap ibu dan ayahnya bergantian dengan tatapan intens. "Aku gak ada waktu mengajarinya, Pa," alibi Sean, dia tidak mungkin mengungkapkan alasan sesungguhnya.

"Biarkan saja Bianca yang mengajari istrimu. Kalau enggak... jangan larang Zuzu kerja di tempat lain, dia pasti ingin punya kesibukan sendiri," balas Sandrina, tak kehabisan akal untuk membujuk putranya.

Sean tidak menjawab, justru memalingkan wajah dengan kesal. Selera makan pria itu kini menguap begitu saja. Bukan karena tingkah Zuzu yang serasa tak menghargainya, tapi juga karena orang tuanya justru lebih berpihak pada wanita itu.

---

Sementara itu, di tempat lain...

"Zuzu!"

Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu memekik kencang, saat berhasil mengenali rekan kerjanya yang beberapa hari lalu tidak masuk kerja.

Namun, bukan hanya senang melihat Zuzu masuk kerja, tapi karena penampilan wanita itu yang berubah, sulit dikenali.

"Zuzu, ini kamu?" Indah, dia merupakan rekan kerja Zuzu di kafe itu.

Pagi ini, penampilan Zuzu berubah 180°. Dia melepaskan kacamata yang biasa bertengger di hidung mancungnya. Rambut yang biasa di kepang kini digerai. Wajah yang jarang tersentuh makeup, kini dipoles dengan begitu indah dan rapi. Penampilan sebelumnya terkesan asal-asalan, kini lebih feminim. Itu semua berkat ibu mertuanya.

Zuzu tersenyum lebar sambil memutar tubuh, hingga dress bermotif bunga-bunga itu sedikit terangkat memperlihatkan paha putih dan mulusnya.

"Indah, bagaimana menurutmu penampilanku?" tanya Zuzu, tak kuasa menahan rasa bahagia yang membuncah. Pagi ini dia terlihat lebih percaya diri, dan menambah semangat untuk menjalani hari.

Indah mengangkat kedua ibu jarinya sambil tersenyum lebar. "Kamu sangat cantik, Zu. Dari mana kamu belajar berdandan seperti ini? Dulu, waktu mau aku ajari, kamu malah menolak," ujar Indah. Tatapan berbinar penuh kagum pada sahabatnya.

Zuzu mengulum senyum. "Ini berkat seseorang. Ceritanya panjang, nanti aku akan ceritakan jika ada waktu luang," jawab Zuzu lalu berjalan ke ruang belakang, berganti pakaian dengan seragam.

Indah, dengan ekspresi penuh keingintahuan terus membuntuti sahabatnya. "Ceritakan saja sedikit, Zu. Dan dua hari ini kamu kenapa gak masuk kerja? Aku telpon juga kamu gak angkat. Aku sangat khawatir."

Zuzu menepuk-nepuk bahu Indah, seraya berucap, "Gak perlu khawatir, yang penting aku sudah ada di sini." Ia tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Ayo, kerja. Nanti Tuan Aiden marah." Zuzu dan Indah keluar dari tempat loker, langkah mereka terhenti di ambang pintu saat melihat seorang pria yang duduk di kursi, wajahnya tertutup buku menu.

"Indah, sepertinya ada pelanggan. Cepat kamu temui!" bisik Zuzu, sambil mencolek-colek pinggang rekannya.

Indah mengangguk dan segera pergi menghampiri pelanggan yang menunggu itu. Sementara Zuzu pergi ke meja kasir.

Zuzu menyibukkan diri dengan mengelap meja kasir yang sebenarnya sudah dibersihkan oleh Indah. Tak seberapa lama, rekannya itu kembali sambil tersenyum lebar.

"Zu, dia tampan sekali. Apa kamu gak ingin melihatnya dari jarak dekat?" bisik Indah sambil meletakkan kertas pesanan di meja.

Zuzu menggeleng cepat, namun netranya tertuju pada pria yang duduk membelakanginya. Dia merasa tidak asing dengan bentuk tubuh pria itu, namun tak terlalu memperdulikannya.

'Memangnya ada yang lebih tampan dari suamiku? Sean itu udah jadi pria tertampan yang pernah aku temui. Tapi, aku kesal karena dia gak izinin aku jadi sekretarisnya,' batin Zuzu.

"Ya sudah sana. Kamu siapkan pesanannya. Aku akan menunggu di sini, sambil memperhatikannya."

Indah dengan antusias mendorong tubuh Zuzu masuk ke depan pintu dapur, sementara dirinya menarik kursi dan duduk menopang dagu sambil memperhatikan pelanggannya itu.

Beberapa saat kemudian, perhatian Indah teralihkan, ketika pintu terbuka dan sosok pemilik kafe muncul. Ia langsung berdiri tegak dan menyapa bos-nya itu.

"Tuan Aiden," sapa Indah sambil tersenyum lebar.

Pria muda yang bernama Aiden itu berdehem pelan, sebelum bertanya, "Apa Zuzu masuk kerja hari ini?" tanyanya, suara terdengar ramah seperti biasa.

Indah mengangguk cepat. "Sudah, Tuan. Zuzu..." Kalimat Indah terpotong saat mendengar langkah kaki yang mengenakan sepatu hak tinggi mendekat.

Keduanya menoleh dan melihat Zuzu membawa nampan makanan yang dipesan pelanggan.

"Tuan Aiden," sapa Zuzu sambil mengulas senyuman termanis.

Kening Aiden berkerut. "Zuzu?" Dia merasa pangling dengan penampilan anak buahnya.

Zuzu mengangguk. "Iya, Tuan. Maaf, karena dua hari kemarin saya gak masuk tanpa memberitahu."

Aiden mengangguk pelan, matanya tak berkedip melihat wajah cantik, yang biasanya polos, kini lebih fresh dan dewasa.

"Zu, apa ini tanda-tanda?" tanya Aiden. Sebuah harapan besar mencuat dari dasar hatinya.

Zuzu mengerucutkan bibir, dia merasa ambigu dengan pertanyaan bos-nya. "Bagaimana maksudnya, Tuan?" tanya Zuzu. Dia meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja kasir sesaat.

"Apa ini tanda-tanda, jika kamu sudah siap dihalalkan?" celetuk Aiden, membuat tawa Indah berderai, namun buru-buru wanita itu membekap mulut dengan tangan, tak ingin mengganggu keromantisan keduanya.

Indah sudah sangat mengetahui jika Aiden menyukai Zuzu. Dia bahkan menjadi mak comblang, dan membujuk sahabatnya untuk menerima perasaan bos mereka itu, namun wanita itu selalu saja menolak.

Zuzu menyelipkan anak rambut ke belakang, gugup. "Sebenarnya... Tuan, saya minta maaf. Tapi, saya..."

"Zuzu istri saya!" Seorang laki-laki yang sejak tadi duduk di kursi, bangkit. Suaranya terdengar berat dan dingin.

Pria itu membalikkan tubuh, matanya yang tajam membuat suasana kafe itu berubah hening diselimuti ketegangan yang mencekam.

Melihat keberadaan suaminya di sana, mata Zuzu membelalak lebar. Tubuh menegang dan suaranya seakan tercekat di tenggorokan.

"Sean..."

Bersambung…

1
EndHa
masih kurang kak bacany.. kek.ny bab ini pendek bgt yaa .. 🤭
Nelramstrong: bab 19 bisa dibaca ulang, ya. aku baru revisi dan tambahkan beberapa part 😁😁
total 1 replies
EndHa
menanti sean bucin dg zuzu..
Nelramstrong: sabar, ya 😁
total 1 replies
EndHa
siapa yg berani nolak perintah tuan david.. 🤣
Nelramstrong: 😅😅😅😅😅😅😅
total 1 replies
EndHa
semangat zuzu,, qm si polos yg cerdik.. tebas semua ciwi² penggoda suami.mu..
Nelramstrong: Semoga bukan dia yang tumbang 😅
total 1 replies
EndHa
oalah zu,, ikan bakar lebih menggoda yaa 🤭
Nelramstrong: Zuzu tahu aja author nya juga lagi pengen ikan bakar 😂
total 1 replies
EndHa
Haii kakak... aq ikuti kisah zuzu,, baru baca noveltoon nih,, masih bingung.. hehe
Nelramstrong: Makasih, kak 🥰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!