ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya
tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seventeen
" dia memang aneh, kita udah lama berusaha meracuni william sejak tahu dia tipe narsistick yang rasis tapi dia kuat banget dan kebal racun".
" Dan rasis".
" Dia rasis?". Alea mengulang kaget.
" Loh harus liat kalau dia lagi berantem sama orang, tapi meski begitu wiliam memang gue akuin keren kok". Kata firman.
" Dia baik dan peduli sama orang lain, cuma jangan bikin dia kecewa aja. Soalnya kalau dia kecewa dan marah". Firman melirik pada bima dan kedua orang itu menunjukkan wajah ngeri.
" Kenapa kalau william kecewa?".
" Di jadi--".
" Yey, makannya udah selesai, saatnya mencuci piring".
William memotong perkataan firman. Dia bangkit berdiri dan mengambil mangkuk milik temannya.
" Biar aku aja yang cuci, kamu pergi aja sama temen kamu". Tawar alea.
" Nggak apa-apa, biar aku aja, aku sering nyuci piring di rumah". Dia menoleh pada dua temannya yang masih duduk dan bersiap menghidupkan sebatang rokok. " Fir, lo sama bima tunggu di luar aja kalau mau rokoan. Jangan di sini, nanti rumahnya bau".
" Oke, kita tunggu di luar ya".
William dan alea menuju ke dapur, alea memperhatikan laki-laki itu sibuk menyabuni mangkok dan panci yang tadi mereka pakai. Ternyata kalau dilihat lebih dalam lagi, william tidak se menyeramkan yang dipikirkan.
Laki-laki itu peduli sama orang lain, dia tidak sama dengan remaja umumnya yang lebih memilih untuk bersenang-senang bersama teman selevel.
Di nusa bhakti ada banyak sekali siswa kayak raya. Yang anak pejabat akan bergabung dengan anak pejabat lainnya, begitu juga dengan pengusaha. Kubu demi kubu sudah terbagi sesuai golongan.
Alea yang hanya siswi biasa pada akhirnya harus memojokkan diri dan memilih untuk terlihat antara ada dan tiada.
" William,". Panggil alea.
William yang sedang membilas menoleh, menemukan alya yang ada di sampingnya. Gadis itu begitu kecil dan pendek. Terlihat sangat imut dan polos. Pikiran william berkelana ke suatu masa, dia tersenyum lembut. Rasanya seperti de javu.
" Makasih ya kamu udah nolongin anak-anak itu, aku nggak tahu kalau kamu ternyata berperan cukup besar".
William ambil es tangannya dan memegang bahu alea, merapatkan tubuh gadis itu ke wastafel dan melumat bibirnya. Alea sedikit terkejut, tidak menyangka william akan menciumnya. Gadis itu membola mata dan memukul bahu william.
" Ada temen kamu".
" Mereka nggak akan liat".
Kata williams serak. " Mereka tahu aku bakal ngapain". Senyum laki-laki itu mengembang lalu mengajak alea pergi menuju lantai dua dan masuk ke kamarnya.
Di sana alea meremas seragam william. Matanya terpejam, menahan diri untuk tidak merasa kesakitan karena wiliam cukup semangat kembali menghisap bibir bagian bawahnya.
Ciuman wiliam begitu menuntut dan menggebu-gebu seperti orang kehausan yang baru saja menemukan telaga untuk melepas dahaganya.
Tangan william menjalar mengelus tubuh Alea, mulai dari punggung terus menuju ke bawah dan meremas bokongnya.
Aliya berjengit, merasa sakit karena william melakukannya sekuat tenaga, seakan gemas dengan bongkahan itu. Dia memajukan tubuh, membuat alea mundur dan terduduk di kasur.
Selama 2 orang itu saling beradu bibir. Saling melumat satu sama lain, sampai william akhirnya menyudahi ciumannya. Napas laki-laki itu tampak ngos-ngosan. Begitupun juga dengan alea. Kulit mukanya memerah.
" Aku mau lebih, ini engga cukup".
" Hah?".
Wajah william berubah sayu, hasrat yang jelas berkobar di sana. Bibir william sedikit terbuka dengan ekspresi yang tidak bisa alea jelaskan.
Haruskah alea memberi permen itu lagi?
Alea sudah wanti-wanti dengan perubahan ritme napas william yang memberat. Benar saja, laki-laki itu memberikannya kembali sambil terus melumat bibir. Dari yang awalnya hanya sentuhan ringan di permukaan, berubah menjadi menuntut dan membelit sampai ke lidah dalam.
Tangan alea menepuk bahu laki-laki itu, tetapi tidak di gubris. William masih terus saja asik bermain dengan bibirnya. Tangannya menelusup nakal masuk ke dalam seragam, Alea yang tidak ingin terjadi kejadian seperti malam terakhir mereka bertemu itu, mendorong dada william, lalu menggulingkan nya paksa agar Alea berada di atas.
Setidaknya, kalau Alea yang di atas dan William yang dibawah. William tidak dapat berbuat banyak.namun, rencana tinggalah rencana. William yang tidak siap karena Alea mendadak mendorongnya ke samping tanpa perpisahan malah jatuh dari atas kasur.
Dua orang remaja itu berteriak serentak, dengan Alea menunggangi dada william. Berniat ingin menghindar agar tidak menekan sosok di bawahnya. Alea sigap bergerak turun dan malah meletakkan posisi lutut tepat di selangkangan William. Begitu dua orang itu terjatuh, wiliam langsung tersentak menahan ngilu luar biasa akibat kemaluannya tertekan lutut alea.
" Akhh.... anjing.sakit banget".