Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7 Sebuah rahasia.
" Ada apa,...apa yg tèlah terjadi ?"
Sebuah pertanyaan dari salah seseorang dari kerumunan yg baru datang ini.
" Eh,...Ki Jagabaya, ini adi Danurwedha telah pingsan " sahut salah seorang pengawal kademangan yg merupakan teman dari Danurwedha yg berjaga di pos perondan ujung ini.
" Apa! , pingsan , kenapa bisa pingsan , apa penyebab nya ?" seru Ki Jagabaya yg bertanya.
Ia menjadi kaget sekali mendengar salah seorang pengawal kademangan nya yg baru itu telah pingsan.
Secara singkat , teman Danurwedha pun menjelaskan duduk permasalahan mengapa ia menjadi pingsan.
" Lalu dimana macan itu,?" tanya Ki Jagabaya lagi setelah mendengar penjelasan dari salah seorang pengawal tersebut.
" Ada disana Ki Jagabaya !" seru pengawal kademangan sambil menunjuk ke arah bangkai macan belang yg cukup besar itu.
" Tolong nyalakan obor, ambil daun pisang sèbagai pelindung nya " ucap Ki Jagabaya lagi.
Ia meminta kepada salah seorang pengawal kademangan yg lain yg turut datang bersama nya.
Keadaan memang masih turun hujan, walaupun tidak sederas seperti tadi di saat Danurwedha masih bertarung melawan sang Raja hutan.
Meski demikian, nyala obòr itu pun tidak terlalu terang karena masih adanya hembusan angin yg bertiup walaupun telah di payungi oleh sebuah pelepah daun pisang di atas nya agar tidak padam terkena siraman air hujan.
Ki Jagabaya dan beberapa orang pengawal kademangan pun mendekati bangkai dari macan belang yg cukup besar dan tergeletak diam, darah masih mengalir dari bekas luka nya itu.
Hehmm , ternyata cukup besàr binatang ini, sungguh hebat nak Danur itu, mampu mengalahkan nya , berkata di dalam hati Ki Jagabaya.
" Bawa binatang ini ke banjar kademangan , dan jangan lupa, segera lakukan perawatan atas diri nak Danur itu !" seru Ki Jagabaya memerintahkan para pengawal untuk membawa macan belang dan juga Danurwedha ke banjar kademangan.
Dengan sigap para pengawal pun melakukan nya, sebahagian yg lain membantu mendirikan lagi pos perondan yg tadi sempat ambruk di terkam si raja hutan tersebut.
Hingga pagi menjelang keadaan di kademangan Prambanan ini tetap ramai membicarakan apa yg telah terjadi di desa ñya ini.
" Sudah cukup lama tidak ada serangan dari seekor macan, tetapi tampak nya kali ini kita telah mendapatkan nya, apakah ini bukan suatu peŕtanda "
Ungkap Ki demang saat pagi itu bertemu dengan para pini sepuh kademangan termasuk Ki Jagabaya.
Bahkan Danurwedha pun ada pula bersama mereka, ia telah siuman serta luka nya pada bagian perut pun telah mengering juga tèlah di balut dengan kain.
" Maksud Ki Demang bagaiamana ?" tanya Ki Jagabaya yg merasa aneh atas ucapan orang nomor satu di kademangan Prambanan ini.
Hehhh !
Ki Demang mendesah panjang setelah mendengar pertanyaan dari Ki Jagabaya itu.
Ia kemudian menjelaskan sesuatu yg sempat di dengar nya ketika berada di kotaraja Panjang mengenai pengalihan hak atas alas mentaok kepada Ki Gede Pemanahan oleh sang Sultan.
" Jadi alas Mentaok telah resmi menjadi milik dari Ki Gede Pemanahan dan akan menjàdi tanah perdikan , begitu maksud Ki Demang ?" tanya Ki Jagabaya.
''Tepat sekali , dan dari beberapa orang yg ku dengar, hampir seluruh keluarga yg berasal dari Sela pun telah pindah kesana, umum nya mereka mempercayai ucapan dari kanjeng Sunan Prapen itu " sebut Ki Demang lagi.
" Bakal ada sosok raja baru di tanah ini yg akan berasal dari alas mentaok itu, begitu maksud Ki Demang ?" tanya salah seorang pini sepuh yg berusia sudah agak lanjut.
Rambut orang itu pun sudah memutih , akan tetapi ia masih terlihat gagah , dan di tangan nya terselip sesuatu semacam tasbih.
Orang tua ini adalah salah seorang tabib atau yg memiliki kepandaian mengenai pengobatan., ia bernama Mbah Mijan.
" Benar paman , itu lah sebab nya , ada kemungkinan nya kedatangan para binatang buas ke kademangan kita ini akibat alas mentaok telah di babati oleh keluarga dari Sela tersebut, sehingga mereka berkeliaran sampai kemari " jawab Ki Demang.
" Lalu kalau memang demikian , apa yg akan terjadi dengan gerombolan rampok alap-alap hitam yg di pimpin oleh Ki Surojiwo itu, bukan kah mereka bersarang di dalam hutan mentaok itu ?" tanya Kì Jagabaya kepada Ki Demang.
Lagi-lagi Ki Demang menghela nafas nya, itu adalah pertanyaan yg sama yg ada di dalam benak nya.
" Pertanyaan itu lah yg menggelayuti pikiran ku Ki, apakah mereka kelak tidak akan datang menyerang kemari, atau akan tetap bertahan di dalam hutan tersebut meski dengan satu catatan mereka akan berhadapan dengan Ki Gede Pemanahan dan keluarga nya berasal dari Sela tersebut, yg umum nya memiliki kesaktian yg sulit untuk di cari banding nya di tlatah Pajang ini " ungkap Ki Demang sambil memandang jauh ke arah alas mentaok itu.
Ki Jagabaya pun kembali mengingatkan untuk terus memperkuat penjagaan setiap sudut kademangan , bahkan bila perlu mengadakan kerjasama dengan daerah terdekat seperti Macanan , atau pun Krangan.
Karena dengan terbuka nya alas mentaok, mereka menghadapi situasi yg tidak mudah, selain harus berhadapan dengan para perampok yg kemungkinan nya akan pergi dari tempat itu, binatang buas yg banyak terdapat di dalam hutan itu pun tentu nya akan pergi mencari tempat nya yg baru, karena tempat nya semula telah di buka untuk menjadi sebuah pedukuhan.
Demikian lah pembicaraan dari Ki Demang dan pini sepuh kademangan Prambanan membahas keadaan dari Alas Mentaok yg merupakan wilayah yg tidak terlalu jauh dari kademangan nya ini.
Mungkin hanya di pisahkan dengan kali opak saja.
Ke khawatiran dari pemuka kademangan Prambanan ini akan terbuka nya alas mentaok memang sudah mereka mulai rasakan.
Demikian pula dengan Ki Surojiwo yg berada di dalam alas tersebut.
Ia sudah pun mendengar bahwa para keluarga dari Sela akan segera pindah ke tempat nya ini berada menjadi pemikiran nya tersendiri.
Selaku bekas prajurit Jipang, tentu nya ia sangat ingin membalas dendam terhadap keluarga dari Sela itu , terutama terhadap Ki Gede Pemanahan dan juga Raden Sutawijaya yg telah berhasil membunuh Kanjeng Pangeran Haryo Penansang yg merupakan junjungan nya di dalam kadipaten Jipang.
Jika hanya melawan Pemanahan, mungkin diri ku masih akan sanggup, tetapi bila harus menghadapi seluruh keluarga dari Sela itu, rasa-rasa n6a tidak mungkin ku lakukan , berkata di dalam hati pemimpin rampok yg berjuluk si alap-alap hitam ini.
Ia duduk seorang diri termenung memikirkan kelanjutan akan nasib nya di dalam hutan yg sebentar lagi akan di buka itu.
Berulang kali ia memikirkan nya namun tidak juga menemukan jawaban atas pertanyaan , hingga hal tersebut pun di pertanyakan oleh dua orang pembantu terdekat nya, Ragil dan Tobar.
" Kakang!, beberapa hari ini kami melihat kakang Surojiwo tampak sedang memikirkan sesuatu kalau boleh tahu, apakah yg tengah kakang pikirkan itu ?" tanya Ragil yg datang bersama Tobar.
" Ah !, ternyata kau Ragil, mengagetkan ku saja, " ucap Ki Surojiwo sambil bangkit dari tempat duduk nya.
Ia berjalan mendekati kedua orang teman nya itu seraya menyampaikan uneg-uneg yg ada di dalam hati nya ini.
Mengenai ke khawatiran nya akan kedatangan keluarga dari Sela yg akan menjadi penghuni alas mentaok ini. Yg di pimpin oleh Ki Gede Pemanahan beserta putra nya Raden Sutawijaya.
' Kang!, bagaimana kalau kita lawan saja mereka ?" tanya Ragil kepada Ki Surojiwo.
" Hahhh !"
Ki Surojiwo kaget mendengar ucapan daŕi salah seorang pembantu nya ini, walaupun pemikiran itu ada di dalam benak nya ,akan tetapi menghadapi banyak orang yg memiliki ilmu kadigajayaan yg sangat tinggi seperti Ki Gede Pemanahan, Ki Juru Mertani di tambah lagi raden Sutawijaya atau ngabehi loring pasar itu adalah suatu yg mustahil menurut nya.
" Bagaimana kang?, apakah kakang setuju ?"
Kembali Ragil bertanya kepada Ki Surojiwo mengenai keinginan nya untuk menjajal kemampuan keluarga dari Sela tersebut.
" Kalau kau memang sanggup untuk mengatasi Ngabehi Loring Pasar dan kau Tobar akan mampu menunduk kan Ki Juru Mertani, tentu aku setuju dengan ucapan mu itu Ragil !" sahut Ki Surojiwo.
Hahhh !
Kedua nya pun sama-sama terkejut mendengar penuturan dari pemimpin nya ini.
Nama-nama sekelas Ki Juru Mertani dan Raden Sutawijaya itu adalah nama-nama yg sulit untuk di kalahkan, bahkan oleh Pangeran Haryo Penansang dan juga Patih Matahun dari Jipang yg merupakan junjungan ketiga nya.
" Ah kakang Surojiwo hanya bercanda bukan?!" sebut Ragil dengan menampilkan senyum yg sangat kecut sekali.
" Untuk apa aku guyon, itu lah orang-orang yg akan datang ke Mentaok ini guna membuka nya menjadi sebuah pedukuhan " terang Ki Surojiwo menjelaskan.
Dari kata-kata nya itu ia memang tidak sedang bercanda.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya