Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Mendapatkan Dua Puluh Batu Roh.
Bab 17. Mendapatkan Dua Puluh Batu Roh.
Tak terasa tiga hari telah berlalu.
Di sebuah gua yang remang, seorang pemuda tampan baru saja menumbangkan seekor monster Beruang Hitam tingkat 4 bintang 2, kekuatan yang setara dengan kultivator di ranah Pembangunan Fondasi.
Dengan ledakan kekuatan 9 kali lipat, Lin Chen berhasil mengalahkan monster itu dengan lebih mudah. Sejak kekuatannya meningkat ke ranah Pengumpulan Qi, ia semakin mahir menggunakan kemampuan Mata Kehidupan.
Kini, ia bisa mengontrol kekuatannya hingga 30% saja, sehingga tidak membuatnya kelelahan seperti sebelumnya, terutama saat menggunakan kemampuan Pembatasan Energi.
Meski efeknya melemah dibanding penggunaan penuh, kemampuan itu tetap menakutkan. Saat menggunakan hanya 30%, lawannya masih bisa melawan, tetapi kekuatannya langsung menurun hingga 50%—setara dengan monster tingkat 2.
Menghadapi perlawanan monster tingkat 2, Lin Chen melancarkan Tinju Gelombang dengan seluruh kekuatannya. Empat ledakan teredam membuat monster itu tumbang seketika.
Rahasianya terletak pada elemen angin yang ia masukkan ke dalam tinjunya, menghasilkan serangan yang jauh lebih tajam dan mematikan.
Dalam ranah Pengumpulan Qi, Lin Chen mulai merasakan potensi sejati Akar Pohon Kehidupan yang bersemayam di dalam dantian-nya. Kemampuan itu memungkinkannya memanipulasi berbagai elemen. Saat ini, ia mampu mengendalikan enam elemen: guntur, angin, api, air, tanah, dan es.
Elemen-elemen lainnya sebenarnya dapat dimanipulasi, tetapi energi Qi-nya belum cukup kuat. Dengan batasan energi saat ini, ia hanya mampu menggunakan enam elemen sekaligus, itupun dengan efektivitas masing-masing menurun menjadi 25%. Meski begitu, 25% dari kekuatan yang setara dengan tingkat Pembangunan Fondasi tetaplah luar biasa dahsyat.
Setelah menumbangkan monster itu, Lin Chen menyerap habis energi kehidupan sang beruang hingga kering, termasuk inti kristalnya. Efeknya begitu signifikan, ia langsung menerobos dua tingkat sekaligus, mencapai kesempurnaan di ranah Pengumpulan Qi tingkat 1. Sedikit lagi, ia akan mencapai tingkat menengah.
Tak lupa, ia memanen Ganoderma Api, herbal yang dilindungi monster itu, dan menyimpan kulit beruang ke dalam cincin ruangnya. Kulit ini kelak dapat diolah menjadi pakaian hangat oleh pengrajin. Tanpa membuang waktu, ia keluar dari gua, matanya langsung tertuju pada sebuah benda merah yang tergantung di ranting pohon.
“Akhirnya, terkumpul dua ratus bendera,” gumamnya sembari mengambil bendera merah tersebut.
Setelah pertemuannya dengan Yu Huan dan yang lainnya tiga hari lalu, mereka sepakat berpisah untuk menyelesaikan misi masing-masing. Lin Chen sendiri dikejar waktu untuk kembali ke sekte dalam waktu seminggu, sementara mereka memiliki urusan lain. Mereka berjanji untuk bertemu lagi di lain kesempatan. Kini, sisa waktu Lin Chen tinggal satu hari. Ia harus bergegas.
Tiba-tiba, ia teringat kejadian lucu yang terjadi kemarin. Hanya dua jam setelah berpisah dengan Yu Huan, ia dikepung oleh sepuluh orang. Pemimpin mereka, seorang pemuda di tingkat Pengumpulan Qi level 5 tahap puncak bernama Wang Shiming, tampak sombong bersama sembilan pengikutnya yang berada di berbagai tingkatan ranah Pemurnian Tubuh.
Dengan nada arogan, Wang Shiming berkata,
“Nak, serahkan semua benderamu! Berlutut dan panggil aku kakek seratus kali, maka aku akan melepaskanmu.”
Mendengar itu, para pengikutnya menyeringai puas, menunggu reaksi Lin Chen.
Namun, Lin Chen hanya tersenyum tipis. Kata-katanya berikutnya membuat mereka terkejut:
“Namamu Wang Shiming, bukan? Kalau kau punya kesadaran, serahkan semua benderamu. Setelah itu, berjalanlah merangkak di antara kakiku sambil berkata, ‘Aku, Wang Shiming, cucu bodoh, meminta maaf kepada kakek,’ sebanyak seratus kali. Maka aku akan memaafkanmu,” balas Lin Chen dengan tenang.
Mendengar apa yang dikatakan Lin Chen, wajah Wang Shiming dan anak buahnya langsung memerah padam karena marah. Dengan penuh emosi, Wang Shiming berteriak ganas:
"Dasar bajingan! Mati!"
Wang Shiming langsung melesat ke arah Lin Chen dengan momentum seberat gunung. Kekuatan penuh dari ranah Pengumpulan Qi tingkat puncak meletus tanpa terkendali. Tinju besarnya mengarah langsung ke dantian Lin Chen, diiringi raungannya:
"TINJU GAJAH MENABRAK GUNUNG!"
WUSH!
Seketika, siluet bayangan kepala gajah setinggi satu meter yang terbuat dari energi Qi mengembun dan memadat di tangannya. Saat Wang Shiming menyerang, kepala gajah itu menghantam ke arah Lin Chen, seperti badai yang mengamuk.
Di sisi lain, melihat pukulan lawan yang penuh kekuatan, ekspresi wajah Lin Chen berubah menjadi dingin dan kejam. Ia segera mengerahkan energi Qi dari dantiannya, memanipulasi energi alam di sekitarnya.
Dengan cepat, ia mengembunkan elemen angin dan guntur secara bersamaan, menyalurkannya ke dalam Tinju Gelombang andalannya.
Dia juga langsung meraung dengan ganas.
"TINJU GELOMBANG"
"LEDAKAN EMPAT GELOMBANG"
"WUSH"
Dalam sekejap, tinju Lin Chen memadat dan membentuk siluet tinju energi setinggi 1 meter, diselimuti oleh elemen angin dan guntur yang bercampur menjadi satu."
"WUSH! DUAR!"
Dua tinju energi langsung bertabrakan, menciptakan ledakan yang memekakkan telinga. Fluktuasi energi menyebar ke segala arah, menghancurkan segala hal di sekitarnya.
Pohon-pohon hancur, batu-batu meledak, pecah berkeping-keping, tanah dipenuhi retakan yang menyebar, membentuk pola akar tak beraturan.
Angin kencang berselimut petir menderu, menciptakan asap dan debu yang membumbung tinggi ke angkasa.
"ARGH!"
tiba-tiba satu sosok menjerit lalu terlempar keluar. Sosok itu adalah Wang Shiming. Ini tangannya patah dan berlumuran darah. Bahkan tulangnya mencuat keluar. Terlihat begitu mengerikan. Wajahnya pucat pasi dan tetapan matanya diselimuti ketakutan yang begitu intens.
Seketika, suasana berubah menjadi hening. Semua pengikut Wang Shiming terbelalak tidak percaya. Selama ini, bagi mereka, Wang Shiming adalah sosok terkuat yang tak terkalahkan.
Dengan keberadaan Wang Shiming, mereka dapat menindas kelompok lain dan mendapatkan banyak bendera. Kini, sosok yang mereka kagumi itu telah dikalahkan dengan telak.
Bahkan, satu tangannya telah patah dan berlumuran darah. Wajah mereka dipenuhi keputusasaan, dan kepanikan segera menyebar di antara mereka.
Setelah dikalahkan, Lin Chan dengan santai melangkah mendekat. Perlahan-lahan, melihat Lin Chan semakin dekat, wajah Wang Shiming menjadi pucat. Dengan panik, dia berteriak,
"Apa yang ingin kamu lakukan?"
Melihat kepanikan di wajah Wang Shiming, senyum mengejek muncul di wajah Lin Chen. Dengan santai, dia berkata,
"Kau bilang apa yang ingin aku lakukan? Bukankah itu sudah jelas? Cepat serahkan cincin penyimpananmu. Aku ingin merampok, jelas, bukan?"
Lalu, tatapannya yang tajam beralih ke sembilan orang lainnya. "Kalian juga, cepat serahkan cincin penyimpanan kalian, atau kalian akan merasakan apa yang dialami oleh Wang Shiming."
Mendengar itu, mereka gemetar ketakutan. Dengan ekspresi menyakitkan, mereka patuh melepaskan cincin penyimpanan mereka dan memberikannya kepada Lin Chen.
Dari awal Lin Chen sudah memperhatikan jika Wang Shiming dan kelompoknya ini adalah anak-anak orang kaya. Mereka masing-masing memiliki cincin penyimpanan yang semakin memperkuat hal itu.
Adapun Lin Chen, jika bukan karena warisan dari ibunya, dia tidak pernah bermimpi memakai cincin penyimpanan.
Setelah mendapatkan 10 cincin penyimpanan, Lin Chen langsung mengusir mereka semua. Akhirnya, setelah memeriksanya dengan cermat, jika di gabungkan dengan miliknya total bendera yang dia dapatkan kini mencapai dua ratus bendera.
Kembali Ke Cerita.
Tanpa membuang waktu, Lin Chen segera melesat dan kembali ke akademi. Dia tiba di sana pada siang hari, yang membuat statusnya tetap aman dari ancaman status murid pembantu.
Saat dia tiba, ternyata para peserta sudah berbaris dengan rapi sambil menghitung total bendera merah yang mereka dapatkan. Rata-rata mereka hanya mendapatkan sedikit bendera, bahkan ada yang hanya mendapatkan sepuluh.
Ada yang mendapatkan sedikit lebih banyak, yaitu tiga puluh bendera, dan ada juga yang hanya mendapatkan lima puluh bendera. Kemudian pria itu diberikan lima batu roh tingkat rendah.
Melihat hal itu, mata Lin Chen berbinar. Dia memiliki dua ratus bendera merah di tangannya, yang artinya dia bisa mendapatkan sebanyak dua puluh batu roh kelas rendah.
Jika dia menyerap energi Qi yang terkandung dalam dua puluh batu roh ini, entah akan meningkat sebanyak apa kekuatannya.
Membayangkannya saja sudah membuatnya sangat bersemangat.
Tidak lama kemudian, akhirnya giliran Lin Chen tiba.
Petugas yang menangani penukaran bendera dengan batu roh berkata,
"Keluar kan bendera merah yang kamu dapatkan," ucapnya dengan tenang.
"Baik," jawab Lin Chen sambil mengeluarkan setumpuk bendera merah.
Melihat banyaknya bendera merah, semua orang terkejut, bahkan petugas itu melebar matanya tak percaya.
Setelah menarik napas panjang, petugas itu segera menghitungnya. Beberapa saat kemudian,
"Totalnya adalah dua ratus bendera. Setiap sepuluh bendera mendapat satu batu roh, jadi kamu mendapat dua puluh batu roh. Terimalah," ucap petugas itu dengan tatapan kagum di matanya.
Bagaimanapun, bisa mengumpulkan dua ratus bendera bukanlah hal yang mudah.
Melihat dua puluh batu roh di hadapannya, mata Lin Chen berbinar. Dengan semangat, dia segera menyimpan semua batu roh itu di dalam cincin penyimpanan.
Setelah itu, dia mundur dan akhirnya antrian berikutnya pun maju ke depan.
Saat Lin Chen baru saja melangkah, tiba-tiba terdengar suara,
"Nak, berhenti di sana," ucap seorang pria paruh baya dengan energi Qi yang membuat suaranya menyebar dengan sangat jelas di area sekitar.