Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjelang Pernikahan
Tidak ada satupun manusia yang dapat menghentikan pergerakan waktu. Hari demi hari, kini pernikahan yang cukup menggemparkan dunia maya semakin terlihat jelas hilalnya ditambah kedua mempelai merupakan orang terkenal yang besar kemungkinan bakal menjadi sorotan publik nantinya.
Seperti halnya saat ini, dalam ruangan yang berisikan pakaian dengan berbagai macam model dan merek terpampang rapi disetiap sudut ruangan. Ada dua laki-laki yang tengah duduk disofa yang telah disediakan oleh pemilik toko sembari menunggu dua wanita didepan mereka yang asik berdebat kecil akan pilihan baju yang indah jika dikenakan.
"Bi, apakah kamu tidak ada niatan membantu mereka? Kelihatannya Zulaikha kebingungan deh." seru Adam yang sedari tadi memperhatikan Zulaikha dan adiknya-- Siti Sarah Az-Zahra
Habibi masih fokus pada tabnya, "Biarkan saja, aku sedang pusing." ucapnya dingin.
Adam menarik nafasnya pelan, "Masih ada seminggu lagi Bi, mending pikirkan lagi." saran pria itu.
"Sudah, bahkan aku sudah menolak akan hal ini, akan tetapi abah tetap memaksa pernikahan ini untuk tetap dilanjutkan."
"Bicarakan sekali lagi, Bi! Jangan sampai kamu menyesal dikemudian hari dan menyakiti hati wanita yang tak bersalah." kali ini posisi Adam menghadap Habibi sedangkan pria itu menutup tabnya dan menatap lurus kedepan.
"Sepatah dan seterpaksa apapun aku nantinya, demi Allah aku tidak akan menyakiti hati wanita yang akan menjadi istriku kelak." ucapnya dengan mata yang tidak putus dari interaksi antara Sarah dan Zulaikha.
"Baiklah, jika keputusanmu sudah bulat, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu." jawab Adam.
Apa yang harus Adam lakukan disaat sang sahabat lebih memilih pasrah dengan keadaan. Tidak mungkin baginya memaksa Habibi untuk menolak keputusan orang tuanya sedangkan Habibi sangat menghormati Abahnya. Hanya pasrah yang bisa Adam lakukan untuk saat ini dan melangitkan doa agar sahabatnya diberi kemudahan dalam menentukan pilihan.
Bagaimanapun, Adam sangat paham apa yang dirasakan oleh Habibi, dan pria yang bernama Habibi itu sangat gengsian untuk mengatakan hal yang bisa membuatnya ditertawakan. Padahal bagi Adam, kapanpun pria itu ingin bercerita Adam siap mendengarkannya.
Namun, Adam tak ingin memaksa Habibi untuk berbagi cerita karena ada saatnya pria itu lelah menyimpan masalahnya sendirian dan memilih menceritakannya pada Adam.
Begitulah persahabatan manusia tampan itu.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tawar seorang karyawan toko yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Zulaikha dan Sarah yang kebingungan memilih model kebaya karena bagi mereka semuanya indah dan cantik apalagi jika dikenakan oleh Zulaikha.
Zulaikha yang tengah meneliti setiap sudut baju yang ada ditangannya beralih menghadap karyawan toko yang sudah berada dihadapannya. Dengan tersenyum, Zulaikha mengangguk atas pertanyaan gadis bergamis hitam yang bertugas menjaga toko hari ini.
Senyum manis Zukaikha memang tidak terlihat langsung akan tetapi gadis itu bisa merasakan jika Zulaikha sedang tersenyum kearahnya, " Mbanya sedang mencari kebaya untuk apa?" tanya karyawan toko.
"Aku sedang mencari kebaya pernikahan, dan dari sebanyak ini aku bingung mau pilih yang mana karena semuanya cantik-cantik." balas Zulaikha.
Karyawan toko itu tersenyum, "Selamat ya mba, semoga menjadi keluarga yang samawa, Aamiin. Kebaya seperti apa yang mba inginkan? Mana tau saya bisa membantu mbanya."
"Aku pengen kebaya warna putih ala-ala Malaysia gitu, apakah ada?" tanya Zulaikha akan gaun impiannya.
Karyawan toko itu tersenyum, "Ada mba, sebentar saya ambilkan dulu ya." ucap gadis itu berlalu pergi namun langkahnya terhenti ketika melihat dua pria sedang duduk disofa sambil menghadap kearahnya. Bukan, kearah Zulaikha dan Sarah tepatnya.
Deg,
"Gus Habibi dan pria itu?" batinnya kaget.
Annisa memutar kepalanya melihat sosok wanita yang tadi ia ajak bicara, " Jadi mba itu?" batinnya bertanya.
Annisa, gadis itu kini membagi waktunya antara kuliah dan bekerja. Sebagai mahasiswa hukum semester akhir, alangkah baiknya Annisa memanfaatkan waktu yang tersisa dengan berkerja guna menambah penghasilan untuk lulus nanti.
Namun, entah apa yang semesta inginkan, kali ini dirinya harus bertemu lagi dengan pria yang setiap doanya dia langitkan dan berharap agar rasa yang dia pendam segera hilang karena gadis itu tidak ingin mencintai pria yang bukan ditakdirkan untuknya. Naasnya, kali ini Annisa harus melayani Habibi dan calon istrinya yang dimana itu membuat hati Annisa terluka untuk kesekian kalinya.
"Mba, apa kamu baik-baik saja?" panggil Zukaikha saat Annisa hanya terdiam ditempat dan melupakan niatan awalnya.
"Mba," panggil Zulaikha sembari memegang pundak Annisa.
"Eh-- m-maaf mba, keknya aku gak bisa ngambilin model kebaya yang mbak mau, mbak bisa minta tolong teman aku aja ya, soalnya aku ada keperluan, sekali lagi maaf mba." ucap Annisa bergegas pergi dengan mata yang sudah memanas meninggalkan Zulaikha, Sarah, Adam dan Habibi dengan tatapan penuh tanya.
"Ya Rabb, sakit sekali," batinya terisak sambil berlari keluar toko agar tidak ada satu orang pun yang tau akan kerapuhannya saat ini.
Annisa berhenti didepan taman yang tidak begitu jauh dari toko tempat dirinya bekerja. Gadis itu memegang kedua lututnya menarik nafas sedalam-dalamnya agar sesak yang saat ini memenuhi rongga dadanya bisa hilang.
Hiks hiks
Hanya suara tangisan yang menemani gadis milimalis itu, "Apa sesakit itu?" suara bariton seseorang mengejutkan Annisa yang tengah tersungkur pasrah diatas rumput nan hijau.
Annisa menegakkan kepalanya, namun masih enggan melihat siapa orang yang kini berada dibelakangnya, " Tak pernah dekat, tapi mampu melukai separah ini? Apa kau pernah berfikir sedikit saja?" lanjut pria itu.
Annisa menghapus air matanya dan mengatur nafas sebelum berbalik badan menatap pria yang kini bersamanya, "Apakah cinta hanya tumbuh ketika kita saling dekat?" tanyanya dengar wajah yang sudah memerah akibat menangis.
Adam, membuang wajahnya saat hendak bertatap mata dengan Annisa, dia tidak bisa melihat gadis itu menangis apalagi itu karena sahabatnya, entahlah sejak kapan Adam peduli dengan hati wanita?
Apa Adam mencintai Annisa?
Lantas bagaimana dengan ucapannya perihal tak dekat tapi bisa memberi luka?
Adam menarik nafasnya dan membuangnya pelan setelah itu dirinya kembali menatap gafis didepannya tepat nya menatap pohon dibelakang Annisa karena jika menatap mata Annisa sungguh itu tidak baik bagi iman Adam dan hatinya.
"Apa yang membuatmu mencintai dirinya?"
"Jangan tanya sesuatu yang aku sendiri tidak mengetahui jawabannya." balas Annisa sambil berbalik badan membelakangi Adam.
"Apakah aku bisa menggantikan posisinya?"
"Maksudmu?"
Adam membuang nafasnya lelah, "Bukankah aku pernah mengatakan padamu, jika kita bertemu lagi, maka aku akan melamarmu. Kamu mengingat itu, kan?"
"Jangan permainkan aku! Carilah wanita baik yang pantas menjadi pasanganmu, bukan wanita sepertiku, dan jangan pernah mengasihani aku, karena aku masih punya Allah yang selalu ada kapanpun dan dimanapun itu."
Adam menggeleng, "Aku mencari seseorang yang bisa aku bimbing, tidak ada yang salah atas takdir Allah termasuk pertemuan kita yang entah sejak kapan aku tidak rela jika kau menangis. Maafkan aku, aku sudah berusaha untuk tidak memikirkanmu, tapi semakin kuat aku melawan pikiran itu, semakin besar pikiranku padamu."
Benar saja, semenjak bertemu dengan Annisa, dirinya semakin merasakan gejolak yang aneh bahkan Adam sampai menghabiskan waktunya dengan salat dan berdo'a agar bayangan Annisa hilang dari pikirannya. Akan tetapi, bukannya menghilang wajah cantik Annisa selalu saja menghampiri setiap waktunya.
Setiap waktu Adam memohon ampun kepada Allah, dirinya tidak bisa mengontrol pikiran terhadap yang bukan halal baginya, sungguh semua ini diluar kendali dirinya.
Jika bisa, dan Allah mengizinkan maka Adam akan menunaikan niatnya untuk menikahi Annisa, perihal cinta pria itu sudah mencintai Annisa begitu dalam, mungkin sama besarnya seperti cinta Annisa ke Habibi atau cinta Bisma pada Annisa.
Dan apapun jawaban serta keputusan Annisa, biarkan menjadi resiko yang harus Adam terima. Mengajak gadis yang baru dikenal untuk menikah bukanlah hal yang mudah apalagi hati gadis itu sudah terisi oleh seseorang yang cintanya juga besar untuk orang tersebut.
"Gus Adam, tolong jangan seperti ini, saya bukan menolak hal baik, tapi saya sadar diri gus. Biarkan rasa sakit ini hilang dengar sendirinya, gus Adam tidak usah merasa bersalah karena rasa cinta saya terhadap gus Habibi. Ini resiko saya dalam mencintai dirinya gus." ucap Annisa dengan pikiran jika Adam melamarnya hanya karena rasa kasihan saja.
Berani mencintai harus berani patah hati?
Ucapan itu sering dikatakan setiap orang ketika ingin mencintai orang lain. Jangankan mencintai orang lain, mencintai diri sendiri saja ada sakitnya, ada ngeluh nya apalagi mencintai orang lain.
Sungguh, rasa sakit akan kecewa terhadap manusia bisa diminimalisir dengan melibatkan Allah didalamnya. Allah tidak akan mencabut rasa sakit itu, akan tetapi dengan melibatkan Allah semua akan terasa lebih tenang, maka serahkanlah semuanya kepada Allah, biarkan takdir Allah yang menjawab setiap pertanyaan dan perjuangan yang kita lakukan.
Dan alangkah lebih baik jika kita memiliki urutan dalam kehidupan agar semuanya terasa mudah dan ikhlas. Contohnya membuat program atau hal apa yang akan kita lakukan selama kita hidup, atau mungkin hal apa yang ingin kita capai, setelah itu lakukanlah, kerjakan semampu kita atas apa yang ingin kita capai, alangkah lebih baiknya setelah mengerjakan sesuatu kita melakukan evaluasi atas apa yang kita kerjakan, apa sudah baik atau ada kekurangannya kemudian mintalah pertolongan Allah dengan berdoa agar apa yang kita kerjakan diridhoi oleh Allah.
Setelah berdoa, tentunya kita harus percaya akan sesuatu yang kita kerjakan, kita diminta untuk membulatkan tekat dan percaya diri jika kita bisa dan yakin bahwa kita mampu melakukannya. Setelah semuanya dilakukan maka bertakwa lah kepada Allah, serahkan semua hasilnya kepada Allah karena sesungguhnya Allah tau apa yang terbaik untuk hambanya dan tabah lah terhadap hasil yang Allah berikan jikapun tidak sesuai keinginan maka itu lebih baik dari apa yang kita bayangkan.
Bisa saja Allah mengundur sesuatu karena Allah ingin kita lebih berjuang lagi dalam mendapatkannya dan terakhir ada bersyukur, setelah Allah mengabulkan apa yang kita perjuangkan dan minta maka jangan lupa bersyukur karena syukur adalah bentuk terima kasih kita terhadap Allah dan apa yang telah kita capai.
Jika kita telah melibatkan Allah percayalah apapun yang terasa berat akan terasa lebih tenang.