Seorang wanita yang harus berurusan dengan seorang pria yang selama ini dia benci. Bahkan pria itu menganggu kehidupan hingga dengan beraninya, pria itu berani mendekati dirinya. Dan menjadi hal yang mengkagetkan jika mana pria itu seorang duda. Apakah wanita itu menerima cinta dari seorang duda itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanlindia Lukita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi kejam dari Lukita
"Ya sudah, tapi ingat jangan malam-malam kalian berdua pulang." ucap mama Soraya.
"Iya ma." jawab Damian yang langsung mengantarkan Lukita pulang, sedangkan Nita harus pulang sendiri menunggu jemputan sopir pribadinya.
"Sepertinya aku harus menggagalkan rencana pernikahan mereka. Aku harus cepat bertindak." batin Nita yang dikuasai rasa amarah.
Posisi didalam mobil Damian dan Lukita masih berdebat.
"Kenapa jadi begini sih, apa kamu sengaja menjadikanku kambing hitammu." ucap Lukita yang marah-marah pada Damian, Damian hanya terdiam dengan posisi melirik kearah Lukita.
"Tidak." jawab Damian dengan singkat, Lukita benar-benar marah hingga dia kesal.
"Kalau tidak kenapa aku harus menikah denganmu, sepakatan dari awal kita hanya sandiwara kenapa jadi kenyataan?" Lukita benar-benar marah besar.
"Apa wajahku kurang tampan ?" tanya Damian, spontan Lukita kaget dengan jawaban itu.
"Apa kamu bilang, kenapa kamu mengalihkan pembicaraan kita ke hal yang tidak berguna . Dasar aneh." jawab Lukita benar-benar kesal dengan pertanyaan Damian.
"Aku hanya bertanya, bagaimana?" tanya Damian dengan ekpresi datarnya.
"Kurang tampan, lebih tampan abang tukang nasi goreng." jawab Lukita dengan lantang.
Spontan saja Milano kaget dengan jawaban Lukita yang membuatnya asistennya tidak percaya dengan jawaban itu.
"Aduh, tuan dibandingkan dengan orang penjualan nasi goreng." Milano terkejut dengan beraninya dia membandingkan tuannya dengan penjual nasi goreng.
"Jadi begitu, bagaimana wajah tampannya sampai kamu suka." Damian penasaran apa pria yang dimaksudkan oleh Lukita.
Lukita menepuk dahinya sendiri. "Lama-lama bisa gila aku." batin Lukita yang kesal sendiri.
"Hey, omongi tuh bossmu dari tadi pertanyaan aneh terus!" bentak Lukita pada Milano yang mau tidak mau harus terseret juga perkelahian antara 2 orang ini.
"Maaf nona, saya tidak berani ." belum selesai berbicara langsung saja dipotong oleh Lukita.
"Dasar banci, gitu saja takut." jawab Lukita yang kesal, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan.
Spontan membuat mereka bertiga kaget. "Ini ada apa lagi." batin Damian yang menoleh kearah belakang.
Ternyata ada dua mobil mengikuti mereka, situasi makin genting, dengan mereka mengeluarkan tembakan terus.
Damian segera mengeluarkan senjata yang dia simpan dalam mobilnya. Damian segera menembak mereka, sedangkan Lukita terdiam melirik kebelakang.
"Kalau tidak cepat bisa celaka aku." Lukita segera memerintahkan Milano untuk pindah disamping.
"Cepat kamu pindah." teriak Lukita.
"Tapi nona." Milano kebingungan kenapa disaat genting dirinya disuruh pindah. Pada akhirnya posisi Lukita berada didepan dengan posisi Damian menembak kearah belakang.
"Kita mulai permainan kita." batin Lukita yang tersenyum sinis.
Lukita melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sembari menyalakan music didalam mobil.
Lukita pun merampas senjata itu dari tangan Milano, dan langsung menembak dari arah samping.
Lukita begitu fokus dimana dia akan menembak, hingga mobil pun berputar arah lawan.
"Kenapa kita berarah lawan." teriak Damian yang Lukita didepan menyetir mobil.
"Diam kamu!" teriak balik Lukita , hingga Lukita menembak kearah depan hingga tembakannya tepat mengenai 1 mobil hingga terjatuh. satu mobil lainnya pun menabrak pohon hingga terbakar.
"Hore, aku menang." teriak Lukita yang begitu bahagia.
Damian dan Milano bengong mendengar perkataan dari lukita. Hingga Lukita menari bahagia.
"Wanita boss galak juga ya." batin Milano melihat wanita bossnya begitu bar-bar.
"Kenapa wanita ini tidak ada rasa takutnya." batin Damian sembari memengang dahinya.
Lukita begitu bahagia seperti dia mendapatkan lotre, Lukita melirik ke belakang takutnya ada orang yang mengikuti mereka.
" aman sudah hidup kita, oh ya kenapa hidupmu selalu dikelilingi musuh apa tidak capek hidupmu seperti ini. " pertanyaan itu membuat Damian terdiam, sedangkan Milano hanya berpaling arah ke jendela mobil.
" Pertanyaan yang menusukkan untuk tuan. " batin Milano yang tahu jika tuannya sedang menahan amarahnya.
" Tak perlu kamu tahu. " jawab Damian dengan tatapan tajam kearahnya.
"Ya sudah, tapi jangan libatkan aku pada masalahmu oke." jawab Lukita yang menyetir didepan.
Akhirnya mereka sampai didepan kost, kondisi mobil milik Damian parah dengan bekas tembak serta kaca mobil pecah bekas tembakkan.
Lukita pun turun dari mobil, dia melirik ke kostnya yang sudah terlihat sepi. "Ya sudah aku mau cabut dulu." pamit Lukita yang langsung pergi dengan perasaan senangnya dengan sedikit tarian ditangannya.
Damian merasa aneh dari wanita itu, mobil mereka pun pergi jauh dari tempat itu. Sedari tadi Damian terdiam mengingat kejadian itu.
"Milano."
"Iya tuan,ada apa?" tanya asistennya.
"Bagaimana menurutmu tentang kejadian tadi?" tanya Damian pada asistennya.
"Sepertinya ada seseorang yang ingin mencelakai kita tuan. Nanti saya akan meminta bantuan pada orang-orang kita untuk mencari dalang dari kejadian tadi." jawab Milano.
