My Way

Aku sungguh minta maaf, bisakah kita bertemu?

Sebuah pesan yang tertera di layar ponselnya membuat Bellona Ghelsi seketika menampilkan raut wajah datar, ia meraih gelas air putih di meja samping ranjang dan melempar gawai nya ke sembarang arah.

"Apalagi yang dia inginkan? sialan kau Bhubin! jangan pernah berharap diriku akan memaafkan mu!"

Tak berselang lama, gawai itu kembali bergetar namun Bellona sama sekali tak berniat untuk melirik siapa sang pemilik panggilan. Ia justru melangkah menuju toilet dan membasuh wajahnya.

"Sebenarnya apa masalah pria pendek itu? kenapa menghubungi ku pada jam segini? apa dia benar-benar seorang agen wanita jalang?" Bellona kembali melangkah malas serta merebahkan diri di atas ranjang meraih ponsel dan menjawab panggilan tanpa mengamati.

"Apa mau mu?"

"Hai Nona! kau belum tidur? apa kau memikirkan diriku?"

"A-apa? siapa ini?" Bellona seketika terduduk sembari menatap nomor asing yang terpampang pada layar ponselnya.

"Apa kau melupakan suara merdu ku ini, Nona Ghelsi?"

"Rafayel?"

"Yuuupzz! aku senang kau memanggilku seperti itu! rasanya lebih akrab, bukan?" suara Rafayel terdengar begitu antusias.

"Entah lah! apa yang kau inginkan Tuan? ini sudah hampir jam 2 pagi, kenapa kau menghubungi ku?"

"Justru karena ini hampir pagi, kenapa kau tak tidur?"

"Apa itu penting? rasanya kau sungguh ingin memasuki ranah pribadi ku! apa yang yang salah dengan mu Tuan?"

"Tentu saja! aku ingin mengetahui semua kebiasaan mu, Nona!"

"Terserah! bolehkah saya menutup telpon nya sekarang?"

"Baiklah! baiklah! aku akan menjemputmu besok pagi tepat jam 9, kau ingat kan Nona? selamat malam! mimpi lah yang indah!"

"Tidak! itu tidak perlu saya bisa berangkat sen-,"

Astaga, kenapa dia menyebalkan sekali Tuhan?

Bellona membuang nafas kasar dan kembali membanting ponsel di atas ranjang.

"Kau harus bertahan dan mencoba untuk menekan emosi mu kali ini Ghelsi! tak ada pilihan lain, atau dirimu akan kelaparan!" gadis itu pun memejamkan mata sembari bergumam perlahan.

Mom! aku merindukanmu ..., tak bisakah kau hadir di mimpiku? aku sungguh merindukanmu mom,

Buliran air mata itu kembali jatuh seketika dan membasahi sarung bantal berwarna putih yang dipeluk erat oleh Bellona.

Gelap serta pekatnya langit malam akhirnya kembali memudar, hangat nya sinar matahari kembali menguasai saat fajar perlahan mulai menyingsing.

"Lihatlah! area mata mu kembali bengkak Ghelsi! kenapa kau harus kembali mengingat masa lalu? itu sungguh mengganggu penampilan mu!" Bellona berdecak kesal sembari menatap bayangan tubuhnya di depan cermin.

Gadis itu menghela nafas sebelum akhirnya meraih ikat rambutnya,

"Seperti biasa! kau selalu cantik Ghelsi! meskipun tubuh mu tak semontok Bella! tapi setidaknya kau tetap sempurna!"

"Aaa-ah! percakapan macam apa ini! ayolah lekas pergi! kita harus menjaga kebugaran diri!" Bellona kembali tersenyum dan berputar setelah memperhatikan penampilannya.

Berlari-lari kecil di sekitar taman area tempat tinggalnya, Bellona Ghelsi benar-benar menikmati kehidupan baru yang ia jalani saat ini.

Bruuugh,

"Saya minta maaf! saya sungguh tidak sengaja Nyonya, apa Anda terluka?" Bellona seketika kembali beranjak dan memunguti beberapa barang belanjaan yang tercecer di sekitar kakinya.

"Tak apa Nak! aku juga sedikit buru-buru jadi kurang begitu memperhatikan langkah kakiku,"

Seorang wanita paruh baya dengan rambut yang tampak sedikit memutih nampak tersenyum menatap Bellona.

"Haruskah saya mengganti nya Nyonya? ada beberapa buah yang jadi rusak karena saya menabrak Anda, saya sungguh minta maaf!" lagi-lagi Lona tertunduk santun dan tampak menyesal.

"Tidak Nak! tidak, itu tidak perlu! tak apa, ini bukan sepenuhnya kesalahan mu, jadi kau tak perlu melakukannya!"

Bellona hanya menanggapi kalimat wanita paruh baya itu dengan tersenyum kikuk.

"Apa kau penghuni baru di area apartemen ini Nak? rasanya diriku sungguh asing dengan wajah mu, atau mungkin tidak?"

"Aaa-ah, itu benar Nyonya saya baru sekitar 1 bulan ini pindah kemari, dan memang baru kali ini saya mencoba untuk keluar di pagi hari."

"Aku Renata, kau bisa memanggilku ibu Rere!"

Wanita tua ini? kenapa dia lembut sekali? mom ...,

Bellona Ghelsi seketika menatap wanita dihadapan nya dengan wajah sendu meskipun senyum tipis akhirnya terukir di bibirnya.

"Nak! apa kau baik-baik saja?"

"I-iya, saya baik-baik saja ibu Renata, maksud saya ibu Rere!"

"Baiklah Nak! ibu pergi dulu, ibu harus segera memasak dan mengurus beberapa tanaman! apartemen ibu ada di paling ujung, berkunjung lah jika kau memiliki waktu senggang,"

"A-apa ibu mengizinkan?"

"Tentu saja Nak!"

"S-saya, mungkin akan berkunjung kapan-kapan! terima kasih ibu ..., berhati-hatilah di jalan! permisi,"

Kedua wanita itu kembali melangkah berlawanan arah dengan saling tersenyum tulus.

Tidak biasanya diriku merasa nyaman untuk bisa sedekat ini dengan orang asing, apa karena diriku terlalu merindukan mom? atau mungkin granny?