Kesalahan Satu Malam

Keesokan harinya, Alvaro sedang duduk di pinggir kolam renang karena dia akan berenang, rutinitasnya saat dia lagi libur dan memang kebetulan di apartemen nya ada kolam renang privat yang Alvaro sewa jika dia ingi berenang.

"Tuan Jack," panggil Alena saat dia melihat di segala ruangan tidak menemukan Alvaro.

"Cukup Jack saja nona." ucap Jack sopan.

"Oh, Jack tuan Alvaro kemana ya?" tanya alena.

"Tuan Alvaro sedang berenang nona." jawab Jack.

"Berenang? Di mana?" tanya Alena.

"Di kolam renang apartemen, apakah nona ingin ke sana?" tawar Jack.

"Apakah boleh?"

"Sangat boleh nona."

Kemudian Alena pun mengikuti Jack menuju ke kolam renang yang memang berada di lantai paling atas sehingga sangat sepi, apa lagi ini adalah hari kerja ya semua orang kerja.

Alvaro mentang-mentang pemilik perusahaan nya dia seenaknya tidak masuk kerja, begitu lah pikir Alena saat ini.

Untuk Arsen sendiri sedang di awasi oleh bodyguard yang di sewa oleh Alvaro untuk menjaga sang anak.

Sampai di lantai atas sendiri Alena pun masuk ke sana, Jack meninggalkan mereka berdua agar lebih leluasa untuk berbicara.

Saat masuk Alena dapat melihat Alvaro sedang berenang dengan lincahnya, hal itu baru Alena tau sekali ini ternyata pesona bos nya itu tak hanya di darat saja tapi di air juga, udah kayak buaya bukan.

"Kenapa berdiri terus, sini duduk." ucap Alvaro dari tepi kolam yang melihat Alena tetap berdiri di depan pintu.

"Tu... Tuan," lirih Alena mendekati Alvaro.

"Tolong ambilkan handuk ku dulu," pinta Alvaro sambil menunjuk handuk yang tergeletak di kursi dekat kolam.

Alena pun mengambilkan handuk tersebut dan memberikannya kepada Alvaro.

"Ini tuan,"sahut Alena saat Alvaro baru saja keluar dari kolam renang dan hanya menggunakan boxer pendek, sedangkan area atas otot ototnya terbuka lebar tanpa penghalang.

Merasa ingin menjahili Alena, Alvaro pun mengambil handuk tersebut sambil menarik tangan Alena dan mundur ke belakang, sehingga mau tak mau mereka berdua harus tercebur bersama dengan alvaro mendekap tubuh Alena erat.

BYUR

Alena yang syok pun langsung merasa sulit bernafas padahal dia bisa berenang, Alvaro yang melihat Alena ingin tenggelam pun langsung menarik ibu dari anaknya itu agar mendekat dan langsung memeluknya dan mengeluarkan kepala Alena dari dalam air.

"Hahh hahhh," nafas Alena tersengal karena dia hampir kehabisan nafas.

"TUAN!" pekik Alena marah dan kesal, dia pun memukul bahu dan dada alvaro karena sudah bermain-main dengan nya bahkan Alena hampir tenggelam.

"Hey kenapa?" tanya Alvaro mengangkat dagu Alena yang menunduk.

Saat dia melihat ternyata Alena sengaja menangis, Alvaro pun merasa sangat tidak tega hingga dia tanpa permisi mengecup kedua mata Alena yang sengaja mengeluarkan air mata itu.

Alena yang di perlakukan seperti itu pun merasa terkejut bukan main, bahkan dia tersentak saat Alvaro malah mengeratkan pelukannya.

"Kenapa ke sini hm?" tanya Alvaro tak melepaskan dekapannya.

"Tuan tolong lepaskan dulu," ucap Alena merasa risih.

"Jawab saya dulu baru akan saya lepaskan," ucap Alvaro.

"Itu.... Apakah ajakan tuan kemarin masih berlaku?" tanya Alena merasa gugup.

"Tentu, bagaimana apakah sudah menemukan jawabannya?" tanya Alvaro yang merasa hatinya sangat berdebar, bahkan dia juga bisa merasakan debaran di jantung Alena karena asal kalian tau bagaimana posisi mereka sekarang apa lagi sedang berada di tengah-tengah kolam renang.

"Saya harap ini jawaban yang baik untuk saya Alena," ucap Alvaro memohon.

Alena diam sejenak untuk menarik nafasnya, dia sudah memilih dan semoga pilihannya ini tidak salah dan merugikan siapa pun.

"Apakah saya harus menjawabnya di sini tuan? Apa tidak sebaiknya kita bicarakan setelah kita bersih dulu," ucap Alena merasa tidak enak jika berbicara di dalam kolam renang seperti ini.

"Jawab sekarang saja, karena saya sangat ingin segera mengetahui jawabannya." ucap Alvaro merasa tidak ada waktu yang pas.

"Sa... Saya terima tuan," ucap Alena pelan namun masih di dengar oleh Alvaro.

Namun Alvaro tidak puas dengan jawaban singkat Alena yang pelan, dia ingin Alena berteriak saat menerimanya.

"Apa? Saya tidak dengar," ucap Alvaro.

"Iya saya terima ajakan tuan." pekik Alena membuat Alvaro terkekeh geli melihat tingkah calon istrinya.

Benar bukan karena sekarang ini Alena sudah menerima dia sebagai calon suaminya dan ayah dari anaknya.

Merasakan debaran di dadanya Alvaro pun mendekatkan wajahnya ke wajah Alena dan begitu pun Alena, entah dorongan dari mana.

Bahkan hidung mereka saling bersentuhan dan tinggal sejengkal lagi mereka akan berciuman, namun Alena tiba tiba sadar dan menjauh dari Alvaro.

"Saya harus kembali, Arsen pasti sudah menunggu." ucap Alena menepi dan naik ke atas.

"Tunggu." tutur Alvaro, kemudian dia mendekati Alena dan memakaikan bath robe karena lekuk tubuh Alena tercetak jelas dan Alvaro tidak rela hal itu terjadi.

mereka berdua pun menuju ke apartemen nya, setelah bersih-bersih Alena menuju ke arah Arsen yang sedang bermain.

"Wah anak bunda betah banget mainnya?" tanya Alena menghampiri Arsen.

"Bunda, alsen seneng banget di cini coal nya banyak mainan!" seru bocah kecil itu.

"Arsen bisa kok main terus sama mainan-mainan nya, karena ini semua milik Arsen." ucap Alvaro yang tiba-tiba datang dan duduk di sebrang tempat duduk Alena sehingga sekarang Arsen berada di tengah-tengah mereka berdua.

"Benelan om?" tanya Arsen dengan wajah berharap.

"Beneran dong, dan mulai sekarang Arsen panggil om papa ya." ucap Alvaro membuat Arsen langsung melihat ke arah sang bunda.

Alena pun memberikan sebuah anggukan menandakan bahwa ucapan pria di sampingnya itu memang benar.

Arsen tidak ingin menyakiti perasaan bundanya, selama ini dia tidak pernah menanyakan tentang papa nya karena takut sang bunda akan sedih.

dengan segera Arsen pun menuju ke arah Alvaro dan memeluk pria itu dengan erat, Arsen menangis di dalam pelukan Alvaro.

Melihat tubuh bergetar sang anak membuat Alena merasa senang, setidaknya pilihannya tepat untuk sang anak yang ternyata juga sangat merindukan sosok sang papa di sampingnya.

"Papa," lirih Arsen.

"Anak papa jangan nangis lagi dong, nanti jeleknya keluar loh." ucap Alvaro bercanda dengan sang anak.

"Papa beneran papa nya alsen kan?" tanya Arsen lagi takut jika ini hanya mimpi dan dia akan kehilangan papa nya saat dia bangun.

"Iya dong, ini papa Alvaro papa nya Arsen." jawab Alvaro.

"Papa," lirih Arsen memeluk erat kembali Alvaro.

"Udah jangan nangis ya, hari ini papa bakalan bawa kalian berdua bertemu Oma sama opa." jawab Alvaro membuat Alena terkejut karena Alvaro tidak mendiskusikan nya terlebih dahulu.

"Oma sama opa?" tanya Arsen bingung karena dia belum pernah punya Oma sama opa, dia hanya punya Oma Diana tetangga bundanya.

"Oma sama opa itu mama sama papa nya papa sayang," ucap Alvaro menjelaskan.

"Wah pasti selu, Alex dulu juga pernah pamel ke alsen soal Oma nya pa." ucap Arsen mengadu kepada sang papa.

"Ya sudah kalau begitu Arsen sama mbk norma ke atas dulu bantu buat siap-siap," ucap Alvaro dan di angguki oleh Arsen.

Setelah di rasa Arsen tidak ada barulah Alena protes karena jadwal dadakan dari Alvaro, rasanya jantung Alena ingin copot saja karena dia belum siap jika harus bertemu dengan orang tua Alvaro, dia takut jika dia akan di tolak karena masalah kemarin, apa lagi kemarin dia kekeh tidak ingin menikah dengan Alvaro.

"Udah kamu tenang saja, mereka pasti bakalan terima kalian kok." jawab Alvaro.

.

.

Bersambung.....