Berniat memasang alat penangkap ikan, Zena malah menemukan sesosok pria yang pingsan di tepi sungai, lantas ia dan neneknya menolong pemuda tersebut.
Suatu hari pria yang bernama Satya itu ingin membalas kebaikan orang yang telah menyelamatkannya, namun siapa sangka yang dilakukannya malah berujung petaka.
Membawa pada sebuah kesalahpahaman yang mengharuskan Zena dan Satya menikah hari itu juga.
Setelah pernikahan, Satya memperlakukan Zena dengan sangat baik hingga hal itu perlahan membuat sang istri jatuh cinta.
Namun suatu kebenaran membuat Zena harus menelan pil pahit, karena Satya ternyata sudah punya kekasih.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apakah perasaan Zena akan terbalas? atau dia hanya menjadi peran antagonis di kisah cinta suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dara Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemani mama mertua
"Mama!"
"Kamu tidak sibuk kan?" tanya mama.
"Tidak Ma."
"Baguslah, mari temani Mama"
"Kemana?" tanya Zena penasaran.
"Ikut saja, nanti kamu akan tahu."
"Baik Ma, Zena siap siap dulu."
"Tidak usah buru buru, berangkatnya jam sebelas nanti."
"Oh, iya Ma."
"Ya udah, Mama turun dulu ya." Pamit mama lalu pergi.
Zena merebahkan tubuh di atas tempat tidur, merentangkan dua tangannya sembari menatap langit langit kamar.
Tiba tiba ia teringat akan kebersamaannya dengan Satya ketika masih di kampung dulu, tanpa sadar Zena senyum senyum sendiri.
"Aish! Apa sih aku ini." gerutu gadis itu, langsung duduk lalu memukul mukul pelan kepalanya.
"Tak boleh Zen kamu tak boleh mikirin Bang Satya kalian kan hanya berteman toh sudah ada perjanjian." ucap Zena dalam hati.
"Eh berapa lama batas perjanjiannya, aduh lupa! setahun kali ya?" Menepuk keningnya.
"Sudahlah gak usah terlalu di pikirkan" Kembali merebahkan diri, tanpa sengaja ia melihat foto seorang gadis cantik tengah tersenyum di samping tempat tidur.
"Baru lihat," ucapnya dalam hati, Zena meraih foto tersebut, mengamati lalu meletakkan kembali pada tempatnya.
Setelah melihat foto Eva, Zena ingin tahu lebih banyak lagi lantas ia pun menyusuri setiap sudut kamar, Ternyata di kamar itu cukup banyak gambar kekasih suaminya baik dalam bentuk foto,lukisan dan Sketsa, selain itu ada juga barang barang seperi pena dengan nama Eva, miniatur dan masih banyak lagi. ada sebuah mug dengan lukisan wajah mereka.
"Bang Satya sangat mencintai kekasihnya." lirihnya.
Zena meraih mug tersebut dengan perasaan tidak karuan, hatinya kembali berdenyit setelah menemukan banyak bukti cinta Satya pada Eva.
Zena meletakkan kembali mug itu di dekat gambar Eva "ada apa denganku?" Tanya Zena dalam hati.
*****
Mama Alisha mengajak Zena ke sebuah mall.
Beliau mengajak menantunya belanja pakaian. Mama baik bukan?
Mama sendiri yang memilihkan pakaian untuk sang menantu, sementara Zena hanya nurut saja. Gadis itu juga tidak terlalu mengerti tentang fashion, selama ini dirinya asal pakai saja yang penting nyaman.
Zena masih tidak pernah menyangka dapat mertua sebaik mama Alisha padahal ia baru juga dua hari datang di rumah itu namun mama & keluarganya begitu baik, menerimanya dengan terbuka.
Zena dapat merasakan ketulusan keluarga Satya, meskipun ia dari kampung & bukan anak orang kaya tak pernah sekalipun mereka menghina Zena, meski pertama kali mama Alisha & papa Arga membuatnya hampir spot jantung.
Namun sayang pernikahannya & Satya bukan untuk selamanya, mereka akan berpisah jika sudah tiba waktunya.
Zena berdoa suatu saat nanti ia akan mendapatkan mertua & ipar seperti keluarga Satya.
Setelah puas belanja pakaian, mama Alisha mengajak Zena pergi ke sebuah salon kecantikan.
Merombak sedikit penampilan menantunya agar tak terlalu burik 😁, sayang sekali pikir mama Alisha, badan tinggi, mata sipit juga ada lesung pipi sebagai pemanis tertutup keburikan.
B&G SALON (Beauty and Glow Salon)
Mama Alisha mengatakan sesuatu pada karyawan salon tersebut, sayangnya Zena tak dapat mendengar pembicaraan mereka.
Karyawan tersebut segera mempersiapkan diri Zena, sementara si gadis merasa risih karena sebelumya ia tak pernah masuk salon.
"Mba, saya mau diapain?" tanya Zena terdengar tidak ramah.
"Nurut saja Mba, nanti Mba jadi cantik." Sahut karyawan tersebut singkat.
"Apaan sih?" gerutunya dalam hati.
*****
Sementara itu Blue Lotus Cafe dua pasang insan tengah melepas rindu, Satya & Eva setelah sekian lama tak bertemu.
Gadis itu berurai air mata, bahagia karena sang kekasih masih hidup namun di sisi lain ia sedih, Satya Sudah menikah dengan gadis lain. Wanita mana yang tak kecewa namun setelah mendengar penjelasan Satya Eva melapangkan dada menerima kenyataan.
Satya mengusap sisa air mata Eva. "Sudah jangan menangis lagi, kami akan segera berpisah," ujar Satya.
"Benarkah? " gadis itu menatap dalam mata Satya.
"Iya, diantara kami tak ada perasaan apa apa." Menangkup pipi Eva lalu memeluknya.
"Aku tidak ingin menyakiti hatimu lebih dalam lagi jika kamu tahu dari orang lain, aku sadar betul aku salah." lirih Satya setelah melepaskan pelukannya.
"Kau tidak salah sayang, ini bukan salah siapa siapa, mungkin sudah takdir."
"Ya, tapi aku mencintaimu, tak seorangpun yang bisa menggantikan tempatmu di hatiku."
"Terima kasih, kamu laki laki terbaik yang pernah ku kenal."
"Dan aku berharap kau mau menikah denganku setelah aku berpisah dari istriku, jangan tolak aku lagi karena aku sungguh mencintaimu." Menggenggam tangan Eva sembari menatap matanya.
"Menualah bersamaku,Will you merry me?" ucap Satya sumgguh sungguh.
"Kau melamarku?"
Satya menjawab hanya dengan amggukan.
"Tapi kau masih terikat dengan istrimu."
"Ya aku tahu, kita tidak akan segera menikah kok yang penting kau terima dulu baru aku bisa tenang."
Eva menarik tangannya dari genggaman Satya, ia terdiam sembari memandang ke luar cafe menyaksikan kendaraan yang berlalu lalang di jalan.
Ia ragu untuk menjawab, tapi jujur gadis itu sangat ingin menjadi istri Satya namun dirinya tidak mau Satya kecewa setelah tau yang sebenarnya sudah terjadi pada dirinya.
"Maafkan aku sayang." ucap hati Eva sedih.
"Semoga kamu bisa mencintai gadis itu, menualah bersamanya Satya, aku tak bisa maaf... "
"Buka hatimu untuk dia, dari ceritamu aku tau gadis itu baik walaupun sedikit bar bar."
"Semoga kalian bahagia" Hatinya terasa seperti teriris iris.
"Hei, kok melamun?" Satya menjentikkan jari di depan wajah Eva menyadarkannya.
"Eh... iya. "
"Bagaimana? Plis terimalah aku. " Satya memohon, menangkupkan kedua tangan.
Dengan berat hati Eva mengganggukkan kepala sembari tersenyum yang dipaksakan, anggukan tersebut membuat Satya berjingkrak jingkrak hingga lupa sedang berada dimana sekarang, semua pengunjung di cafe itu menatap heran ke arah meja mereka.
Kebetulan cafe tersebut sangat ramai karena sudah masuk waktu makan siang.
"Yang, dilihatin orang tuh!"
Satya tersadar "maaf semuanya, saya terlalu bahagia karena lamaran saya di terima oleh pacar saya" Ucap Satya, seketika tatapan aneh mereka berubah jadi tepuk tangan. Kini berubah Eva yang malu.
"Sayang, apaan sih, malu tau!" Eva pura pura merajuk.
"Jangan marah dong, nanti cantiknya hilang." goda Satya sembari menoel dagu Eva dan gadis itu malah tertawa.
"Sayang bisa saja, meluluhkan hatiku."
"Karena itu aku jatuh cinta padamu, karena kau mudah meleleh meski hanya dengan hal sederhana sekalipun."
*****
Mama Alisha tercengang melihat penampilan menantunya setelah di rombak dari ujung kepala sampai ujung kaki ternyata sangat cantik.
Tak salah pilih anaknya pikir mama Alisha.
Melihat penampilannya sekarang, tidak akan ada yang menyangka jika Zena dari desa.
Zena merasa malu pandangi mama Alisha "Kenapa ma, aku jelek ya?"
"Tidak, kamu sangat cantik. Mirip seperti artis korea." Puji mama membuat hidung Zena kembang kempis.
Mereka lalu pergi meninggalkan salon menuju sebuah cafe dimana teman teman arisan mama sudah menunggu.
"Tolong jalanmu sedikit lebih feminim!" ucap mama yang baru menyadari jika cara berjalan Zena cenderung seperti laki laki.
"Baik Ma," sahut Zena berusaha berjalan anggun seperti model di televisi.
Mama memperhatikan cara jalan menantunya itu tetap kaku malah jadi aneh, akhirnya mama mengakalinya dengan menyuruh Zena memakai high heels.
Zena yang tidak terbiasa memakai high heels merasa kesulitan, beberapa kali ia hampir terjatuh saat latihan di toko tempat yang mereka beli.
Kalau tidak di pegangi mama sudah pasti gadis itu terjatuh ke lantai, namun mama Alisha sangat sabar menghadapi menantunya itu.
"Pakai high heels itu jalannya pelan pelan biar tidak jatuh."
"Iya Ma." Zena menerapkan apa yang di ucapkan oleh mertuanya, dan ia pun tidak terjatuh lagi meski jalannya selambat keong menurut gadis itu.
"Astagfirullah!"
Bersambung...
ada" ajah...