Romansa Anak SMA

"Kiano.." panggil Nikita, setelah kejadian lalu, Kiano dan Nikita semakin menjauh. Kiano juga semakin cuek kepada Nikita.

"Lo kenapa sih sekarang cuek banget sama gue?" tanya Nikita sedikit emosi karena dia diabaikan oleh Kiano.

"Nggak kenapa-napa." jawab Kiano dingin.

"Sekarang gue tanya, apa lo masih cinta sama gue?" Nikita tak bisa lagi menahan kedinginan Kiano.

"Kita udah selesai." Nikita terbelalak mendengar jawaban Kiano. Selama ini mereka selalu putus nyambung, dan baru kali ini Kiano benar-benar ingin putus dari Nikita.

"Kenapa? apa karena cewek itu?" Nikita mulai menyalahkan Alenka atas semua yang terjadi.

"Bukan. Tapi karena gue udah nggak cinta sama lo." Kiano benar-benar kejam. Setiap ucapannya sangat menyakitkan buat Nikita. Mereka sudah bersama dari kelas 2 SMP, sampai mereka sekarang kelas 3 SMA.

Meskipun putus nyambung tapi mereka masih saling sayang. Tapi sekarang, dengan tegas Kiano mengatakan kalau dia sudah tidak lagi mencintai Nikita. Pertama kalinya kata itu diucapkan oleh Kiano.

"Apa yang kurang dari gue, apa yang cewek itu miliki tapi nggak gue miliki?" Nikita menekan amarahnya, dia masih berharap bisa balikan lagi dengan Kiano seperti sebelumnya.

"Cinta tidak bisa dipaksa, dan faktanya sekarang gue udah nggak cinta sama lo." Kiano mempertegas ucapannya.

Harus dia akui, setelah putus dari Alenka, Kiano merasa ada yang hilang dari dirinya. Sudah tidak ada lagi orang yang selalu memberi dia nasehat atau masukan saat dia banyak pikiran. Dia kehilangan sosok yang sangat mengagumkan dari dalam hidupnya.

Meski Alenka lebih muda dari Nikita dan dirinya, tapi pemikiran Alenka jauh lebih dewasa dari mereka. Apalagi Nikita yang hanya mengandalkan kemanjaannya. Awalnya itu menyenangkan buat Kiano, tapi lama kelamaan itu memuakan.

Kiano harus mengakui bahwa wanita dengan pemikiran dewasa jauh lebih menarik, daripada wanita yang manja. Wanita dengan pemikiran dewasa jauh lebih cepat menyelesaikan masalah, dibanding wanita yang manja, yang hanya maunya menang sendiri. Seperti itu penilaian Kiano.

Mengalah demi wanita yang dicintai, awalnya emang lucu atau uwu. Tapi lama-lama juga membosankan. Karena seorang pria harus menerima kodrat sebagai orang yang akan selalu disalahkan. Gimana nggak ngebosenin coba.

Lo harus ngaku salah dan minta maaf, padahal posisi lo udah bener. Seorang pria juga punya harga diri, dia bisa marah juga bisa bosen. Ingat, pacaran itu bukan hanya satu orang yang ngejalanin, tapi dua orang. So, harusnya saling sadar diri-lah. Jika emang merasa salah ya diakui aja. Itu nggak akan membuat kita hina kok.

"Tapi gue masih cinta sama lo Kiano." Nikita tak bisa lagi menahan sakit hatinya, dia menangis sejadinya. Akan tetapi Kiano tetap pada pendiriannya. Dia tidak mau melukai Nikita lebih lagi dengan cinta palsunya.

"Semoga lo dapat cowok yang lebih baik dari gue!" ucap Kiano.

"Apa lo yakin cewek itu mau sama lo? beberapa hati yang lalu gue lihat dia jalan ama cowok yang lindungi dia pada waktu itu." Nikita mencoba memprovokasi amarah Kiano.

Nikita tahu betul, Kiano tidak akan pernah terima kekalahan. Apa yang dia mau harus dia dapatkan, bagaimanapun caranya.

Kiano tidak merespon provokasi Nikita. Dia beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan tempat nongkrongnya. Kiano tidak mau terprovokasi oleh siapapun. Karena, dia tidak mau melukai Alenka lagi. Kiano menyesal karena sudah buat Alenka ilfil kepadanya, sehingga membuat dia kehilangan cintanya.

****

Pagi hari yang indah, matahari bersinar menghangatkan tubuh. Hari ini tumben Alenka ke sekolah bawa mobil. Dan tentu saja itu membuat decak kagum teman-temannya. Pasalnya itu pertama kalinya Alenka ke sekolah bawa mobil, biasanya kalau nggak nebeng Ellena, atau nggak naik angkot.

"Rental mobil dimana lo?" tanya Rama, kagum dengan mobil yang pakai oleh Alenka.

Alenka ke sekolah bawa mobil sport, awalnya dia ingin bawa mobil biasa tapi mobilnya dipakai kakaknya, dan yang lain di pakai papanya juga ada yang lago dibengkel. Terpaksa Alenka pakai mobil yang tersisa.

"Kakak gue kemarin rental belum dikembaliin, jadi gue pakai aja dulu, lumayan kan bisa buat gegayaan." jawab Alenka, tidak sakit hati dengan pertanyaan Rama.

Alenka memang sangat down to earth, lagipula Rama kan tidak tahu yang sebenarnya. Yang dia tahu, Alenka hanyalah anak orang biasa sama seperti dirinya. Karena Alenka memang tidak pernah menunjukan seberapa kaya orang tuanya.

"Tumben lo bawa mobil?" tanya Ineke juga.

"Kakak gue kemarin rental belum dibalikin, ya gue pakai aja, lumayan buat gegayaan." jawab Alenka sama persis dengan jawabannya atas pertanyaan Rama.

Alenka sedikit menyesal sih, kenapa juga dia bawa mobil ke sekolah. Jadi banyak temannya yang kepo kan. Tapi Alenka tetaplah Alenka yang low profil.

"Mama pengen ngajak lo liburan!" Gio memberitahu mandat dari mamanya ke Alenka.

"Kemana? kapan?"

"Weekend, ke villa keluarga gue."

"Oke, nanti gue minta izin sama orang tua gue dulu,"

"Nggak usah, orang tua lo juga ikut kok." Alenka hanya menganggukan kepalanya pelan. Tapi percakapan itu terdengar jelas oleh Ineke yang berada disamping Alenka.

Alenka baru menyadari kalau Ineke mendengar percakapannya dengan Gio barusan. Setelah Gio berjalan lebih dulu, barulah Alenka menjelaskan kepada Ineke supaya dia tidak salah paham lagi.

"Lo jangan salah paham lagi, gue ama Gio nggak ada hubungan apa-apa kok, kebetulan orang tua gue ama orang tua Gio sahabatan dari mereka sekolah dulu." Melihat Alenka yang panik, justru membuat Ineke tersenyum.

"Iya, gue tahu lo kok," jawab Ineke membuat Alenka bernafas lega.

Saat mereka akan melanjutkan langkah mereka menuju kelas. Mereka berdua melihat Ellena yang berboncengan dengan Leon. Tersenyumlah mereka berdua sambil mencie-ciekan Ellena yang semakin mendekat.

"Lo udah sarapan belum In?" tanya Alenka tiba-tiba.

"Udah, emang kenapa? lo mau traktir gue?" tanya Ineke yang tak tahu maksud dari pertanyaan Alenka.

"Kalau belum sih nanti mau ditraktir sama Ellena, Peje." bisik Alenka membuat Ineke tertawa setelah paham apa yang dimkasud Alenka.

"Oh, tapi perut gue masih muat kok kalau mau ditraktir." Ineke ikutan menggoda Ellena, membuat wajah Ellena memerah.

"Apaan sih." ucapnya malu-malu.

"Gue duluan ya?" pamit Leon mempercepat langkahnya.

"Iya seyenk," seru Alenka dan Ineke bersamaan. Leon hanya tersenyum kecil dengan tingkah kedua temannya itu. Sementara Ellena masih memerah wajahnya karena malu.

Belum lagi sampai di kelas dia juga diledekin oleh teman-temannya yang lain, termasuk Ciara dan Arka yang tumben tidak ke kantin. Ellena semakin memerah wajahnya, juga Leon yang tersenyum malu-malu juga.

"Ntar siang mau ditraktir Leon katanya, sepulang sekolah." seru Gio yang disambut bahagia oleh teman-temannya.

"Yeyyy...."