NovelToon NovelToon
ISTRIKU BADAS

ISTRIKU BADAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Paksaan Terbalik / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Action
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.

Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.

Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.

Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.

Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.

Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.

Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.

Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Merasa Ditampar

Vega tersenyum elegan, menyilangkan kaki.

“Oh, aku? S2. Baru pulang dari luar negeri,” ujarnya ringan tapi jelas.

Matanya melirik sekilas ke arah Vexia yang duduk tak jauh.

“Gak seperti pegawai yang diterima bareng aku. Cuma lulusan SMA.”

Suaranya cukup keras untuk terdengar oleh setengah isi kantin.

Beberapa kepala refleks menoleh ke arah Vexia.

Hana yang duduk di depan Vexia bersama Hani langsung berdesis pelan.

“Si Vega ini benar-benar bikin aku gerah.”

“Aku makin gak suka sama dia,” timpal Hani.

Vexia hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan makan tanpa terganggu sedikit pun.

Namun Vega belum selesai.

“Aku dengar,” katanya pura-pura santai, “dulu dia pernah dijodohkan sama seseorang di perusahaan ini. Katanya bahkan sempat dilamar, tapi batal. Mungkin karena, ya itu… cuma lulusan SMA.”

Ia meneguk minumannya pelan, lalu menambahkan,

“Mungkin sebagai kompensasi, dia dikasih kerja di sini. Jadi staf administrasi.”

Bisikan langsung beredar cepat di meja-meja sekitar.

“Serius? Cuma SMA?”

“Pantes bisa masuk bagian administrasi. Biasanya minimal D3.”

“Cantik sih, tapi kalau gak pintar, repot juga kerja satu divisi…”

Namun gadis yang jadi bahan pembicaraan itu tetap tenang.

Vexia memutar sendok di gelas jusnya, matanya datar, seolah semua itu hanya angin lewat.

Vega menatapnya, kesal. Ia ingin reaksi, tapi tak mendapat apa pun.

“Harusnya gadis desa balik aja ke kampung,” gumamnya, pelan tapi cukup jelas untuk didengar.

“Divisi administrasi ini butuh kecepatan dan presisi. Kalau ada staf yang lambat, nama divisi kita yang jelek.”

Sebelum suasana makin panas, dua suara serempak memotong.

“Vega, cukup deh.”

Semua menoleh.

Hana dan Hani. Si kembar yang dikenal lugas dan anti-drama, menatap Vega datar.

Hana bersandar di meja, menyilangkan tangan.

“Baru setengah hari kerja, tapi gaya ngomongnya udah kayak senior sepuluh tahun.”

Hani menimpali dengan nada malas tapi tajam.

“Dan kalau mau sok menilai orang, minimal punya pencapaian dulu. Jangan cuma jago adu domba.”

Beberapa staf saling pandang.

Vega menegang, senyumnya masih terpasang tapi matanya menajam.

Hening sesaat.

Lalu suara lembut tapi tegas itu terdengar.

Vexia meletakkan sendoknya, menatap Vega datar.

Nada bicaranya tenang. Nyaris terlalu tenang untuk kalimat sepedas itu.

“Aku memang gadis desa,” katanya pelan. “Dan iya, aku cuma lulusan SMA.”

Senyumnya samar. Bukan menantang, tapi jujur.

“Tapi setidaknya aku gak pernah lupa cara menghormati orang lain, meski datang dari tempat sederhana.”

Kantin mendadak hening.

Vega menegang. Senyum elegannya perlahan memudar.

Vexia melanjutkan dengan suara lembut namun tegas:

“Di tempat kerja, yang dihitung itu hasil, bukan asal. Jadi kalau aku salah, silakan koreksi pekerjaanku. Tapi kalau ternyata aku lebih cepat dan lebih rapi… mungkin kamu yang perlu meninjau ulang makna ‘berpendidikan’.”

Beberapa staf menahan napas.

Hana melirik Hani, keduanya nyengir kecil.

“Kamu benar, Xia. Di kantor ini yang penting hasil kerja, bukan asal mulut,” ujar Hana.

“Betul. Kalau gelar menentukan etika, perusahaan ini sudah bangkrut dari lama,” tambah Hani datar.

Vexia mengangguk pelan, lalu berdiri, merapikan piringnya.

“Saya kembali ke meja kerja dulu. Selamat makan.”

Langkahnya ringan tapi berwibawa. Meninggalkan keheningan yang berat dan wajah-wajah malu.

Sementara Vega duduk kaku, jemarinya bergetar di atas gelas yang hampir kosong.

Untuk pertama kalinya, Vega merasa ditampar. Bukan oleh suara keras, apalagi oleh tangan, tapi oleh ketenangan yang tak bisa ia lawan.

***

Lift bergerak naik perlahan.

Cahaya redup memantul di dinding logam, menyorot wajah tegang Rayno Amartya Mandala yang menatap kosong ke depan. Sekretarisnya, Dani, berdiri di sisi kanan, menunduk sopan sambil memegang tablet laporan.

Tapi Rayno tak benar-benar melihat apa pun di depannya. Pikirannya melayang jauh.

"Apa dia sudah makan siang? Bagaimana hari pertamanya bekerja? Apa dia menemui kesulitan?"

Tangannya tergerak, merogoh ponsel dari saku jas.

Jarinya sempat berhenti di atas layar, di chat berisi nama itu.

Nama yang baru beberapa hari terakhir memenuhi benaknya.

Vexia.

Ia menghela napas pelan.

"Kalau aku tanya, berarti aku perhatian. Dan kalau aku perhatian… dia mungkin salah paham."

Senyum getir terbit di bibirnya. "Aku tidak boleh memberi harapan. Padahal aku sendiri mulai kehilangan arah."

“Tuan, apa ada masalah?” suara Dani memecah lamunannya.

Rayno menoleh sekilas, sedikit terkejut, lalu cepat menormalkan ekspresinya.

“Tidak, hanya lelah,” ujarnya datar.

Dani mengangguk sopan. “Tenang saja, Tuan. Meski klien tadi menolak berinvestasi, kita masih bisa menghubungi calon investor luar negeri. Saya yakin mereka lebih jeli melihat prospek proyek Mandala Tower.”

Rayno mengangguk pelan. “Hum.”

Nada singkat, tanpa fokus.

Lift berdenting.

Pintu terbuka, memperlihatkan lorong marmer yang memantulkan cahaya lampu putih. Mereka berjalan beriringan.

Tapi dalam langkah tegapnya, pikiran Rayno kembali berbisik.

"Aku tidak sedang memikirkan proyek itu, Dani.

Aku memikirkan dia."

Bayangan Vexia muncul sekilas di benaknya. Cara gadis itu menunduk tenang, menjawab tanpa marah, dan matanya… mata yang tak pernah menuntut apa pun.

Ia ingat beberapa hari yang lalu, Vexia selalu menyiapkan pakaiannya setiap hari.

“Xia,” ujarnya pelan, menatap ke arah lain. “Tak perlu menyiapkan apa pun untukku.”

Ucapannya terdengar cepat, seolah ingin menahan sesuatu yang mulai tumbuh di hatinya.

Vexia hanya mengangguk. Patuh, tanpa protes. Tapi anehnya, justru ada ruang kosong yang tertinggal sejak saat itu.

Ia kembali teringat senyum hangat Vexia saat mengantarnya ke mobil, melambaikan tangan kecilnya sebelum pintu tertutup.

Senyum yang seharusnya biasa saja, tapi entah kenapa meninggalkan jejak terlalu dalam.

Dan juga caranya mengambilkan makanan dengan telaten, menata piring untuknya dengan sabar, berbincang hangat dengan orang tuanya seolah ia memang bagian dari keluarga.

Semakin ia mencoba mengabaikan, semakin sulit menghapus bayangan itu dari pikirannya.

Rayno mengepalkan tangan di sisi tubuhnya, rahangnya menegang.

"Tidak seharusnya aku seperti ini. Aku masih mencari gadis itu. Gadis yang menolongku malam itu. Hanya dia yang ingin aku cintai.

Tapi kenapa… kenapa setiap kali menatap Vexia, hatiku justru bergetar seperti ini?"

Ia menarik napas dalam, menegakkan punggung, berusaha menenggelamkan kegelisahan itu di balik wibawa seorang CEO.

Namun di balik kaca besar ruangannya, pantulan dirinya sendiri tampak… berbeda.

Tatapan yang dulu dingin kini sedikit lembut. Dan itu yang paling ia benci.

“Ini gak benar,” batinnya pelan. Tapi jantungnya tak sepakat.

"Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya?"

 

Hari beranjak sore.

Rayno menatap jam di dinding, terkejut ketika jarum panjang hampir menyentuh angka enam.

Tanpa pikir panjang, ia mengemasi berkas dan menutup laptopnya.

"Dia pasti sudah keluar," batinnya sambil melangkah cepat ke pintu.

Dani yang duduk di meja depan sempat mendongak. “Tuan buru-buru sekali…” gumamnya pelan, menatap punggung atasannya yang menjauh.

Ia menghela napas kecil. “Ah, sudahlah. Sekali-sekali pulang cepat, siapa tahu aku juga bisa pulang tepat waktu,” ujarnya sambil merapikan meja.

Namun saat tiba di lobby, langkah Dani terhenti.

Mobil Rayno masih terparkir di depan, mesin menyala, lampu sorot menembus kaca refleksi sore.

“Kenapa belum pergi?” bisiknya bingung.

Sementara di dalam mobil, Rayno bersandar pelan ke kursi. Tatapannya terarah pada pintu parkiran motor.

"Aku sudah di sini sebelum mereka keluar satu per satu… tapi kenapa dia belum juga muncul?"

Ia menatap tiap helm yang melintas, hingga akhirnya senyum kecil muncul tanpa sadar saat melihat sosok itu.

Vexia, dengan motor matic sederhana dan tas selempang di bahunya.

Rayno melajukan mobilnya perlahan, menjaga jarak, tanpa benar-benar tahu untuk apa.

Dari kaca spionnya, Vexia bisa melihat mobil hitam itu membuntutinya.

“Haiss… dikawal lagi sama suami sendiri,” gumamnya sambil tersenyum kecil di balik helm.

...🌸❤️🌸...

Next chapter...

Vega menatap layar komputer dengan mata menyipit. File laporan mingguan milik Vexia terbuka di folder bersama.

“Kalau file ini hilang, dia pasti kena marah,” gumamnya.

To be continued

1
Ginawati Susanti
Lanjut 💪💪
Cicih Sophiana
Rayno kamu tuh bener bener deh...
Cicih Sophiana
Rayno waktu Vexia masih baik masih nurut kamu sia siakan... sekarang Vexia berubah kamu yg kebakaran jenggot...
septiana
sepertinya Rayno mulai bucin akut🤭 dan untuk mu Dani, itu pantas disebut hukuman yg sangat mengagumkan di suruh bayarin segitu banyak orang..
Puji Hastuti
Xia, kenapa aq malah suka ya
Mikailla Nabiila
best aq padamoe ve
Anitha Ramto
Sepertinya Rayno sudah tidak bisa menahan diri lagi deh...dan langsung nyosor pada Vexia....huh
Dew666
🔥🔥🔥
Felycia R. Fernandez
ya ampun 😆😆😆😆
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Lagi Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
rayno perhatiin baik2 itu lah wanita mu
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
phity
makaya ray, buang tu gemgsi dan sumpah or janji yg tdk jelas
Siti Jumiati
ntar kalau udah sama2 cinta, mencintai nya sama2 brutal... gk sabar nih nunggu pas sama2 bucin. seru... kak nana lanjut ya... makasih kak nama🙏
abimasta
rayno keterlaluan,vexua begitu kan karena ngga kamu anggap istrimu
love_me🧡
jangan GR dulu xi mungkin suamimu itu mau pasangin sabuk pengaman buatmu/Facepalm/
love_me🧡
yes !!! 🤣🤣🤣🤣
love_me🧡
sukurin lu ke gep lagi buntutin tuan, hukumannya kamu yg gantiin bayarin minuman teman" vexia Dan 🤣🤣🤣🤣
asih
ya benr Kata Dani kalian Cinta level dewa Si ray selalu denial dengan perasaan dan Xia yg selalu brutal dan ugal² malah bikin kesemsem semua cowok 🤣🤣🤣
Endang Sulistiyowati
Hadeh dua manusia saling cinta, tapi harus muter2 dulu buat bersatu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!