Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman buat Savira
Malam itu udara sangat dingin, sisa-sisa hujan tadi sore masih terasa. Aroma tanah lembab menguar di permukaan.
Sepasang pasutri sedang berada di dalam kamar, mereka saling terdiam, berkutat pada pikiran nya masing-masing. Savira duduk di kursi sambil menatap sang suami yang sejak tadi sibuk dengan laptop di depannya
Berkali-kali Vana menghela nafas panjang. Ia sangat kesal sang suami tidak mau bicara dengan nya."Kakak aku minta maaf." ucapnya dengan manja.
Vano tidak menoleh atau mengangkat wajahnya. Ia masih sibuk di depan layar datar, menampilkan angka-angka yang mungkin sebagian orang akan rumit melihatnya.
Savira beranjak dari tempatnya duduk dan merayu sang suami yang duduk di meja kerjanya di dalam kamar.
"Kakak mau buatkan kopi? Atau susu putih?"
Seketika Vano menghentikan gerakan di atas keyboard. Ia menoleh dan menatap sang istri yang terlihat gelisah. Lingerie merah sudah melekat indah di tubuh ramping Savira. Vano tersenyum samar.
"Apa ada lagi tawaran yang lain?" tanyanya dingin.
"Hah?! Savira mengeryit "Bukankah kesukaan kakak hanya dua? Kalau tidak kopi ya susu." ucap Savira polos.
Vano menghentikan aktivitasnya, mematikan layar laptop dan beranjak dari duduknya. Vano berdiri dan menarik pinggul Savira "Sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin mendapatkan hukuman."
Bola mata Savira terbelalak "Kakak aku hanya menawarkan kopi atau susu, supaya kakak tidak marah lagi." ucapnya sambil merajuk.
"Oke, kalau begitu aku mau susu." kata Vano datar, namun nafasnya sudah tak beraturan.
"Ya sudah, aku buatkan dulu."
"Tidak perlu, susunya sudah ada di depan ku." sahut Vano sambil menatap minat bulatan besar yang menantang di depannya.
"Kakak! Pekik Savira sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Buat apa kamu tutupi? Aku sudah melihat dan merasakan milik mu dari atas sampai bawah.
Wajah Savira memerah menahan malu.
"Kamu sangat menggoda istri ku." bisik Vano lembut, membuat jantung Savira berdetak lebih cepat.
"Kan tadi kakak tanya aku beli apa saja? aku bilang beli lingerie. Kakak suruh aku pakai."
"Bagus, kamu istri penurut. Sekarang bersiap lah menerima hukuman dari kakak."
Savira menelan salivanya, ia sudah merasakan getaran hasrat yang mulai timbul. Vano memegang tengkuknya dan menatap wajah cantik sang istri penuh minat. "Bibir mu sangat indah dan merona." puji Vano "Sungguh, aku sangat suka penampilan mu malam ini. Tanpa aku minta kamu datang dan memberikan menu yang menyegarkan.
"Mulai sekarang, bila berada di rumah. Jangan berikan aku kopi lagi, berikan suami mu susu murni." kata Vano sambil mencium bibir ranum sang istri, melumatnya penuh gairah. Savira terengah-engah membalas lumatan sang suami yang sudah menggila.
Vano menuruni lingerie Savira, tercetak gunung kembar putih yang menantang. Vano tidak ingin menunggu lama, hasratnya sudah menggebu. Bibirnya sudah menempel di bulatan berwarna pink, Vano menghisapnya kuat-kuat. Savira berdesis dan merasakan merinding di sekujur tubuhnya.
Vano begitu senang memainkannya gunung kembar milik Savira. Besar dan montok, membuat ia puas memainkan nya. Di remas dan di hisap sesuka hati, membuat sang pemilik gunung terus mendesah.
"Apa ini nikmat sayang." bisik Vano menggoda. Jari-jari tangannya ia mainkan di bagian sensitif milik Savira.
"Kak, aku sudah tidak kuat." ucap Savira seperti memohon.
"Memohon lah padaku sayang, akan aku kabulkan." ucap Vano pelan, namun ucapnya sebuah perintah
Sambil nafasnya tersengal, Savira berkata. "Sayang, lakukan sekarang, aku mohon.."
"Oke my honey, menu utama akan segera di buka. Aku pastikan Kau tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini."
Savira hanya pasrah menerima hukuman dari sang suami. Mereka sama-sama bucin dan saling mencintai, keduanya menikmati hubungan intim penuh gairah malam itu.
Suara jeritan Savira tidak akan terdengar sampai luar, sebab Vano sudah memasang peredam suara, agar mereka bisa ekspresikan suara di dalam kamar.
Hingga menjelang subuh mereka baru mengakhiri pertempuran.
"Kak, aku sudah lelah, hukuman nya sudah tujuh ronde. Aku sudah nggak sanggup lagi." ucap Savira sambil memejamkan mata.
"Masih tersisa tiga ronde lagi sayang. Bukankah kamu menyanggupi 10 ronde?"
Savira gelengkan kepala "Aku ngantuk mau tidur."
Savira benar-benar tertidur, tidak perduli suaminya yang masih ingin melanjutkan permainan. Vano tidak memaksa lagi, ia menutup tubuh polos sang istri dan memeluknya penuh kehangatan.
"Kamu wanita yang paling berharga dalam hidupku, tidak ada seorangpun yang bisa merebut mu dariku sayang.Termasuk Kelvin yang sudah menjadi suami mu dulu. Kamu telah pertahankan kesucian mu untuk orang yang benar-benar kamu cintai Vira." gumam Vano sambil mencium kening Savira penuh cinta.
Gedoran halus di luar pintu membangunkan Vano yang baru saja terlelap. Ia beranjak dari ranjang dan meraih handuk untuk menutupi bagian bawah. Vano berjalan kearah pintu dan membukakan dengan perlahan.
"Mommy...?"
"Van, cepatlah kita ke rumah sakit. Vania mau melahirkan."
"Loh Bukankah sudah di jadwalkan satu minggu lagi? Seharusnya lima hari perkiraan melahirkan."
"Iya seharusnya begitu, jadwal sesar hari Rabu tepat satu minggu. Tapi, Vania sudah tidak sanggup ia mulai merasakan kontraksi."
"Apa?!
"Ayo cepat Van, ikut bersama mama ke rumah sakit. Mommy nggak akan tenang sebelum Vania melahirkan. Mommy pernah ada di posisi itu."
"Oke mom, Vano mau mandi dan siap-siap dulu. Mommy tunggu di bawah ya."
"Dimana Savira? Tanya sang mommy sambil menoleh kearah kamar.
"Savira masih tidur mom."
"Pasti kamu sudah gempur Savira habis-habisan." tanya sang mommy spontan.
Bola mata Vano terbelalak, lalu ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil terkekeh.
"Cepat van, ini udah urgent banget. Mommy tunggu di bawah" ucap Delena yang terlihat panik.
"Mommy nggak boleh panik ya, doakan yang terbaik buat Vania."
Delena mengaggap dan melangkah pergi.
Vano menutup pintu dan menatap sang istri yang masih tertidur pulas. Lalu ia masuk kedalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Tak lama kemudian ia sudah memakai pakaian. Vano tidak ingin membangun kan Savira yang sudah pasti kelelahan karena menerima hukuman darinya.
Ia membuat secarik kertas dan menaruh di atas nakas. Sebelum pergi Vano mencium kening dan bibir Savira dengan lembut.
TOLONG BANTU RATE BINTANG 5 🌟 DAN SERTAKAN KOMENTAR KALIAN 😍
💜💜💜
"
Akankah Marissa pilihan terakhir alvaro nantinya
Lanjut bunda author
Masih slalu menunggu upnya yg slalu bikin penasaran🙏🏻🥰