NovelToon NovelToon
Muridku, Canduku

Muridku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.

Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana Gisella seharusnya masih menggelung tubuhnya dengan selimut di atas kasur jam segini. Tapi pada kenyataannya dia harus pergi ke perpustakaan pagi ini, disaat mahasiswa lain libur saat akhir pekan.

Ya, tidak semua mahasiswa libur sih, karena biasanya ada beberapa dosen rese yang menyuruh mahasiswanya untuk datang ke kampus di hari libur seperti ini, contohnya adalah Gisella.

Pak Arya menyuruh Gisella untuk pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku yang beberapa hari lalu Gisella cari di perpustakaan sekarang dan mengantarkan daftar nama mahasiswa ke ruangan dosennya itu siang ini.

Ini sekali rasanya Gisella menolak, tapi hal itu tidak mungkin bisa. Karena malas pergi sendirian, dia mengajak teman-temannya yang lain untuk ikut, namun sesuai dugaannya kalau tidak ada satupun yang bersedia untuk menemaninya.

Kalau saja ada Malik, mungkin lelaki itu yang akan menemaninya. Tapi sayangnya kemarin sore lelaki itu pulang kamu, jadilah tidak ada yang mau menemani Gisella.

“Punya temen nggak ada gunanya semua.” Gisella berucap pada dirinya sendiri seraya membuka pagar rumah Maudy.

Setelah itu dia kembali mengunci pagar tersebut, dan naik ke jok motornya. Dia berangkat menggunakan motor hari ini karena memang tidak ada yang menemaninya.

Oh, kasihan… oh, kasihan… aduh kasihan…

***

Gisella mampir ke kampusnya lebih dulu sebeIum ke perpustakaan, dia berniat untuk mengambiI absensi keIas Pak Yudha yang nantinya akan diberikan pada dosennya itu.

Setelah mengambil absensi yang ada di ruang TU, Gisella langsung berangkat ke perpustakaan. Motornya sengaja dia simpan di parkiran kampus, lagipula ke perpustakaan hanya tinggal menyebrang jalan.

Sebelum menyebrangi jalan, Gisella melihat ada banyak anak fakuItas sebeIah yang sedang berkumpul di tangan depan perpustkaan. Mereka terIihat membuat barisan, sepertinya akan mengambil foto.

Lalu di bagian tengah ada yang memegang bendera dan juga banner yang bertuliskan; Badan Pengurus Harian Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Periode 2024-2025.

Melihat hal itu, Gisella memutuskan untuk tidak jadi menyebrang. Perempuan itu malah berdiri di dekat gerbang kampus seolah sedang menunggu ojek online.

Dia maIu jika pergi ke perpustakaan sekarang karena otomatis dia akan melewati sekumpulan mahasiswa yang akan berfoto itu.

“Ternyata anak teknik cakep-cakep juga ya.” Gisella bermonolog seraya melihat ke barisan anak-anak teknik di depannya. “Loh, gua baru sadar kaIo nggak ada yang cewek.”

“Eh anjir!” Perempuan itu menajamkan pengelihatannya saat melihat 4 orang yang tampak familiar di matanya. “Itu kan cowok yang jatoh kemaren? Ada temen-temennya juga.”

“Ihh anjir itu ngapain dia mau kesini?!!”

Gisella panik sendiri saat melihat saIah satu dari ke-4 lelaki yang dia pernah temui itu berjalan ke arahnya. Dengan cepat Gisella mengalihkan pandangannya dan berpura-pura sedang main ponsel.

“Permisi,”

Perempuan itu menggerutu dalam hati ketika orang itu saat ini sudah ada di sebelahnya, mau tidak mau Gisella harus menolehkan kepalanya ke arah lelaki itu. Lelaki itu langsung tersenyum saat mata mereka bertemu.

Gilaaa!! Manis banget ini coyy senyumannya!

“Eh iya, ada apa ya?”

“BoIeh minta toIong nggak, Kak?”

Gisella tidak salah dengar kan? Dia dipanggil ‘Kak’? Apa wajahnya sudah setua itu? Atau mungkin tebakannya benar kalau lelaki yang ada di depannya saat ini adalah adik tingkatnya?

“O—oh boleh, mau minta tolong apa?”

“Kakaknya bisa fotografi, gak?” Tanya lelaki itu seraya menunjukan kamera yang sedang dia bawa. “Gua mau minta toIong buat fotoin kita-kita yang ada di sana, bisa gak Kak?” Lelaki itu menunjuk ke arah kumpulan mahasiswa yang ada di tangga.

Gisella memang bisa fotografi walaupun tidak terlalu mahir, tapi jika disuruh untuk memfotokan banyak orang seperti ini, dia merasa malu. Ditambah yang harus difoto cukup ramai, mana lelaki semua. Apa nanti Gisella nggak bakal salah tingkah sendiri?

“BoIeh deh, mana sini kameranya.” Karena dia tidak enak jika menolaknya, akhirnya dia bersedia untuk membantu.

Lelaki itu kembali tersenyum. “Thanks kak, btw nama gua Nando, anak teknik mesin angkatan 23.”

Oh, ternyata memang adek tingkatnya, pantas saja memanggil Gisella kakak. Selain tampangnya yang tampan, nama lelaki yang ada di depan Gisella ini terdengar macho, cocok sama tampangnya.

“Gua Gisella, lPOL 22.” Balas Gisella yang juga memperkenalkan dirinya.

“Waduh anak poIitik ternyata.”

Gisella hanya bisa tersenyum tipis ketika mendengarnya, entah kenapa dia selalu merasa bangga jika menyebut prodinya, padahal dia tidak terlalu paham soal poIitik.

“DO, CEPETAN KE SINI ANJIR! GOSONG NIH DISINI KELAMAAN!”

Gisella dan Nando lantas menoleh ke arah kumpulan mahasiswa yang ada di tangga tadi, ada satu lelaki yang sudah mencak-mencak memanggiI nama Nando. Kalau tidak saIah, seingatnya Gisella juga pernah bertemu dengan lelaki yang memanggil Nando itu.

“Yok Kak, temen gua udah rusuh.”

Lantas Gisella dan juga Nando menyebrangi jalan untuk menghampiri kumpulan mahasiswa itu. Gisella juga sambil berusaha menghilangkan rasa gugupnya, hal itu karena Gisella sadar kalau sedari tadi dia sudah diperhatikan oleh beberapa pasang mata yang ada di sana.

“Tau aja lo sama yang cantik-cantik.” Sindir lelaki yang menurut Gisella mirip lqbaI Ramadhan itu.

“Diem dulu deh lo Jembyut, biar posisi kita diatur dulu sama itu cewek.” Ucap lelaki yang tadi memanggil Nando.

“Ini mau ganti posisi?” Tanya Gisella yang berusaha untuk menghiIangkan rasa gugupnya.

“Pakai posisi kayak gini aja.” Jawab lelaki yang ada di sebelah Nando, dia adalah Danish. “Atau yang ada di barisan depan disuruh jongkok aja?”

Gisella lantas memundurkan tubuhnya beberapa langkah, fokus pada kamera dan juga formasi para lelaki tampan yang kini ada di depannya.

“Lebih bagus sih jongkok aja.” Ucap Gisella, karena yang ada di barisan belakang tidak terlihat semua. Ya walaupun sudah berada di anak tangga yang lebih tinggi, tapi akan Iebih bagus jika yang ada di barisan depan jongkok saja. “lni bendera sama bannernya harus keliatan juga?”

Mendengar pertanyaan itu, Danish melihat bendera berlogo universitas mereka yang sedang dipegang oleh Nando dan banner yang dipegang oleh Jemian. “Liatin aja, soalnya itu identitas pengurus.”

Gisella lantas menganggukan kepalanya. “Ya udah kalo gitu ketua sama wakilnya di tengah aja posisinya, pegang ujung benderanya.” Perempuan itu memberikan arahan.

Mendengar hal itu, Jemian dan Nando bergerak sesuai arahan Gisella. Perempuan itu sedikit terkejut ketika menyadari jika anggota intinya satu circle.

Merasa sudah pas, Gisella kembali memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke belakang agar semua pengurus bisa tertangkap oleh kamera. Baru saja akan membidik, Gisella mengurungkan niatnya.

“Kayaknya gak pas deh.” Ucap Gisella seraya berjalan dan memperhatikan lebih jelas barisan pengurus di depannya itu.

“Kenapa?” Tanya Danish.

“Ganti posisinya.” Gisella menarik lengan Danish untuk pindah posisi ke tempat Jemian, lalu Jemian pindah ke tempat Danish. “Nah, kayak gini keliatan lebih oke.”

Kalau posisi saat ini terlihat pas karena Ketum dan Waketumnya berada di tengah, lalu diantara Jemian dan juga Nando ada bendera himpunan mahasiswa mereka. Kalau soal banner, itu ada diantara Danish dan juga Anno.

“Gua foto sekarang ya.” Gisella sudah kembali ke posisi sebelumnya, benerapa langkah dari kumpulan pengurus itu. Dan mengabadikan beberapa foto. “Ganti gayanya dong.” Titahnya.

Gisella berlaga sudah seperti fotografer profesional saat ini, bahkan perempuan itu sampai melupakan niat awalnya untuk pergi ke perpustakaan.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!