NovelToon NovelToon
Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Status: tamat
Genre:Toko Interdimensi / Tamat
Popularitas:336
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Bayang-Bayang yang Tidak Pergi adalah sebuah novel puitis dan eksistensial yang menggali luka antar generasi, kehancuran batin, dan keterasingan seorang perempuan serta anak-anak yang mewarisi ingatan dan tubuh yang tidak pernah diminta.

Novel ini terbagi dalam tiga bagian yang saling mencerminkan satu sama lain:

Bagian Pertama, Orang yang Hilang, mengisahkan seorang perempuan yang meninggalkan keluarganya setelah adik perempuannya bunuh diri. Narasi penuh luka ini menjelma menjadi refleksi tentang tubuh, keluarga, dan dunia yang ia anggap kejam. Ia menikahi seorang pria tanpa cinta, dan hidup dalam rumah penuh keheningan, sambil mengumpulkan kembali kepingan-kepingan jiwanya yang sudah dibakar sejak kecil.

Bagian Kedua, Bunga Mawar, Kenanga dan Ibu, melanjutkan suara narator laki-laki—kemungkinan anak dari tokoh pertama—yang menjalani rumah tangga bersama seorang istri polos, namun hidup dalam bayangan cinta masa lalu dan sosok ibu yang asing. Kenangan, perselingkuhan, dan percakap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian tiga : Dewi Sundari

Kamu lahir, hatiku lega, dan dunia tampaknya gembira waktu itu. Cahaya matahari bertekad, awan-awan hujan gigih menutupi langit dan menurunkan hujan, para bidadari tujuh warna turun dari awan lalu mendarat di hutan yang jauh. Apa di sana ada air terjun? Apa di sana para bidadari cantik itu membasuh tubuhnya? Aku tidak memikirkan itu, aku hanya memiliki nama, Dewi Sundari, perpaduan dari alam yang muncul ketika bayi perempuan mungil ini melihat dunia.

Dia, dalam balutan kain, tertidur. Apa yang akan terjadi jika aku langsung mencekiknya? Aku bisa membayangkan petir akan mendarat, suster yang berjalan di sampingku akan berusaha menghentikanku. Aku kemudian di cap orang jahat lalu membusuk bertahun-tahun dalam jeruji besi sebagai ibu yang jahat.

Aku menginginkannya dan juga tidak. Yang mana benar? Keduanya, keburukan muncul dalam benakku dan kebaikan keluar dari pergerakanku.

Keanehan selalu saja muncul dari hal yang aneh.

Aku memandang bayi dalam pelukanku. Dewi Sundari, mengapa kau memiliki nama yang indah? Ibumu tidak tahu harus berkata apa untuk memujinya. Kamu adalah seorang Dewi bidadari.

Setelah merasa cukup tidur, perlahan-lahan kamu membuka dua selaput matamu yang bening itu. Ibu ingin mencongkelnya? Bagaimana ya kamu terlihat dengan mata satu?

Lalu mulutmu yang tanpa gigi itu terbuka, wajahmu meringis dan akhirnya apa?

Sebenarnya aku benci seorang bayi, sebenarnya aku juga tidak mau menyerahkan payudarahku untukmu hisap, tapi ibu merasa itulah kewajiban yang harus di lakukan.

Kamu mengecup puting payudara ibu begitu lihai dan ganasnya setelah kamu pulang dari rumah sakit. Ibu sakit kepala memikirkan betapa mahalnya harus mengeluarkanmu dari perut ibu, dan sekarang kamu ingin menguras kehidupan ibu secara perlahan-lahan. Tidak... Kamu memang sudah menghisap kehidupan ibu semenjak kamu muncul.

Kamu hanya anak Mama, tidak ada ayah untukmu. Ayahmu adalah seorang kepala desa yang tua itu. Kamu tidak akan mau mengakuinya ayah, dia sudah tua dan punya anak. Namun anehnya, ibu mengirim surat ke kota dan mengabarimu sudah lahir. Itu semacam deklarasi. Ibu juga tidak tahu mengapa ibu melakukannya.

Aku memperhatikanmu. Dua matamu yang jernih memandangku. Ya, kamu pasti bertanya ibumu orang seperti apa?

Aku benci kamu menatapku seperti itu, jadi aku melepaskanmu dari payudaraku. Kamu menangis. Menangis, menangislah lebih kuat dan meronta-ronta, bahwa kamu sakit, bahwa kamu perlu kasih sayang. Sebenarnya, bahkan jika kamu mati tidak banyak orang yang memperhatikanmu, sebaliknya ibumu banyak mendapatkan perhatian. Seperti, ‘mengapa dia melakukannya? Dia jahat sekali! Bayi itu tidak berdosa.’ Mereka menghujat, tapi secara otomatis memperhatikan ibu. Sementara kamu yang mati hanya bisa di kuburkan.

Kamu menangis lebih keras dan ibu menyerahkan payudara lagi. Kamu menghisapnya begitu kuat. Kamu menghisap kehidupan ibu, tapi sepertinya menjadi manusialah yang beruntung bisa melihat kehidupan baru tumbuh hingga dewasa meskipun awalnya di hisap liar. Ibu jadi berpikir, bahkan ibu adalah tanah yang menopang kehidupanmu, dan kamu adalah biji tumbuhan yang perlahan-lahan tumbuh.

Tidak apa-apa, hisap saja lebih kuat, karena kamu benar-benar serakah. Tapi perutmu yang kecil itu tidak sanggup, akhirnya kamu berhenti, bibirmu terdiam dan dua matamu terpejam. Alangkah indahnya jika aku meletakanmu di tanah kemudian menginjak-injaknya. Apa yang terjadi? Aku bisa membayangkannya, susu dan darah keluar bercampur.

Hening. Setelah kamu tidur hanya ada hening. Kita berdua saja tinggal di sini, di rumah yang dipenuhi angin dan tumbuh-tumbuhan. Aku memikirkan upacara penyambutanmu sekarang, aku memikirkan otonanmu mulai hari ini. Semoga saja aku bisa melewatinya. Kamu benar-benar sangat merepotkan ya. Namun terkadang, seperti pekerja senior yang mengajarkan magangnya, kamu akan berguna untukku nanti, tapi ibu tidak terlalu berharap, karena itu akan menghancurkan perasaan ibu. Ibumu banyak keinginan ya, harapan-harapan dan bahkan menginginkan kematianmu juga. Tetapi, ingatlah, aku masih ibumu.

...----------------...

Kamu tumbuh dan aku kewalahan. Kamu hanya tahu menangis, tapi ibu hanya tahu mengeluarkan air mata. Kamu meronta-ronta, ibu hanya bisa diam. Dan kamu bisa bahagia setelah menghisap susu, semenjak ibumu berpikir pasti akan ada kesedihannya lagi. Ibumu lelah, tapi ya, kehidupan itu mendaki gunung, semakin tinggi semakin susah.

Ibumu membeli banyak baju, popok, pelindung nyamuk dan selimuti tipis agar kamu bisa nyaman.

Sering kali karena ibumu sibuk, lupa menggunakannya. Kulitmu yang sangat lembut itu merah. Dan meskipun ibumu kejam, ibu tidak tahan melihatnya. Kamu juga menangis, kadang-kadang terbatuk-batuk. Ibu merasa kasihan dan berbicara denganmu dengan kata-kata ‘cup-cup, Iluh manis...' sembari menggoyang-goyangkanmu. Kamu juga dapat menghisap susu kembali, dan kembali dengan mata mungil memperhatikan ibu. Kamu penasaran, tapi tidak bisa bertanya, jadi kamu hanya menatap dan memeluk payudara ibumu sendiri.

Kita selalu sibuk bukan? Tiga bulan terasa cepat dan kamu sudah berumur segitu. Sudah saatnya upacara penyambutanmu. Kamu terlihat lebih cantik dan bersih, namun masih cengeng. Tidak apa-apa, ini hanya sebentar dan kamu tidak akan terasa tumbuh.

Dalam upacara itu, ibumu membelikan kebaya putih, kamen merah dan selendang coklat. Kamu di mandikan dan di bersihkan. Aku tertawa melihatmu menangis tidak suka air, tapi kamu harus mandi. Lihat, airnya dipenuhi bunga-bunga.

Rasa tidak nyaman itu berlalu dan kamu memukul-mukul air dengan semangat sembari tertawa. Ibu senang melihatmu memainkan bunga-bunga yang ada. Kamu lucu, kamu mengemaskan.

Dan kemudian ibulah yang meriasmu, memakaikanmu kebaya, kamen, mengikatkan selendang dan kemudian meletakkan bija di dahimu. Kamu cantik, Iluh Dewi. Lalu kemudian kamu tidur dengan tenang sampai hari itu berlalu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!