"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
"Loh Edgar, tumben kesini nggak ngabarin dulu nak. Alysa mana?" tanya Vani yang kebetulan akan pergi ke dapur.
Edgar mengikuti langkah mamanya pergi ke dapur, dia duduk di meja pantry sambil memperhatikan mamanya yang akan menyiapkan makan malam.
Giovani sesekali melirik putra pertamanya yang nampak terlihat lelah, kantung matanya tidak bisa berbohong.
"Kamu sedirian aja?"
Edgar menghela nafas pelan lalu mengangguk. "Iya mah. Papa kemana?"
"Papamu di ruang kerjanya. Ada apa? Mau bicara sama papa?" tanya Vani sambil menata masakan yang telah matang.
Edgar mengangguk. "Lebih tepatnya, Ed mau ngomong sama kalian berdua."
Vani menghentikan gerakan tangannya lalu menatap putranya yang nampak terlihat serius itu.
"Ada apa Ed? Ada masalah di kantor?" tanya Vani mulai cemas.
"Bukan mah, tapi ini masalah Edgar sendiri."
Vani mengangguk. "Bagaimana kalau kita makan malam dulu. Biar mama panggilkan papa ya?"
Edgar mengangguk, saat mamanya pergi dia mengambil ponselnya kemudian menatap foto hasil kiriman dari orang suruhannya. Edgar mengenggam erat ponsel itu, amarahnya kembali memuncak melihat beberapa bukti yang dia miliki.
Tak lama kemudian Giovani kembali ke dapur, dia dibantu asisten rumah tangga membawa makanan itu ke meja makan.
"Ayo, papa sudah menunggu."
Edgar mengangguk kemudian mengikuti langkah mamanya menuju ruang makan. Di sana, Toni sudah duduk sambil menunggu mereka untuk makan bersama.
"Mari, kita mulai makan malamnya."
Giovani segera mengambilkan nasi dan lauk untuk suaminya, dia juga mengambilkan untuk Edgar juga. Mereka makan dengan tenang, sudah menjadi kebiasaan keluarga Lysander jika sedang makan tak ada percakapan di meja makan sebelum selesai.
Edgar makan dengan lahap, dia rindu masakan mamanya yang selalu enak. Setelah selesai makan, mereka bertiga pergi ke ruang keluarga.
"Ada apa Ed? Sepertinya ada hal yang penting." tanya Toni.
Kedua tangan Edgar saling bertaut, dia ragu untuk mengatakan yang sejujurnya pada kedua orang tuanya. Namun keputusannya sudah bulat, dia tak lagi bisa menahan semuanya.
Edgar menatap kedua orang tuanya bergantian lalu menghela nafas pelan.
"Edgar ingin bercerai dari Alysa."
"APA?" pekik Vani terkejut.
"Apa maksud kamu Ed? Kenapa kamu tiba-tiba ingin bercerai dari Alysa?" tanya Toni tak kalah terkejutnya.
"Ed, semua masalah bisa dibicarakan baik-baik nak. Kami tidak akan lagi menuntut kalian untuk segera memiliki momongan jika memang kalian belum siap, tapi tidak harus bercerai juga nak." ucap Vani.
"Keputusan Edgar sudah bulat mah, Edgar tak bisa mempertahankan pernikahan ini." ucap Edgar tegas.
"Apa yang membuat kamu membuat keputusan seperti ini? Kamu tahu kan keluarga kita dan keluarga Alysa sudah dekat sejak papa masih muda dulu."
Edgar terdiam, dia menundukkan kepalanya sambil menautkan kedua tangannya diatas paha. Dia tahu keputusannya akan berakibat fatal pada kedua keluarga yang sudah terjalin lama ini. Namun dia juga ingin bahagia, kali ini dia memilih egois daripada harus tersiksa setiap harinya.
"Mau ditaruh dimana muka papa jika kamu bercerai dengan Alysa? Setiap rumah tangga memiliki ujiannya masing-masing Ed, tergantung bagaimana kalian menyikapi. Kalian sudah dewasa, ada baiknya jika setiap masalah dibicarakan dengan kepala dingin. Jangan asal ambil keputusan jika tak ingin menyesal nantinya."
"Edgar tak akan pernah menyesal pah, justru Edgar menyesal karena telah menikahi perempuan seperti Alysa."
"Edgar, jaga ucapan kamu nak. Alysa anak yang baik, dia sayang sama mama."
Edgar mengeluarkan ponselnya lalu memberikannya pada mamanya.
"Ini yang mama maksud anak yang baik?"
Giovani menerima ponsel Edgar, seketika matanya terbelak melihat foto-foto diponsel anaknya. mulutnya terbuka lebar saat melihat salah satu foto vulgar menantunya.
"Nggak mungkin." gumam Vani tak percaya.
Melihat reaksi istrinya, Toni mengambil alih ponsel Edgar. Setelah terkejut karena mendengar per intaan Edgar, kini pria paruh baya itu kembali terkejut melihat foto-foto menantunya bersama seorang pria yang sangat mesra.
"Bagaimana bisa?" tanya Toni sambil mengembalikan ponsel Edgar.
"Dia adalah kekasih Alysa pah." jawab Edgar sambil menerima ponselnya.
"Sebelum kalian menjodohkan kami, Alysa memiliki kekasih. Ketika kami menikah, ternyata Alysa masih berhubungan dengan pria itu. Edgar tahu saat pernikahan kami sudah beberapa bulan." Edgar menjeda sejenak ucapanya.
"Selama ini Edgar selalu diam dan mencoba menerima pernikahan ini, berharap semoga Alysa bisa berubah. Tapi usaha Edgar hanya sia-sia, Alysa justru semakin menjadi."
Toni dan Giovani saling tatap, merek tak terima putra mereka diperlakukan seperti ini.
"Gimana ini pah?" tanya Vani pada suaminya.
Toni menghela nafas pelan. "Apa kamu sudah membicarakan ini pada Alysa, Ed?"
Edgar menggeleng samar. "Dia tentu saja tidak akan mau pah, bahkan Edgar sudah lama tak tinggal seatap dengan Alysa."
"Kenapa kamu baru bicara dengan kami sekarang nak?"
"Ed nggak mau bikin kalian khawatir."
"Baiklah jika memang keputusanmu sudah bulat, pala akan mendukung apapun yang terbaik untuk kamu. Nanti papa akan mencoba bicara pada Anton untuk masalah ini.
Edgar mengangguk. "Terima kasih pah."
"Kamu sekarang tinggal dimana Nak?" tanya Vani.
"Edgar tinggal di apartemen mah."
"Kalau begitu, Ed pergi dulu. Masih ada sesuatu yang harus Ed selesaikan."
"Hati-hati."
Setelah selesai membicarakan masalahnya dengan kedua orang tuanya, Edgar pergi dari rumah orang tuanya menuju rumahnya sendiri.
Mulai malam ini dia akan mengambil semua berang-barangnya dan tinggal di apartemennya.
"Theo, pergi ke rumah sekarang. Bantu saya mengemas semua barang-barang saya."
Setelah menghubungi asisten pribadinya, Edgar melajukan mobilnya menuju rumah yang ditinggali bersama istrinya.
Sampai disana, Theo sudah sampai lebih dulu dan sedang beradu mulut dengan istrinya.
"Maksud kamu nyuruh Theo untuk mengemas pakaian kamu apa Ed?" seru Alysa.
Edgar menatap istrinya datar.
"Ambil berkas-berkas penting di ruang kerja saya Theo."
"Baik tuan."
"Nggak, kamu nggak boleh pergi dari rumah kita Ed!" seru Alysa.
Alysa terus mencegah Edgar yang terus berjalan tanpa mempedulikan dirinya. Edgar masuk ke kamar lalu mengambil koper besar di ruang walk-in closet. Dia mulai mengemasi pakaiannya serta barang-barang lainnya.
"Stop Edgar!! Kamu nggak bisa perlakukan aku seperti ini."
Edgar terus memasukkan pakaiannya ke dalam koper, mengabaikan pekikan Alysa.
"Aku bakal bilang sama mama tentang kelakuan kamu ini Ed." Ancam Alysa, berharap suaminya akan berhenti.
Edgar membawa dua koper besar itu keluar dari kamarnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia meninggalkan Alysa yang penuh dengan kemarahan.
"Sudah semua?" tanyanya pada Theodore.
"Sudah tuan."
"Bawa ini ke mobil."
"Edgar!! Tunggu Edgar."
Alysa berhasil mencekal lengan suaminya, namun dengan kasar Edgar menghempaskan tangan lentik istrinya. Edgar menatap Alysa dengan tajam.
"Tunggu surat cerai yang akan segera aku kirimkan ke kamu. Setelah itu kamu bebas melakukan apapun dengan pacar kamu itu." desis Edgar.
"Aku nggak mau cerai sama kamu Ed."
"Keputusan aku sudah bulat Alysa!"
Edgar segera meninggalkan rumah yang selama dua tahun ini menjadi saksi betapa buruknya Alysa. Tanpa menoleh ke belakang lagi, dia segera menghampiri Theodore.
"Bawa ke apartemen saya, saya masih ada urusan."
"BERHENTI EDGAR, AKU NGGAK MAU CERAI." pekik Alysa.
Theodore menatap bosnya yang sudah pergi, dia sempat melirik Alysa kemudian pergi dari sana.
"ARGGHHH, SIALAN." Pekik Alysa frustasi.
Edgar membawa mobilnya menuju sebuah club malam, dia akan bersenang-senang malam ini berharap bisa melupakan sejenak masalah yang dihadapinya.