NovelToon NovelToon
REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Retto fuaia

kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERASAAN YANG SESAK

...***...

Besok harinya di kediaman Jendral.

Lingyun Kai baru saja bangun tidur, kepalanya terasa berdenyut-denyut. Namun saat itu merasakan sakit, rambut belakangnya ditarik paksa oleh seseorang.

"Kegh!." Ia meringis sakit. "Ayah?." Jantungnya terasa mau lepas, melihat raut wajah kemarahan Jendral Xiao Chen Tao.

"Anak sialan!." Umpatnya penuh amarah. "Berani sekali kau muncul di rumah makan dewi permata?!." Bentaknya keras. "Dan mengacaukan semua rencana kedua kakakmu?!."

"Tidak ayah! Saya-, kegh!." Lingyun Kai semakin kesakitan.

Apalagi ketika Jendral Xiao Chen Tao menyeret tubuh Lingyun Kai ke luar.

"Lepaskan! Lepaskan!." Lingyun Kai berusaha berontak.

...***...

Kediaman Menteri pertahanan dan keamanan, kamar nona muda Xin Qian. Pikirannya tertuju pada sosok Lingyun Kai, hatinya terasa aneh ketika wajah pemuda itu menyentuh jiwanya.

"Apa yang kau pikirkan xin qian?." Ia mencoba tenang, menarik nafas dalam-dalam. "Apakah kau mulai suka padanya?." Dadanya terasa sesak ketika mengatakan kalimat suka?. "Dia masih bocah nakal, dan memiliki reputasi yang buruk."

Ingatannya tertuju pada beberapa kejadian tidak menyenangkan tentang Lingyun Kai.

"Tapi rasanya aku tidak lebih baik darinya." Dadanya semakin sakit membayangkan bagaimana gosip yang beredar tentang dirinya. "Wanita yang tidak laku? Terlalu banyak kriteria pilihan pasangan?."

Tubuhnya terasa menggamang ketika ingat peristiwa yang menyakitkan. Harga dirinya hampir saja direnggut paksa oleh seseorang, bagaimana mungkin ia bisa tenang dekat dengan laki-laki?.

"Saat itu aku berusaha tenang, apalagi dekat dengan lingyun kai?." Ia menarik nafas dalam-dalam. "Dia seumuran dengan pangeran keempat." Pikirannya terasa kusut. "Umurku dan umurnya berbeda jauh, sepuluh tahun." Rasa sesak itu menghimpit dadanya. "Lagi pula dia itu mana mungkin suka padaku."

Memikirkan semua kemungkinan seperti itu, membuat suasana hatinya semakin tidak nyaman.

...***...

Di sebuah rumah penginapan.

Seorang wanita cantik sedang duduk di sana, di lantai 2 sambil mengamati keadaan di bawah. Menikmati hidangan yang disajikan, melepas penat setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh.

"Nona muda." Seorang pelayan wanita memberi hormat.

"Apakah surat ku sudah sampai ke tangan ayah dan ibu?." Tatapan matanya begitu jauh, menahan segala gejolak di hatinya.

"Tentu saja nona muda." Ia tersenyum kecil. "Pasti sudah sampai."

"Baguslah kalau begitu." Hatinya terasa tenang. "Setelah ini bersiap-siap lah untuk berangkat, aku tidak mau berlama-lama di sini."

"Baik nona muda." Ia kembali memberi hormat. "Kalau begitu akan saya siapkan segera."

Pelayan wanita itu segera melakukan tugasnya.

"Aku tidak sabar menunggu hari perdamaian istana." Ia tersenyum lembut. "Semoga saja aku bisa bertemu dengannya." Dalam hatinya sangat berharap laki-laki yang ia cintai akan segera menikahinya.

...***...

Lingyun Kai berlutut di depan kamarnya tanpa baju, ia dipaksa berlutut di sana oleh ayahnya.

Buak! Buak!.

"Eagkh!."

Terdengar suara pukulan yang diiringi oleh teriakan. Ya, saat itu Jendral Xiao Chen Tao memukul keras kaki Lingyun Kai dengan menggunakan kayu yang sangat keras.

Buak! Buak!.

"Eagkh!."

Lingyun Kai hanya mampu berteriak, dan menahan tangisnya.

"Tahanlah lingyun kai." Dalam hatinya. "Jangan sampai tumbang." Kakinya hampir mati rasa.

"Anak bajingan!." Umpat Jendral Xiao Chen Tao penuh amarah. "Berani sekali kau mempermalukan kedua kakakmu atas ucapan mu?!." Hatinya terasa panas. "Akan aku buat kau lumpuh!." Ia layangkan pukulan keras tepat di paha Lingyun Kai.

"Eagkh!." Teriakan keras dan pilu, rasa sakit semakin menjadi-jadi di kedua pahanya.

Duakh! Duakh!.

"Bfuh!."

Lingyun Kai muntah darah, karena kali ini punggungnya yang dihantam kuat oleh Jendral Xiao Chen Tao, ditambah kekuatan tenaga dalam yang banyak, tentunya membuat tubuh Lingyun Kai tidak mampu menerima pukulan itu.

"Hentikan! Hentikan!." Teriak Selir Kangjian dengan perasaan hancur luar biasa. "Hentikan!." Ia peluk erat tubuh Lingyun Kai, melindungi anak tirinya dari pukulan Jendral Xiao Chen Tao. "Jangan sakiti anak saya!."

"Pergi kau dari sini!." Amarah Jendral Xiao Chen Tao semakin besar. "Jangan ikut campur kau!."

"Apa masalahnya?." Selir Kangjian menangis sedih. "Permasalahannya apa? Sehingga tuan jendral menghajarnya seperti ini?!." Hatinya terasa sakit, dadanya terasa sesak.

"Kau tidak perlu mengetahuinya!." Balas Jendral Xiao Chen Tao. "Jika kau tidak mau aku bunuh!."

Selir Kangjian menangkap wajah Lingyun Kai yang tampak pucat, darah segar di bibir anak tirinya. Hatinya seperti disayat oleh pedang yang tajam, membuat ia hampir lupa cara bernafas dengan baik.

"Lingyun kai? Kau masih bisa mendengarkan ibu?." Selir Kangjian berusaha menahan tangisnya. "Mana yang sakit nak? Katakan pada ibu."

Lingyun Kai memeluk selir Kangjian. "Sakit sekali ibu, sakit." Suaranya terdengar melemah, menahan sakit di pahanya yang terasa keram. Nafasnya juga terasa berat, ia seperti mati rasa?.

"Kangjian!." Bentak Jendral Xiao Chen Tao dengan kerasnya. "Segera pergi dari sini! Jangan ikut campur!."

"Saya akan mengirim surat pada kaisar." Sorot matanya begitu tajam. "Meminta perlindungan anak, atas apa yang telah kau lakukan pada lingyun kai." Menahan tangisnya yang sesenggukan.

"Kau berani mengancam aku?!." Hatinya terasa jengkel. "Kau sudah bosan hidup?!."

"Saya masih memiliki hak! Untuk masuk ke istana." Responnya. "Laporan saya akan segera diproses, jika saya mengadu perlakuan tuan pada kami!."

Deg!.

Jendral Xiao Chen Tao terkejut mendengarkan ancaman itu. "Baik." Responnya. "Aku lepaskan kalian kali ini." Hatinya terasa jengkel. "Tapi? Tidak untuk lain kali."

Dengan perasaan jengkel Jendral Xiao Chen Tao segera meninggalkan kediaman kecil Lingyun Kai.

"Sakit ibu." Keluh Lingyun Kai.

"Tuan muda!." An Hong baru saja dari luar, ia sangat terkejut melihat keadaan Lingyun Kai.

"An hong, bantu saya membawa lingyun kai ke kamarnya." Selir Kangjian berusaha tenang.

"Baik nyonya selir." An Hong segera menggendong Lingyun Kai menuju kamar.

Selir Kangjian tidak kuasa menahan tangisnya, melihat keadaan Lingyun Kai saat ini.

...***...

Istana, kediaman Permaisuri Chan Juan.

Deg!.

Permaisuri Chan Juan merasakan firasat buruk, suasana hatinya sangat tidak nyaman.

"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba saja aku merasa sakit?." Dalam hati Permaisuri Chan Juan panik. "Apakah aku sudah mulai tua?." Kecemasan yang berlebihan dirasakan olehnya.

"Apa yang ibunda permaisuri bicarakan?."

Deg!.

Permaisuri Chan Juan terkejut ketika melihat pangeran Jun Hie yang sudah duduk di sampingnya dengan raut wajah yang bingung?.

"Aduh!." Pangeran Jun Hie meringis sakit. "Kenapa ibunda permaisuri memukul kepala saya?." Mengusap kepalanya yang terasa berdenyut. "Apa salah saya?."

"Itu karena kau mengagetkan aku." Omel Permaisuri Chan Juan dengan kesalnya. "Kenapa tiba-tiba saja muncul?."

"Saya tidak muncul mendadak seperti hantu!." Pangeran Jun Hie juga kesal. "Sudah beberapa kali saya panggil, tapi ibunda permaisuri malah melamun!." Tegasnya. "Begitu sadar? Malah memukul kepala saya?! Apa yang membuat ibunda melamun?!."

"Ah?! Hahahaha!." Permaisuri Chan Juan tertawa canggung. "Aku sedang memikirkan masa depanmu." Berusaha menyembunyikan perasaan gugup. "Kapan kau akan memberikan cucu padaku?." Permaisuri Chan Juan mengalihkan pembicaraan. "Aku sudah terlalu tua, dan ingin menggendong cucu." Ucapnya sambil memperagakan dirinya seakan-akan sedang menggendong bayi di pelukannya.

"Ibunda permaisuri memang harus menemui tabib istana." Pangeran Jun Hie menghela nafas pelan.

"Apa katamu?." Mendadak perasaan jengkel meresap di hati Permaisuri Chan Juan.

"Ibunda permaisuri lupa ya?." Balasnya cepat. "Anak saya sudah berumur dua tahun." Ia semakin kesal. "Saya tinggal di kediaman ibunda permaisuri, itu karena istri saya sedang berada di istana kerajaan dewa agung." Ia tidak dapat menahan diri. "Mereka akan kembali saat musim panas, dan tidak mungkin bagi mereka akan kembali saat musim dingin seperti ini."

"Oh?." Permaisuri Chan Juan merasa malu. "Kalau begitu, berikan aku cucu kedua." Berusaha tetap tenang. "Jika istrimu telah kembali nantinya."

"Hm." Pangeran Jun Hie hanya bisa menghela nafas panjang. "Andai saja tidak ada aturan melarang suami berkunjung di musim dingin?." Dalam hati Pangeran Jun Hie merasa aneh. "Mungkin saat ini aku bisa menikmati hidup bersama istri dan anakku." Ratapan hatinya begitu pilu. "Dan sangat disayangkan, aku harus banyak belajar mengenai ilmu kenegaraan, untuk menjadi penerus ayahanda kaisar nantinya." Hatinya semakin tidak karuan. Mau meratapi nasib?. Ia sudah terlanjur lahir di kalangan bangsawan, sebagai putra mahkota pertama.

...***...

Istana Utama, ruangan kerja Kaisar.

Kaisar hendak melangkah, namun.

Brukh!.

"Kaisar!." Kasim Wen Lang panik, segera mendekati Kaisar.

Akan tetapi saat itu Kaisar memberi hormat kode agar tidak terburu-buru untuk membantunya berdiri. "Ada apa ini? Kenapa pahaku mendadak terasa keram?." Dalam hati Kaisar heran.

Setelah merasa lebih baik Kaisar mencoba berdiri, dan kembali ke tempat duduk.

"Ada apa kaisar? Apakah perlu hamba panggilkan tabib?." Ucapnya panik. "Apakah kaisar sakit?."

"Tidak usah." Balas Kaisar. "Mungkin karena terlalu lama duduk, kakiku kesemutan." Ucap Kaisar dengan malu-malu."

"Ka-ka-kalau begitu istirahat saja terlebih dahulu." Kasim Wen Lang hampir tak percaya dengan ucapan Kaisar.

"Wen lang, apakah aku terlalu tua?." Rengek Kaisar. "Sehingga dengan mudahnya aku terjatuh seperti tadi?." Hati Kaisar merasa sedih.

"Owalah!." Kasim Wen Lang segera menutupi wajahnya dengan lengan bajunya yang panjang. "Jangan memasang wajah minta kasihan seperti itu." Ia merasa gugup. "Anda sedang bekerja, jangan gunakan senjata mematikan seperti itu pada hamba."

"Kau ini kenapa wen lang?!." Rengek Kaisar dengan kesalnya. "Aku merasa sudah tua, sehingga aku mudah jatuh."

"Ayolah yang mulia kaisar." Balas Wen Lang cemas. "Umur pangeran sulung dua puluh enam tahun, dan anda menikah ketika usia delapan belas tahun." Jelasnya dengan rinci. "Sebentar lagi anda akan memasuki usia ke empat puluh empat tahun." Lanjutnya dengan perasaan bercampur aduk. "Angka itu belum terlalu tua, jangan merengek manja seperti itu."

"Hmph!." Kaisar tampak merajuk, memalingkan wajah, menyilangkan kedua tangan di dada.

"Hufh!." Kaisar Wen Lang hanya bisa pasrah saja, tidak tahu harus berkata apalagi pada Kaisar.

...***...

Kamar Lingyun Kai.

Dengan hati-hati Selir Kangjian membaringkan tubuh Lingyun Kai.

"Apakah masih sakit?." Ia menangis sedih melihat keadaan Lingyun Kai.

"Sudah baikan bu." Suaranya masih terdengar parau.

"Kali ini masalah apalagi?." Ia usap pipi anak tirinya. Hatinya terasa sakit melihat wajah pucat Lingyun Kai, dan beberapa luka di wajahnya. "Apa yang membuat ayahmu memukulmu seperti ini?."

"Saya yang ceroboh ibu." Ia genggam tangan ibu tirinya. "Saya takut, jika kak jianhong, kak junfeng, meracuni pangeran shoi-ming dengan menggunakan racun kelabang."

Deg!.

"Apa yang kau katakan?." Selir Kangjian panik mendengar ucapan itu.

"Mereka berniat membunuh pangeran ketiga, dan membuat nona muda tertua xin qian yang melakukan pembuatan keji itu." Jelasnya dengan rinci, namun ia harus menahan diri karena nafasnya terasa sesak akibat pukulan yang ia terima.

"Bagaimana bisa?." Selir Kangjian masih bingung.

"Hari ini mereka diundang sebagai juri dalam kompetisi memasak di rumah makan dewi permata." Jawabnya sambil menahan sakit. "Karena gagal membunuh pangeran chaoxiang, mereka berniat membunuh pangeran shoi-ming."

"Apa-apaan mereka itu?." Selir Kangjian merasa aneh. "Kenapa mereka ingin membunuh pangeran istana?."

"Itu karena mereka ingin-." Suaranya semakin pelan, dan hampir tak terdengar. "Menguasai kerajaan ini."

Deg!.

Selir Kangjian semakin terkejut mendengar ucapan Lingyun Kai.

"Jelaskan pada ibu, apa maksudmu?." Selir Kangjian sangat panik.

Tapi tidak ada respon sama sekali dari Lingyun Kai.

"Lingyun kai?." Selir Kangjian menangis sedih, anak tirinya tidak sadarkan diri?. "Istirahat lah dulu nak." Ia kecup kening Lingyun Kai. "Ibu akan menjagamu." Hatinya terasa sakit dan sesak. "Kenapa mereka sekejam ini padamu? Apa hubungannya denganmu? Jika mereka ingin menguasai kerajaan ini?." Dadanya terasa sesak memikirkan kemungkinan aneh yang terlintas di dalam pikirannya.

...***...

Kembali pada hari itu.

"Ibu." Lingyun Kai menatap sedih ibu tirinya. "Sebentar lagi akan diadakan acara pesta minum teh hijau di kediaman tuan jendral." Ucapnya dengan hati-hati. "Saya harap ibu jangan jauh dari pandangan Gusti permaisuri."

"Kenapa seperti itu?." Selir Kangjian heran. "Pasti ada alasannya, kan?."

"Saya mendapatkan firasat, mimpi bintang buruk." Ia menundukkan wajahnya.

"Mimpi bintang buruk?." Mendadak hatinya merasa cemas. "Katakan pada ibu."

"Pada acara nanti, ibu difitnah mendorong Gusti permaisuri ke kolam." Ia berusaha menahan diri agar tidak menangis. "Kemudian ibu di bawa pengadilan, dan kaisar memberikan hukuman mati pada ibu."

Deg!.

Jantung siapa yang masih bertahan di tempatnya jika mendengarkan ucapan menakutkan seperti itu?.

"Tapi ayah meminta keringan, katanya karena jasa mendiang kakek pada negara." Nafasnya terasa naik turun menahan amarah di hatinya. "Hukuman itu diganti dengan hukuman potong tangan ibu."

Deg!.

Jantungnya hampir tidak bisa bertahan lagi, benar-benar berdetak kencang dari yang biasanya.

"Tapi, itu hanyalah mimpi, kan?." Selir Kangjian berusaha tenang. "Katakan pada ibu, itu hanyalah mimpi."

Lingyun Kai memeluk ibu tirinya, ia berjanji tidak akan menangis. "Tidak ibu, itu bukan mimpi biasa." Menggigit bibirnya dengan kuat. "Ibu harus percaya pada saya, jangan abaikan ucapan saya ini."

"Baiklah." Selir Kangjian mengusap punggung Lingyun Kai. "Ibu akan mendengarkan ucapan mu." Hatinya juga merasa gelisah. "Tenanglah, ibu akan berhati-hati."

Lingyun Kai menangis sedih, hatinya terasa sakit jika ingat peristiwa memilukan itu. Teriakan kesakitan Selir Kangjian terngiang-ngiang di dalam pikirannya. Teriakan saat kedua tangannya di potong Kaisar akibat mempermalukan Permaisuri Chan Juan.

...***...

Kembali ke masa ini.

Selir Kangjian menatap wajah Lingyun Kai yang masih pucat. Saat ini anak tirinya antara tidur dan tidak sadarkan diri setelah diobati.

"Kejadian itu, memang terjadi." Selir Kangjian menarik nafas dalam-dalam. "Jika aku tidak menuruti ucapan lingyun kai? Kedua tanganku memang telah buntung."

Hatinya terasa sakit, apalagi membayangkan Lingyun Kai menahan tangisnya ketika bercerita tentang mimpi bintang buruknya.

"Aku harus menyelidiki apa yang telah terjadi di rumah makan dewi permata." Matanya terus memperhatikan keadaan Lingyun Kai. "Tuan jendral, apa tujuanmu sebenarnya? Jika memang kau ingin menguasai kerajaan ini? Kenapa kau malah bersikap kejam pada anak bungsu mu?." Keningnya berkerut aneh. "Apa yang telah kau sembunyikan sebenarnya? Sehingga kau mencari cara agar menyakiti anakmu? Dan membunuh pangeran istana?." Hatinya sangat tidak tenang memikirkan itu semua.

Apa yang akan dilakukan oleh Selir Kangjian nantinya?. Apakah akan menemukan sebuah kebenaran yang tak terduga?. Bagaimana kisah selanjutnya?. Simak dengan baik kisah selanjutnya. Next.

...***...

1
Sarah Q. M
Yo bisa yok pada tobat semua aja kecuali Jendral. Nyonya Fenying ikutan tobat juga dong. Anak-anak mu sering di KDRT suamimu loh😟. /Grimace/
Sarah Q. M
Hah? Xin Qian juga dari masa lalu?? /Slight/
Rettofuaia: masa lalu ketika sekolah di akademi hampir dilecehkan, merasa kotor, makanya gak berani jatuh cinta, apalagi perbedaan usia mereka 10 tahun
total 1 replies
Sarah Q. M
Kenapa yah thor? Karakter cowokmu selalu bisa membuatku jatuh cinta karena pelet imutnya 😖
Rettofuaia: itu namanya the power of love dari Lingyun Kai
total 1 replies
Sarah Q. M
Lucu banget 🙂
Rettofuaia: pengen meluk
total 1 replies
Sarah Q. M
Kan Anda sendiri yang suruh Raja menikahi ibumu! 😁
Rettofuaia: dia cemburu kasih sayang ibunya langsung pindah ke Raja Ruo Xuan
total 1 replies
Sarah Q. M
*Mencarikan* typo. Bukan mencairkan jodoh 😭
Rettofuaia: mungkin terlalu lelah 😂😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
Kalau gak pernah disentuh gitu Si Jendral jadiin Selir Kanjiang sebagai selir buat apa? 🤔
Sarah Q. M
Referensi dari mana nih? Atau cerita aja? (nanya aja aku)
Rettofuaia: gak bisa dijelaskan secara rinci sih,,, giok fungsinya rata² pengusir roh jahat gitu.
Sarah Q. M: Tapi emang raja di China suka kacang semacam Giok putih gitu. fungsinya buat apa dan berbentuk gimana? Maaf aku kurang tau gak pernah nyari tau atau nonton drama China soalnya 🤔/Shy/
total 3 replies
Sarah Q. M
Udah berapa kali yah Kai digetok? 🤣habisnya kamu itu ngeselin tapi gemesin sih, jadi mungkin orang bawaannya pengen getok palamu terus 😭🙏🏼
Rettofuaia: jadi korban getok getokan
total 1 replies
Sarah Q. M
Kutukannya kembali ke diri sendiri 🤣
Rettofuaia: capek
total 1 replies
Sarah Q. M
Dasar bocah manja dan nakal
Rettofuaia: namanya juga pengen dimanja
total 1 replies
Sarah Q. M
Oalahh teoriku bener donggg
Sarah Q. M: Iya, itu masih kutunggu 😁
Rettofuaia: tapi belum tau kan? gimana bisa jadi anak jendral
total 2 replies
Sarah Q. M
Aku suka hubungan kakak adek mereka, lucu deh 🤣. Apalagi kalau udah lihat Mingmei ngangkat Kai atau jewer Kai, auto senyum-senyum sendiri pas baca 😁🤣
Rettofuaia: gemes pokoknya dah
total 1 replies
Sarah Q. M
Owalahhh plot twisttt 🤣.

Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Rettofuaia: kalau pakai nama asli cepet ketahuan sama musuh 😂😂 apalagi reputasinya buruk banget
total 1 replies
Rettofuaia
dahulunya pangeran Jun Hie orangnya ceria, tapi setelah kematian kekasihnya Bai Chenguang ia jarang senyum, kecuali di depan adiknya Chaoxiang yang pandai ngelawak 😂🤣😂😂😂 Jun Jun biar pangeran Jun Hie tetap tersenyum 😆
Sarah Q. M: Hahahahha "Jun-jun" 🤣
total 1 replies
Sarah Q. M
Kok aku malah lucu yah ngedenger nama panggilannya "Jun-jun" 🤣🤣
Sarah Q. M
🤣🤣🤣🤣
Rettofuaia: narsis dikit
total 1 replies
Sarah Q. M
Cowok manis+soft emang paling berbahaya buat para pecinta soft boy termasuk aku 😌.
Rettofuaia: harap berhati-hati ya
total 1 replies
Sarah Q. M
Gila! Mingmei keren wak! 😁

Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿
Sarah Q. M: Nggak dong sayy. cuma salfok dikit, salfok dikit gak ngaruh 😁
Rettofuaia: Lingyun Kai : Apakah kakak tidak mau aku lagi?
total 2 replies
Sarah Q. M
Wihh! Mbaknya keren! Kuat banget kau mbak!! Saya kagum!! 😁
Rettofuaia: anak jendral harus kuat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!