Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari-hari Berlanjut
Hari-hari berlalu dengan cepat.
Waktu berlalu lebih cepat lagi saat Santi memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bisa membuatnya senang. Minggu itu, dia sudah pergi makan siang bersama teman-temannya dua kali, mengobrol terus-menerus dengan anak-anak perempuannya.
Amanda menceritakan tentang dirinya yang sibuk dengan kuliahnya. Sementara Aleya senang dengan pekerjaannya. Ide-ide yang disampaikannya membuahkan hasil. Biasanya, Aldi Yunanda memiliki bakat luar biasa dalam menulis dan mengekspresikan ide-ide yang diberikan Santi menjadi naskah yang luar biasa.
...****************...
Santi berkeliling di sekitar rumahnya. Kali ini dia merasa bahwa rumahnya terlalu besar untuknya. Dia ingin tinggal di rumah yang lebih kecil. Tapi dia tidak bisa menyingkirkan rumahnya begitu saja, karena rumah ini penuh akan kenangan pertumbuhan kedua putrinya. Jadi dia berpikir, mungkin melakukan beberapa perubahan di rumah ini tidak akan ada salahnya.
Santi ingin mengganti dekorasi rumahnya atau bahkan membangun bagian tambahan yang lebih kecil untuk dirinya sendiri dan menyerahkan seluruh rumah itu kepada putri-putrinya.
Hari ini Santi menyadari bahwa dia belum melakukan apa pun untuk dirinya sendiri seperti bekerja atau melakukan kegiatan apa pun di luar dari kegiatan mengurus keluarganya yang dapat membangun jati dirinya.
Dan hari ini dia menyadari bahwa dirinya sendirian. Anak-anak perempuannya tidak lagi membutuhkannya seperti sebelumnya, dan suaminya yang selalu membutuhkannya di rumah, telah meninggalkannya demi seorang wanita yang sama sekali berbeda dari apa yang suaminya inginkan dan selalu harapkan darinya.
Selama berhari-hari, Santi berkeliling rumahnya melihat-lihat perubahan yang akan dia buat.
Pagi itu, saat memeriksa surat yang dia terima, dia melihat ada undangan pernikahan dari putri Satria yang ditujukan kepadanya dan kedua putrinya. Aleya berteman baik dengan Rosa, putri Satria.
Santi melihat tanggalnya, dan dia akan membicarakannya dengan Aleya apakah Aleya bisa hadir atau tidak. Tapi setelah melihat undangan itu, dia memikirkan masalah baru.
Dia telah mengenal Satria selama lebih dari 27 tahun. Dia telah melihat Rosa tumbuh dewasa. Rosa bahkan beberapa kali menginap di rumahnya. Namun Satria adalah teman Dani. Jadi masuk akal jika Santi berasumsi bahwa Dani akan pergi ke pesta itu bersama Clara.
Apakah Santi siap untuk menghadapi momen seperti itu?
Karena berbagi lift selama beberapa detik waktu itu saja adalah satu hal yang sulit dilakukan Santi. Apalagi harus menghadiri pesta pernikahan yang membutuhkan waktu yang lama dan hal itu membuat Santi berpikir jika dia tidak mungkin melakukannya.
'Andai saja sepuluh tahun sudah berlalu...' gumam Santi dalam hati.
Santi tersenyum saat memikirkan hal itu. Dia tahu bahwa dia harus berbagi momen-momen tertentu dalam kehidupan putrinya dengan Dani dimasa depan. Misalnya wisuda Amanda dan bahkan pernikahan kedua putrinya nanti di masa depan. Dia juga harus bisa menoleransi kehadiran Clara dalam hidupnya.
Bagi Santi, lagipula Clara bukanlah penyebab utama dari hancurnya rumah tangga yang sudah dia bina selama dua puluh lima tahun ini. Clara hanya bersalah karena tertarik pada pria yang sudah beristri. Tapi Dani adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas kegagalan pernikahan mereka. Dia sudah mengingkari janji pernikahannya dan membawa wanita itu ke dalam kehidupan mereka.
Santi melihat undangan pernikahan itu sekali lagi. Pernikahan itu akan dilangsungkan sepuluh hari lagi, jadi dia akan berbicara dengan Aleya besok.
...----------------...
Keesokan harinya, Aleya menelepon mamanya.
"Sayang, senang sekali mendengar kabarmu. Kau tahu, Mama menonton serial itu, jantung Mama berdebar kencang saat melihat namamu di bagian kredit akhir film. Mama sangat bangga padamu, nak. Kau sudah mengejar mimpimu dengan begitu hebat. Mama sangat menyayangimu." Ujar Santi.
"Ma, Mama akan membuatku menangis. Aku juga menyayangi Mama. Oh ya, ayo kita ganti topik pembicaraan karena aku sedang bekerja dan aku tidak ingin menangis. Bagaimana keadaan Mama di sana?" Tanya Aleya.
Aldi Yunanda mendengarkan percakapan Aleya. Baginya, Aleya adalah gadis muda yang cerdas dan cantik. Tapi karena suatu alasan, Aleya tidak menarik perhatiannya untuk dijadikan pacar seperti Jennifer.
Aldi tenggelam dalam pikirannya, memikirkan Jennifer.
"Kau tahu sayang. Mama ingin bertanya apakah kau akan menghadiri pernikahan Rosa. Pernikahan itu akan berlangsung sepuluh hari lagi," ucap Santi memberi tahu Aleya.
"Kebetulan Ma, sepat sepuluh hari lagi, bosku akan pergi ke Jakarta karena tanggal tersebut adalah ulang tahun putranya, dan aku berpikir untuk bertemu dengan Mirza. Aku sudah tidak bertemu dengannya selama berminggu-minggu dan aku sangat merindukannya," kata Aleya.
"Apakah salah jika aku tidak pergi ke pesta pernikahan itu?" Lanjut Aleya bertanya.
"Tentu saja tidak, Sayang." Jawab Santi.
"Apakah Mama berencana untuk pergi?" Tanya Aleya.
"Sebenarnya, Tante Julia mengajak Mama untuk menghadiri sebuah pameran di Jakarta, yang diselenggarakan oleh seorang temannya dari Bali, dan Mama berencana untuk ikut dengannya beberapa hari di Jakarta, berbelanja, dan melakukan yang lainnya." Jawab Santi.
"Kedengarannya bagus, Ma. Aku senang mengetahui bahwa Mama baik-baik saja dan punya rencana untuk bersenang-senang. Aku akan mencari sesuatu untuk Rosa." Ucap Aleya.
"Mama akan membantumu. Bagaimana kalau Mama membelikan hadiah yang cantik dan memberikannya pada Rosa, lalu meminta maaf karena tidak bisa hadir?" Ucap Santi.
"Mama memang yang terbaik, dan aku sangat beruntung memiliki Mama." Balas Aleya.
"Mama lah yang lebih beruntung karena memiliki putri-putri yang luar biasa seperti kau dan adikmu." Ujar Santi.
"Ma, aku harus kembali bekerja. Aku menyayangi Mama. Aku akan menelepon Mama lagi nanti." Kata Aleya.
"Baiklah sayang. Jaga dirimu," jawab Santi.
Aleya lalu mengakhiri panggilannya, dan dia tak dapat menahan senyum di bibirnya. Dia senang mengetahui bahwa mamanya telah melanjutkan hidupnya.
"Semuanya baik-baik saja?" Tanya Aldi.
"Jauh lebih baik Pak. Ayo kembali bekerja dan menulis akhir ceritanya," jawab Aleya.
Aldi tersenyum. Dia sangat hebat dalam pekerjaannya. Aldi tahu jika Aleya akan menjadi penulis naskah yang hebat.
...****************...
Di kantornya, Dani Prasetya terus merenungkan catatan yang ditunjukkan Clara kepadanya.
"Dani! Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Satria.
"Santi, aku tak sengaja bertemu dengannya di restoran tadi malam. Apa kau tidak melihatnya?" Tanya Dani.
"Tidak, aku tidak melihatnya. Bagaimana keadaannya? Kami telah mengiriminya undangan pernikahan Rosa, bersama putri-putrimu." Jawab Satria.
"Aku harap kau tidak keberatan," lanjut Satria.
"Tentu saja tidak. Sebenarnya akan terasa sedikit canggung. Tapi aku harus memberikan Clara tempatnya di sisiku. Lagipula, kurasa Santi tidak akan keberatan mengingat dia juga sudah jalan-jalan dengan seorang pria. Faktanya, dia bersama pria itu di restoran," ujar Dani menjelaskan.
"Itu hal yang baik. Itu berarti dia telah menerima perceraiannya," balas Satria.
"Ya, tapi pria itu tampak seperti seorang playboy. Aku khawatir dia akan memanfaatkan Santi dan ingin menguasai hartanya. Jadi aku menyelidiki informasi tentangnya," ungkap Dani.
"Apakah kau khawatir pria itu akan memanfaatkan Santi atau dia mungkin tertarik pada Santi?" Tanya Satria.
"Apa yang kau katakan, kawan? Satu-satunya wanita yang penting bagiku adalah Clara," jawab Dani.
...****************...
Santi akhirnya membeli hadiah dan membawanya ke rumah Rosa dan menyampaikan permintaan maaf atas nama Aleya.
...----------------...
Dan akhirnya, hari besar itu pun tiba. Santi turun dari kamarnya, mengambil koper kecilnya, dan menuju ke bandara.
"Jakarta, aku datang!" Ucap Santi.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)