Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16 TWINS A
Ayuna menatap wanita berwajah angkuh yang ada di depannya saat ini, dia menarik kursi dengan kasar hingga membuat wanita tadi kaget.
"Kau mengikuti kami, ya?" tanya wanita itu, yang tak lain adalah Kezia.
Ayuna celingukan. ''Kau bicara padaku?"
"Bukan! Aku bicara pada spanduk yang ada di belakangmu." Kezia terlihat kesal. "Tentu saja aku ini bicara padamu, jangan pura-pura bodoh dan mengalihkan pembicaraan!'' ujarnya dengan nada tinggi.
Yuna tidak terima dibentak seperti itu. "Hei, Nyonya. Apa masalahmu? Sudah jelas aku duluan yang mau duduk di sini, dan kau malah merebutnya. Dasar tidak sopan!" cibir Yuna.
"Kurang ajar sekali kau, Anindira! Hanya karena tempat ini ramai, kau jadi berani bicara kasar padaku.'' Kezia hendak duduk di kursi tadi, tetapi Ayuna menariknya dengan cepat hingga membuat Kezia terjatuh.
Semua mata tertuju pada mereka, ada yang hanya menggeleng dan ada juga yang tertawa. Kezia mendongak, menatap Ayuna dengan tajam. Namun, tidak ada rasa takut sedikitpun yang wanita itu perlihatkan.
"Rasakan, memang enak!" ejek Ayuna tertawa puas.
Daffa berlari masuk ke dalam karena mendengar suara Kezia dan tertawa. Dia terkejut melihat Kezia yang duduk di lantai.
"Zi!" Daffa menghampiri Kezia, membantunya berdiri. "Kenapa duduk di lantai?" tanyanya tidak tahu apa yang terjadi.
Kezia melirik Daffa, dia masih kesal karena perlakuan seperti itu oleh Ayuna.
"Siapa yang duduk dilantai? Aku jatuh, Daffa. Dan dia—" Kezia menunjuk Ayuna. "Dialah penyebabnya!" tukasnya marah bercampur malu.
Daffa mengerutkan dahinya. "Anin? Kenapa kau bisa ada disini?"
"Pertanyaan macam apa itu? Aku kesini karena ingin memanjakan diriku, bukan mencari masalah seperti yang istrimu lakukan.'' sahut Ayuna dengan santai. "Tunggu dulu! Kau memanggilku siapa tadi? Anin? Aku tidak mengenal nama itu, aku ini—" ucapan Ayuna terputus karena Daffa menariknya keluar dari Salon.
"Hei, lepaskan aku! Suami istri sama saja, tidak ada sopannya!" teriak Ayuna memberontak.
Daffa melepaskan cengkraman di tangan Ayuna dengan kasar. Dia menatap wanita itu sangat tajam dan bahkan sampai menunjuk wajah Ayuna.
"Pulanglah, Anindira. Jangan membuatku hilang akal. Apa kau ingin ku hukum lebih sadis lagi?" tanya Daffa menekan setiap katanya.
Ayuna tertawa kecil, dia bersidekap dan bergantian menatap Daffa dengan tajam.
"Jadilah pria yang gentleman. Kau pikir aku takut padamu? Memangnya kau ini siapa?" Ayuna tertawa mengejek.
Daffa mencoba meredam amarahnya. "Pergilah, atau aku akan memukulmu di tempat ini."
"Ohoo... Seorang pria berani memukul seorang wanita? Banci!" cibir Ayuna pergi meninggalkan Daffa yang emosinya sudah menggebu-gebu.
'Awas kau.' batin Daffa tidak sabar untuk memberikan pelajaran pada Anindira.
Kezia yang melihat Ayuna sudah pergi langsung berlari menghampiri Daffa. Dia memegang lengan pria itu. "Apa yang kau katakan padanya?"
"Apa pun itu, intinya sekarang dia sudah pergi, dan aku akan berikan pelajaran padanya nanti." sahut Daffa masih menatap kepergian Ayuna.
"Tapi, Daf. Apa kau tidak merasa ada yang aneh dari Anindira? Pertama, dia berani melawanmu dan bicara kasar. Kedua, dia menyetir mobil sendiri. Kau lihat kan?" ucap Kezia.
"Aku melihat semuanya, bisa jadi itu hanya idenya agar kita tidak merasa curiga."
Kezia memikirkan hal yang berbeda, entah kenapa hatinya merasa, kalau wanita yang tadi ada dihadapannya bukanlah Anindira, tetapi orang lain.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya