Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Tidak Saling Kenal
Keesokan hari.
Matahari pagi mulai memperlihatkan dirinya diufuk, semua manusia dimuka bumi kembali pada aktivitasnya masing-masing.
Begitu juga dengan para pelajar. Rangga memarkirkan motornya diparkiran sekolah. Disana sudah ada Azam dan juga Ilham yang lebih dulu sampai daripada Rangga.
Setelah Rangga memarkirkan motornya, Azam dan Ilham menghampiri Rangga sahabatnya.
"Hai bro, tadi malam Lo kemana, kok kita telepon gak diangkat?" tanya Azam, karena semalam Azam menelepon Rangga, namun Rangga tidak menjawab telepon dari Azam.
Rangga terdiam, pemuda itu sedang memikirkan alasan apa yang harus diberikan pada sahabatnya itu. Rangga tidak mungkin menceritakan tentang perjodohannya pada Azam dan juga Ilham. Akan lebih baik kedua sahabatnya tidak tau kalau dia akan menikah dengan Rena, wanita yang di anggap penghalang kebebasannya.
"Oh, tadi malam gue ngantuk banget, jadi gue ketiduran." Jawab Rangga setelah mendapatkan alasan.
"Pantas gue telepon sampai beberapa kali gak ada jawaban." Sahut Azam percaya aja apa yang Rangga katakan.
Di gerbang sekolah terlihat tiga gadis cantik berjalan, ketiganya yang tidak lain adalah, Rena, Nana, dan juga Santi. Mereka berjalan melewati parkiran begitu saja tanpa menoleh ke arah tiga pemuda tampan yang sedang mengobrol diparkiran.
"Wah, lihat, ada bidadari lewat?" tunjuk Azam dengan lirikan matanya kepada Rena yang sedang melewatinya.
Ilham berbalik, melihat kearah Rena yang ditunjukkan oleh Azam, sedangkan Rangga tidak melirik sama sekali, dia bersikap cuek saja.
Diarah lain nampak seorang gadis sedang berlari kearah parkiran, gadis yang tidak lain adalah Lidia, berlari ingin cepat sampai pada Rangga diparkiran.
Namun tanpa disangka Lidia menabrak Rena, hingga membuat tubuh Rena hampir terjungkal, namun beruntun Santi sempat menopang tubuh Rena yang hampir jatuh.
"Hei, apan sih Lo, menghalangi orang saja," hardik Lidia pada Rena, padahal Lidia yang menabrak tubuh Rena, tapi dia pula yang marah-marah pada Rena.
"Hei, Mak lampir, Lo yang menabrak dia, kenapa Lo yang pulak yang marah-marah." Santi tidak terima kalau Lidia memarahi Rena.
"Hei, cupu, apa urusan Lo, Lo mau jadi pahlawan untuk dia? Sudah cupu belagu lagi." Lidia tidak mau kalah sama Santi.
"Kurang ajar Lo." Santi hendak menampar Lidia, dia sungguh kesal pada Lidia yang sok-sokan cantik disekolah. Namun Rena menahannya. Rena bukannya tidak membalas, tapi Rena tidak mau terjadi pertengkaran yang akan membawa mereka keruang BP.
Rena tidak mau baru beberapa hari sekolah tapi sudah membuat onar. Lebih baik Rena mengalah saja.
"Lo, berani, Lo mau nampar gue 'kan? ayo tampar, tampar!" Lidia semakin menjadi-jadi.
"Sudah, aku tidak apa-apa, sekarang ayo kita masuk!" ajak Rena tidak mau memperkeruh keadaan.
"Dasar, cupu, sana pergi, jauh-jauh, jangan sampai cupu Lo menular." Lidia berbalik badan hendak berlari lagi keparkiran.
Namun dia melongo saat melihat Rangga dan kedua sahabatnya sudah tidak ada lagi disana.
"Sial, ini gara-gara tiga cupu itu, gue kehilangan yayang." Lidia kesal karena tidak mendapati Rangga lagi.
Saat sampai dipintu kelas, Rangga dan Rena berpapasan, namun keduanya tidak saling melirik, keduanya hanya cuek, seolah tidak saling mengenal.
Rangga dan kedua sahabatnya masuk kedalam kelas dan duduk dibangku masing-masing.
Begitu juga Rena, dia juga masuk dan duduk di bangkunya. Keduanya sebangku, namun seperti orang asing yang tidak pernah saling mengenal.
"Pindah Lo, gue mau duduk disini!" titah Lidia yang tiba-tiba ingin duduk di samping Rangga. Lidia sungguh kesal pada Rena karena duduk disamping Rangga.
Rena tidak mengindahkan perkataan Lidia, gadis cantik itu hanya diam tidak bergeming.
Sedangkan Rangga hanya tersenyum pada Lidia, lelaki itu sama seperti hari-hari sebelumnya, Rangga ingin membuat Rena marah dan cemburu, walaupun dia belum tau Rena suka padanya atau tidak.
Lidia yang seperti mendapat lampu hijau dari Rangga dia mulai menjadi. " Lo budek ya? Gue bilang pindah ya pindah sana." Lidia langsung menarik tangan Rena, ingin menyeretnya dari tempat duduk.
Rena tetap pada posisinya, dia pura-pura tidak mendengar, Rena sedikitpun tidak bergeming hingga membuat Lidia naik darah.
Lidia yang sudah marah, langsung menyeret Rena dengan kasar. "Lo, anak baru, sudah berani melawan gue." Ucap Lidia sembari menarik-narik lengan Rena agar pindah dari duduknya.
BRAAAK, terdengar suara bangku di gebrak. Rena yang sudah tidak tahan dengan sikap Lidia, dia menggebrak meja didepannya.
Wajahnya memerah, amarahnya memuncak. "Aku sudah diam dari tadi, tapi kamu semakin menjadi, jangan kamu pikir aku takut sama kamu, aku diam karena tidak mau membuat kerusuhan disini." Rena sudah sangat marah pada Lidia yang memaksanya pindah.
Semua siswa yang berada didalam kelas itu terkejut dan melongo, namun ada juga yang senang karena Rena sudah berani pada Lidia.
Sebelum ada Rena, tidak ada satu siswa pun yang berani melawan Lidia, yang dikenal sebagai geng dikelas itu.
Rangga juga tercengang melihat kemarahan Rena. Rangga tidak menyangka kalau Rena seberani itu, dan kelihatan wajahnya seperti singa yang ingin memangsa makanannya.
Melihat Rena melotot pada Lidia, Dina dan Leni menghampiri, keduanya ingin membantu sahabatnya itu.
Namun Nana dan Santi segera menghadangnya. " Stop, tunggu dulu, mau kemana?" tanya Santi berdiri didepan Dina dan Leni.
"Hei, cupu, minggir Lo, jangan ikut campur, kalau Lo tidak mau hilang gigi." Ucap Leni dan Dina pada Nana dan Santi.
"Baiklah, nanti kita lihat siapa yang akan kehilangan gigi." Santi langsung menjambak rambut Dina hingga terjadi jambak-jambakan.
Lidia yang sedikit sudah berani, dia juga hendak menampar Rena,namun tangannya ditahan oleh Rena, dan menghempaskan nya dengan kasar.
Praaak, terdengar tamparan mendarat dipipi Lidia dengan sangat keras. Rena yang sudah kehilangan kesabaran, langsung menampar Lidia.
Lidia yang mendapat tamparan keras dari Rena, dia semakin marah, Lidia ingin membalas tamparan itu, namun lagi-lagi tenaganya kalah jauh dari Rena.
Sementara yang lain menyoraki Lidia, yang kalah. Rangga, benar-benar tercengang dengan keberanian Rena.
Azam dan Ilham, hendak melerai pertengkaran itu, namun guru sudah duluan masuk ke kelas itu.
"Hentikan! apa yang kalian lakukan?" ibu guru terkejut melihat siswanya saling menjambak.
Mendengar suara dari gurunya,semuanya berhenti. Penampilan ke enam gadis itu sudah sangat berantakan.
"Kalian, cepat maju kedepan!" titah Ibu guru itu. Rena, Nana, dan Santi, langsung maju kedepan seperti perintah Ibu guru.
Sedangkan Lidia dan kedua sahabatnya,masih berdiri, ketiganya enggan untuk maju kedepan.
"Lidia, Dina, Leni, apa kalian tidak dengar? Cepat kedepan!" titah guru itu dengan suara yang lebih keras dan mengeratkan giginya.