Usia pernikahan yang memasuki tahun ke tiga, harus diuji dengan keinginan suami Hana yang ingin menikah lagi, dengan alasan menginginkan kehadiran seorang anak.
Bagaimana Hana bisa hamil, jika setiap hari dia selalu kelelahan karena harus mengurus rumah dan merawat ibu mertuanya yang sakit-sakitan. Bahkan tubuh Hanna sendiri sudah tak terurus.
"Ijinkan aku menikah lagi, Hanna. Aku menginginkan kehadiran seorang anak. Aku akan tinggal di apartemen dengan istri baruku, dan kau bisa tetap tinggal disini merawat ibu. " Indra.
"Tidak perlu, mas. Aku siap, tinggal satu atap dengan maduku. Tak perlu buang-buang uang untuk membeli apartemen. " Hana.
Akankah Hana bisa tinggal satu atap dengan madunya?
Atau Hana memiliki rencana lain, untuk kebahagiaan dirinya sendiri?
Lanjut yuk. Kasih dukungannya ya, jika kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Istrimu Bukan Pengasuh Ibumu
"Siapa kau. " bentak Indra lagi, dia tidak peduli disana banyak tamu yang melihatnya.
"Maaf tuan Indra, saya Dion. Saya adalah pengacara Nyonya Hana. Saya datang kemari karena saya ingin mengantarkan surat dari pengadilan agama, atas pengajuan perceraian nona Hana kepada anda tuan Indra. " kata Dion sambil menunjukkan amplop coklat kepada Indra.
"Apa? "
Indra terkejut dengan penuturan Dion, dia tidak pernah menyangka sama sekali kalau ternyata Hana sudah menggunggat cerai dirnya. Sedangkan Gayatri yang mendengar itu langsung memejamkan matanya dan tanpa terasa setetes air mata keluar dari pelupuk matanya.
Indra berjalan ketempat Hana yang sedang berdiri disamping Dion, dengan mata nyalang. Dia tak percaya kalau istrinya akan berbuat sejauh ini.
Melihat keadaan yang sudah tidak kondusif lagi, Gayatri meminta tolong kepada Bu Minah sahabatnya dan pak Ustadz yang juga tetangganya untuk menyuruh para tamu makan di dalam, agar tidak mendengar pembicaraan Indra dan Hana. Mereka mengerti maksud bu Gayatri, dan melakukan apa yang di minta tuan rumah. Karena makanan sudah disiapkan, jadi mereka tidak ingin semuanya mubadzir. Dan menjamu tamu adalah kewajiban tuan rumah.
Setelah melihat para tamu masuk ke dalam rumah, Gayatri lalu memanggil Ema.
"Ema, dorong ibu menemui mereka. " ujarnya meminta tolong kepada Ema.
Terlihat Indra yang menatap Hana dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun mulutnya enggan terbuka selama beberapa saat.
"Kenapa? kenapa kau lakukan ini padaku, Hana? " tanya Indra lirih pada akhirnya.
Hana diam tak bergeming dan enggan menjawab pertanyaan Indra tadi.
"Katakan Hana, kenapa kau lakukan itu. Kenapa kau mengajukan gugatan perceraian. " pekik Indra pada akhirnya karena muak dengan sikap Hana Yang cuek.
"Kau tanya kenapa? Apa kau benar-benar tidak tahu jawabannya? " tanya Hana dengan mencibir.
"Apa karena aku ingin menikah lagi? Tapi kan kau sudah memberi restu kepada kami, Hana. "
"Siapa bilang aku merestuimu. Apa aku pernah mengatakannya? " enjek Hana.
"Tapi kau selalu mengancamku... "
"Ya aku hanya sekedar mengancam saja, dan tidak pernah keluar kata restu dari mulutku untuk pernikahan kalian. Bahkan tadi saat penghulu bertanya kepadaku, apa aku merestui kalian. Jawabannya, aku tetap diam dan tidak menjawab. Benar kan pak penghulu? " tanya Hana kepada penghulu yang ada di sana sepertinya ingin ikut menyelesaikan masalah meraka.
Penghulu mengangguk, mengiyakan ucapan Hana.
"Tidak, aku tidak akan pernah menceraikanmu Hana. Tidak akan pernah. " ucap Indra dengan tatapan nyalang kepada Hana.
"Terserah, aku tidak peduli. Jika kau tidak mau menceraikanku maka pengadilan yang akan memaksamu untuk menceraikanku. Karena aku sudah mengantongi semua bukti perselingkuhanmu dengan wanita itu. Bahkan aku bisa memenjarakan kalian berdua, atas perselingkuhan, perzinahan dan menikah tanpa restu dari istri pertama. Benarkan Dion? " ancam Hana.
"Ya kau benar sekali, bahkan semua bukti sudah berada di pengadilan, karena itu semua gugatan Hana langsung diterima pengadilan dengan begitu mudah dan cepat. Karena Hana sudah mencantumkan bukti perselingkuhan kalian berdua dan rencana busuk kalian berdua yang akan memperbudak Hana setelah pernikahan kalian. " jelas Dion yang masih setia disisi Hana.
Indra terpaku mendengar semua ucapan Dion. Jadi Hana sudah melakukan semuanya sejauh ini. Kenapa dia bisa kecolongan.
"Hana, kau tidak boleh pergi dari sini. Ku mohon jangan pergi. Aku masih mencintaimu dan membutuhkanmu. " Indra mencoba mencekal tangan Hana, namun Hana langsung menepisnya.
"Jangan pernah menyentuhku. "
"Hana, jika kau tidak ingin aku menikah lagi, aku akan menceraikan Ema sekarang juga. Tapi ku mohon jangan tinggalkan aku." ujar Indra memelas.
"Mas, kita baru menikah. Dan kau ingin menceraikan aku? Aku sedang Hamil anakmu, mas." ucap Ema dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Indra terdiam mendengar ucapan Ema. Memang benar saat ini Ema sedang hamil. Tapi dia masih ragu apakah itu anaknya atau bukan. Semua orang yang berada di dalam rumah pun mulai kasak-kusuk, karena sebagian dari mereka ikut menguping apa yang sedang pasangan suami istri itu bicarakan.
"Ternyata istri ke dua Indra hamil duluan. Karena itu Hana menikahkan mereka dan memilih mundur. Memang Hana adalah wanita luar biasa, aku salut padanya. "
Semua orang yang mendengar ucapan salah satu dari mereka mengangguk setuju.
"Maaf bapak Ibu, kalau sudah selesai makan. Kalian dipersilahkan pulang. Biarlah keluarga ini menyelesaikan masalahnya sendiri. "
Bu Minah yang mendengar kasak kusuk itupun, meminta para warga dan tamu Indra segera pulang, kecuali orang dari bagian katering. Karena mereka harus menunggu keputusan Indra dulu. Jadi mereka tetap menunggu di dapur.
Satu persatu tamu Undangan itupun segera pulang tanpa berpamitan atau mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, karena mereka masih dalam keadaan tegang.
"Kau dengar, istri barumu itu sedang mengandung. Dan bukankah niatmu menikah lagi sejak awal adalah karena menginginkan anak. Jadi tak perlu kau menceraikannya. Biar aku yang mengalah, dan mundur. "
"Tidak Hana, aku ingin kita hidup rukun bertiga..."
"Dan aku tetap menjadi pembantu dan pengasuh ibumu... Sedangkan dia, akan menjadi nyonya di rumah ini. " tunjuk Hana kepada Ema yang berdiri di samping ibu mertuanya.
"Jangan bermimpi mas, Aku memang sabar selama ini menuruti semua inginmu di rumah ini. Karena aku menganggap mu mencintaiku dengan tulus. Tapi ketulusanku kau balas dengan penghianatan. Jadi, Jangan harap aku akan memaafkanmu. Cepat tanda tangani surat cerai ini dan kita selesai. "
"Tidak Hana, aku tidak akan menandatanganinya. " Indra menggeleng dengan kuat.
"Baiklah kalau begitu, biar polisi saja yang menjemputmu dan kita bertemu di pengadilan. "
Hana meninggalkan surat itu di meja dan hendak melangkah meninggalkan Mereka semua. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Indra tiba-tiba berlutut dan memegangi kaki Hana. Wajahnya mendongak dengan tatapan sendu.
"Hana, ku mohon jangan pergi. Kalau bukan demi aku, tinggallah demi ibu. Aku mohon pikirkan baik-baik. "
Hana lalu melirik ibu mertuanya yang sejak tadi menangis, apalagi setelah melihat Indra berlutut memohon kepadanya, makin keras tangis ibu mertuanya itu.
Namun hatinya sudah mengeras seperti batu, dengan alasan apapun Hana tidak akan mau kembali dengan pria yang sudah memperbudaknya selama tiga tahun ini.
"Maaf, mas. Aku Istrimu Bukan Pengasuh Ibumu. Jadi berhentilah bersikap egois seperti ini. Sudah ada istri barumu yang akan mengurus rumah dan merawat ibumu menggantikan ku." Ucap Hana dengan suara dinginnya.
"Aku tunggu lima menit. Cepat tanda tangani surat itu, dan kita berpisah baik-baik. Atau kau memilih polisi menjemputmu, dan kita bertemu di persidangan. " Hana memberi waktu Indra untuk berfikir.
Melihat sikap Hana yang keras kepala rasanya tidak akan ada lagi kesempatan untuk Indra kembali kepada Hana. Kini Hana mulai menunjukkan sikap arogannya seperti dulu.
"Baiklah jika itu maumu, aku akan menandatangani surat ini. Dan jangan pernah berharap kau akan kembali padaku lagi Hana, atau memintaku kembali padamu. Aku harap kau tidak akan pernah menyesal dengan keputusanmu. " ucap Indra percaya diri sambil berdiri
"Cih, Aku tidak akan pernah menyesal. " jawab Hana yakin.
Indra lalu membubuhkan tanda tangannya diatas surat cerai itu dengan petunjuk dari Dion. Terlihat senyum kemenangan di wajah Ema. Karena pada akhirnya Indra hanya miliknya seorang.
"Bawa barang-barangmu pergi. " Pinta Indra kepada Hana.
"Tidak perlu, karena aku sudah memindahkan semua barangku sejak beberapa hari yang lalu. " Jawab Hana enteng.
Mendengar itu, Indra merasa tidak percaya. Ternyata Hana benar-benar menyiapkannya dengan matang.
"Terima kasih, sudah menandatangani surat cerai kita. Sampai jumpa di pengadilan dan ingat satu hal. Aku akan meminta harta goni gini, sebagai hak ku yang sudah menjadi istrimu yang merangkap sebagai pembantu dan pengasuh selama tiga tahun. " ujar Hana lalu langsung beranjak meninggalkan Indra dan Ema yang terkejut mendengarkan ucapan Hana di kalimat terakhirnya.
"Sial... Ternyata persiapannya sudah matang, dan aku tidak tau apa-apa. Arrrggghhh.... "