Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Mulai Terkuak
Setibanya Rara di PT. GINCU, dirinya sedikit kebingungan karena banyak teman-temannya yang dahulu bekerja di sana sudah resign dan ada juga yang ditempatkan di kota lain, bukan di Jakarta lagi. Banyak wajah baru yang ia tidak kenal.
Sebelumnya ia sempat menanyakan pada resepsionis untuk memanggil Anita agar dirinya bisa bertemu sahabatnya itu sejenak. Namun ternyata sang resepsionis itu mengatakan bahwa Anita sedang sakit jadi hari ini izin tidak masuk kerja.
"Ketemu siapa lagi ya Tuhan. Ponsel Mas Pram juga masih belum bisa tersambung. Ke mana saja sih siang bolong begini juga ponsel mati! Percuma punya ponsel mahal kalau yang pakai enggak punya otak!" geram Rara mendengus sebal.
Rara pun mengelus perutnya yang masih rata. Berusaha menahan emosi yang mencuat di hatinya. Ia teringat jabang bayinya yang masih rentan. Ia tak mau calon buah hatinya kenapa-napa jika dirinya sampai emosi tak terkendali.
"Maafin Mama ya sayang. Mama ajak hari ini pergi ke sana kemari dan banyak berpikir keras. Pasti kamu capek. Sabar ya sayang. Setelah ini kita pergi makan siang. Kamu pasti lapar ya," cicit Rara lirih sambil mengelus-elus perutnya.
Berusaha mengajak sang jabang bayi dalam kandungannya untuk berbicara dari hati ke hati supaya membantunya bekerja sama dengan baik. Agar niatnya hari ini dilancarkan segalanya dan masalahnya cepat terselesaikan dengan baik.
Saat Rara akan beranjak pergi meninggalkan PT GINCU untuk makan siang, tiba-tiba ia bertemu Wiwin kembali. Temannya di PT. GINCU yang beberapa waktu lalu sempat bertemu juga di taman kota.
"Ra," panggil Wiwin setengah berteriak saat melihat Rara akan pergi.
Sontak Rara pun menoleh, ia melihat Wiwin melangkah menuju ke tempatnya berdiri sekarang.
"Hai, Win. Untung aku bisa ketemu sama kamu di sini. Aku bingung dari tadi nyari anak-anak lama eh banyak yang sudah resign," tutur Rara seraya tersenyum sumringah bertemu Wiwin.
"Kamu ke sini ngapain? Apa masih cari suami kamu?" tanya Wiwin heran.
"Iya, Win. Aku mau cari tahu soal dinas luar kota, Mas Pram. Sama siapa saja dan untuk keperluan apa?" tanya Rara.
"Kita bicarakan ke kantin sebentar. Kebetulan masih ada jeda tiga puluh menit sebelum aku meeting sama anak marketing. Ada hal yang aku mau tanyakan sama kamu. Ini cukup pribadi," ucap Wiwin berhati-hati.
"Oke Win, yuk kita ke kantin."
Lalu keduanya pun berjalan menuju ke arah kantin kantor. Setibanya di kantin, mereka langsung duduk di tempat biasa. Dan sambil menunggu pesanan datang, keduanya pun berbicara sebentar.
"Aku tadi habis dari ruang bagian anak-anak keuangan. Kata mereka, suami kamu hari ini enggak masuk. Dan aku coba cek enggak ada perjalanan dinas luar kota yang di lakukan bagian keuangan," tutur Wiwin.
"Hah! Bagaimana mungkin, Win? Mas Pram sudah beberapa hari ini keluar kota. Kalau bukan dinas luar kota untuk urusan kantor lantas suamiku pergi ke mana ya, Win?" cicit Rara kebingungan.
"Sepertinya suamimu membohongimu, Ra. Maaf. Namun aku tak tahu motifnya apa," ucap Wiwin.
"Anita juga enggak masuk hari ini padahal banyak sekali yang ingin aku bicarakan sama dia sekalian curhat. Kasihan juga anak keuangan pasti kerepotan Mas Pram dan Anita juga enggak masuk secara bersamaan," cicit Rara yang masih belum ada rasa curiga.
"Loh kamu belum tahu Ra, kalau Anita sudah enggak di bagian keuangan lagi?"
"Hah! Terus dia pindah ke bagian apa Win? Aku pikir dia masih di bagian keuangan jadi anak buah Mas Pram," ucap Rara terkejut.
"Setelah kamu resign, jabatanmu yang dulu kan diberikan pada Mbak Desy. Nah, enggak lama Anita yang gantikan posisi Mbak Desy. Kurang lebih setahun nan setelah kamu resign. Jadi sudah tiga tahun ini Anita jadi sekretaris CEO. Jabatan yang dulu kamu pegang. Apa kamu enggak tahu hal itu?" tanya Wiwin yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Rara.
"Satu hal lagi yang perlu kamu tahu, Ra. Tapi ini baru gosip yang beredar di anak kantor. Aku sendiri belum pernah melihatnya," ucap Wiwin lirih, sedikit tak enak hati pada Rara.
"Emang ada apa, Win?" tanya Rara yang penasaran.
"Ada anak kantor bilang, pernah lihat suamimu jalan mesra sama Anita di sebuah pusat perbelanjaan," ucap Wiwin.
Deg...
"Mas Pram dan Anita jalan bareng? Apa mungkin mereka enggak sengaja bertemu di mall? Terus akhirnya belanja bersama tanpa sengaja. Mungkin begitu. Enggak mungkin mereka ada main di belakangku. Tapi kok Mas Pram enggak pernah bilang ke aku kalau ketemu Anita di mall?" batin Rara bertanya gelisah.
"Ra... Ra..." panggil Wiwin yang menyadarkan Rara dari lamunannya.
"Eh i_ya, Win. Maaf, aku lagi banyak pikiran. Ja_di gak fokus," ucap Rara terbata-bata.
"Sahabat kamu itu masih karyawan baru, tapi jabatan sudah melejit pesat. Kamu tahu banyak anak-anak yang curiga padanya. Dan usut punya usut ternyata Anita bisa naik menggantikan posisi Mbak Desy sebagai sekretaris CEO karena bantuan suamimu ke Pak Johan. Kasihan Mbak Desy yang seharusnya layak menggantikan jabatanmu harus sebentar saja jadi sekretaris CEO lalu didepak kembali menjadi staf HRD biasa. Anak-anak berasumsi suamimu punya hubungan khusus dengan Anita," ucap Wiwin.
"Enggak mungkin, Win. Kalian pasti salah lihat dan salah nuduh. Mas Pram dan Anita enggak mungkin mengkhianatiku. Bisa jadi yang dilihat anak kantor itu masih wajar jika Mas Pram dan Anita ketemu di mall terus belanja bareng. Anita sahabat lamaku dan keduanya sudah saling kenal juga di kantor," ucap Rara masih mencoba mengelak tuduhan itu semua.
"Kalau pusat perbelanjaannya di Jakarta, mungkin masih bisa secara logika jika seperti alasan yang kamu berikan tadi, Ra. Tapi ini masalahnya, mereka belanja bersama dan gandengan mesra di pusat perbelanjaan bukan di Jakarta tetapi di Bali. Kejadiannya sekitar tiga tahun yang lalu."
"Kantor cabang perusahaan kita enggak ada yang di Bali. Apa kamu tiga tahun yang lalu ada liburan bareng suamimu ke Bali apa enggak?" tanya Wiwin.
"Astaga. Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi dan tidak aku ketahui. Apa benar mereka berdua berselingkuh? Apa ini ada hubungannya dengan rumahku yang disita oleh bank?" batin Rara campur aduk antara kecewa, marah dan juga masih bingung atas apa yang terjadi.
🍁🍁🍁
semangat terus...💪👍🙏