NovelToon NovelToon
PEWARIS TERHEBAT 4

PEWARIS TERHEBAT 4

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Action / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.

Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.

Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.

Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Seorang pria suku pedalaman melesatkan tombak ke arah jalan di depan. Suara lolongan anjing menyertai tombak merobek udara dan heningnya malam.

Bernard seketika berbaring, tercengang saat tombak mendarat tepat di atas kepalanya. Pria itu bergegas berguling ke luar tenda, melempar bom asap ke arah anjing dan anggota suku pedalaman.

"Aku hanya memiliki dua bom asap lagi." Bernard menggores batang pohon dengan pisau, berlari secepat mungkin di tengah asap yang menyebar ke sekeliling.

Dua ekor anjing menggonggong hingga akhirnya terbaring tidak sadarkan diri di depan. Empat pria suku pedalaman menahan napas, memutar-mutar tombak.

"Hanta pasna nehma. Suhmu kema cunra," ujar salah satu anggota suku pedalaman.

"Suhmu burka ka lahbe tudi."

Seorang anggota menunjuk titik cahaya yang bergerak.

Dua anggota lain mulai bersiul sangat keras. Beberapa anggota yang berada di tempat berbeda seketika berlari ke arah munculnya suara.

"Gawat," gumam Bernard seraya bersembunyi di balik pohon. Ia menembakkan jarum tidur pada dua orang anggota suku pedalaman yang bersiul. Salah satu jarum berhasil mengenai pria itu hingga akhirnya tidak sadarkan diri.

Bernard melemparkan sebuah bom asap. Salah satu anggota musuh tumbang karena menghirup terlalu banyak asap.

"Aku hanya memiliki satu bom asap dan enam jarum lagi." Bernard berlari menerobos hutan yang gelap gulita. Ia hanya ditemani cahaya kecil.

Bernard terus berlari, memaksakan kakinya untuk terus bergerak. "Orang-orang tidak menggunakan pistol dan bom. Apa mungkin mereka adalah suku pedalaman asli?"

Bernard menghindar ke samping ketika sebuah tombak nyaris mendarat di bahunya.

Suara siulan kembali terdengar. Kawanan burung tampak menjauh dari pohon, terbang melesat ke atas.

Bernard menyentuh saku celana. "Meski aku hanya memiliki sedikit lagi bom asap dan jarum tidur, aku masih memiliki pistol, pisau, stun gun, kapak, dan beberapa peralatan pertahanan diri."

"Saat ini, aku sedang bergerak ke arah bebatuan naga yang tidak lain adalah lokasi tempat orang-orang itu tinggal. Jika keadaan darurat terjadi, aku bisa mengirim tanda. Aku harap Garrick dan yang lain sudah berada di hutan ini."

Bernard melihat cahaya dari arah depan. Ketika melewatinya, ia keluar di sebuah tebing cukup curam.

Bernard menghidupkan senter, mengawasi keadaan bawah tebing. "Sebuah sungai yang beraliran tenang."

Bernard mengawasi sekeliling sungai. "Aku menemukan sebuah gue di sana. Aku bisa bersembunyi di sana untuk sementara waktu."

Bernard menggores tanda di sebuah batu, bergegas menuruni tebing dengan sehati-hati mungkin. Ia berhenti ketika melihat seekor ular bergerak ke arahnya.

Bernard berusaha setenang mungkin, bergeser setelah ular menghilang, mendarat di sebuah batu, mengawasi pohon di bawahnya. Setelah memastikan aman, ia melompat dan berhasil mendarat di salah satu dahan pohon.

Bernard menuruni pohon dengan hati-hati, menahan rasa sakit, mendarat dengan selamat. Ia berlari menuju gua, mengarahkan senter ke dalam.

"Aman." Bernard memasuki gua, menggeser batu untuk menghalangi pintu masuk sekaligus pintu keluar. Ia mengendalikan nafas yang terengah-engah.

Dua pria suka pedalaman tengah menuruni tebing tanpa kesulitan. Ketika sampai di sungai, mereka bertemu dengan anggota suku pedalaman yang lain. Orang-orang itu seketika menyebar ke sekeliling.

Bernard mengintip dari tempat persembunyian, bersiap dengan jarum berisi obat tidur, stun gun, dan pisau. "Aku hanya boleh menggunakan pistol dalam kondisi darurat."

Bernard mengamati sekeliling sungai waspada. Beberapa pria suku pedalaman masih berkeliaran di sekitar sisi sungai.

"Ngantea suhmu piteu nggihpangka. Tong pineu burka. Duku nangmeu," ujar seorang pria suku pedalaman.

Bernard merekam orang-orang itu dengan kamera, berbaring ke bawah ketika anggota suku pedalaman tadi menoleh ke arah gua.

"Jangan sampai orang itu mengetahui keberadaanku." Bernard mundur perlahan, bersiaga dengan stun gun.

Anggota suku pedalaman itu semakin mendekat, mengintip gua dari celah lubang. Tatapannya menerobos ke setiap celah sudut gua.

Bernard menahan napas, berusaha tidak bergerak. Ia bernapas lega ketika anggota suku pedalaman itu menjauh dari gua.

Bernard menoleh ke belakang. Ia melihat sebuah jalan yang terhalang oleh batu. Ia menoleh ke arah pintu masuk, bergerak perlahan tanpa suara.

"Batu ini menghalangi jalan. Aku penasaran ke mana lubang ini akan membawaku. Jika mengingat lokasiku sekarang, kemungkinan jalan ini akan membawaku ke tempat tinggi suku pedalaman itu. Jika benar, aku semakin dekat dengan petunjuk keempat."

"Ah." Bernard meringis ketika luka di bahunya kembali terasa. Ia mendorong batu dengan kedua kaki hingga batu perlahan bergeser ke samping.

Salah satu anggota suku pedalaman segera mendekat ketika mendengar suara. Ia mengamati gua, mengintip dari lubang.

Bernard bertahan di posisi yang sama selama beberapa waktu hingga akhirnya anggota suku pedalaman itu pergi.

Bernard kembali mendorong batu hingga jalan terbuka lebar. Ia membungkuk untuk sampai ke ruang bagian lain. Semakin dalam memasuki gua, semakin kecil dan sempit jalan.

Bernard terdiam ketika merasakan embusan angin dari depan. Ia kembali bergerak hingga akhirnya sampai di ujung gua.

Bernard mengarahkan terepong ke luar. Ia melihat hamparan hutan dan sungai. "Ada kemungkinan suku pedalaman itu menungguku di jalan depan dan sungai. Aku yakin jumlah mereka akan semakin banyak, terlebih setelah mengetahui aku berhasil melarikan diri."

Bernard menunggu di tempat hingga akhirnya terlelap. Ia kembali terbangun saat sebuah batu kecil jatuh ke kepalanya.

Bernard segera memeriksa jam. "Aku tertidur selama empat jam di tempat ini. Aku beruntung karena suku pedalaman itu tidak menemukanku."

Bernard mengarahkan terong ke arah hutan dan bebatuan. Meski gelap, teropong ini mampu menangkap objek dengan jelas.

"Orang-orang suku pedalaman itu berlalu lalang di sekitar sungai dan hutan. Mereka masih mencariku."

"Waktu menunjukkan tengah malam sekarang. Tenagaku kembali pulih, tapi lukaku masih belum sembuh. Jika aku gegabah, aku akan tertangkap dan aku akan berada dalam bahaya."

Bernard mengawasi keadaan sekitar. Lambat laun ia mengantuk dan kembali terlelap.

Sementara itu, Garrick, Rick, Bane, Ben, dan Ken baru saja tiba di bekas tenda yang dibuat Bernard. Mereka terpaksa berhenti bergerak karena melihat keberadaan beberapa anggota suku pedalaman serta pilihan untuk beristirahat.

"Kita sudah cukup dekat dengan Tuan Bernard. Sesuai harapanku, dia berhasil bertahan seorang diri," ujar Garrick, "kita hanya perlu terus bergerak sewaspada mungkin."

Garrick dan yang lain kembali bergerak, menerobos kegelapan hutan. Setiap orang berjaga-jaga se waspada mungkin.

Sementara itu, Donald dan tim bantuan sudah berada di lokasi perkumpulan sejak beberapa jam lalu. Mereka memilih untuk menunggu memasuki gua batu.

Di tempat berbeda, dua orang pria tengah berada di sebuah ruangan. Mereka melihat layar besar yang menunjukkan seorang pria yang tengah mengabarkan berita pada mereka. Bawahan mereka tampak berkumpul di mana di antara orang-orang itu tampak terluka.

1
Rocky
wooww ..
Semakin seru..
Glastor Roy
up
Algarib Arapah
mantap Thor.
y@y@
🌟👍🏿👍🏾👍🏿🌟
y@y@
👍🏼💥👍🏻💥👍🏼
Bima Sakti
gasss polll Thor 💪🔥🔥🔥
Rocky
Sungguh menarik Thor..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Algarib Arapah
Bukan main-bukan main2 mengikuti ceritanya benar bikin terbawa arus perjuangan yg sgt mendebarkan.
Algarib Arapah
Benar2 cerita yg sangat bikin penasaran.
Bravo Thor.
ELCAPO
update
MELBOURNE
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!