GAIRAH TERLARANG ANAK TIRI

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Arion dengan suara yang penuh penekanan.

Tangan Rico yang memeluk pinggang Karen spontan dilepaskan pria itu. Wajah Karen tampak pucat. Dia takut melihat Arion.

"Aku mengucapkan terima kasih karena Mami telah memasakan makanan kesukaanku," ucap Rico.

"Dengan memeluknya?" tanya Arion lagi.

"Kenapa, Pi? Ada yang salah? Aku rasa tidak salah jika memeluk tubuh Mami sebentar. Itu sebagai ungkapan terima kasih saja," ujar Rico dengan suara menahan emosi.

Ingin rasanya Rico mengatakan jika Karen miliknya. Namun, bagi Rico ini bukan waktu yang tepat. Dia takut Papinya akan menyakiti Karen.

"Terasa aneh ungkapan terima kasih kamu. Jika itu dengan mami kandung, mungkin tidak masalah."

"Aku tadi juga hanya ingin mengagetkan Mami. Jika aku ingin melakukan yang macam-macam kenapa harus di rumah," ucap Rico lagi.

Arion memandangi wajah putranya dan Karen. Dia sebenarnya tidak percaya dengan ucapan Rico. Namun, pria itu mencoba meyakinkan hatinya, jika tidak mungkin Rico mengkhianati dirinya. Sebenci apa pun Rico dengan dirinya pasti tidak akan melakukan hal gila itu.

Karen dengan langkah pelan menghidangkan menu sarapan pagi mereka. Ada mie goreng Aceh kesukaan Rico. Arion ingat betul jika itu menu favorit putranya.

"Rico benar, jika Karen memasak menu favoritnya. Aku harus percaya dengan putraku. Tidak mungkin dia mau melakukan hal gila di rumah ini," ucap Arion dalam hatinya.

Setelah menghidangkan sarapan dan minum buat Arion, ketiganya sarapan dengan diam tanpa suara. Masing-masing larut dalam pikiran masing-masing.

Arion lalu berdiri dari duduknya setelah menyantap sarapan. Diakuinya masakan Karen sangat lezat. Bahkan jika dibandingkan dengan masakan mami Rico, masakan Karen jauh lebih lezat.

"Aku pamit. Dua hari ini aku akan berada di luar kota. Jangan melakukan sesuatu yang aneh," ucap Arion yang ditujukan untuk Rico dan Karen.

Karen berjalan mendekati Arion suaminya. Menyalaminya dan tidak lupa mencium tangan suaminya itu. Arion mengecup dahi dan kedua pipi wanita itu.

"Jangan kemana-mana. Aku pergi dua atau tiga hari ini. Setelah itu kita akan mengurus paspor kamu. Kita akan berbulan madu secepatnya.

Karen hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya. Suaranya terasa menyangkut ditenggorokan. Dia masih takut dengan kejadian tadi.

Setelah Arion berjalan dan menghilang dari pandangannya, Karen kembali terduduk. Badannya terasa lemas. Dia sangat takut dengan Arion. Ayahnya pernah mengatakan jika dia harus mengikuti apa yang dikatakan suaminya itu agar hidupnya aman.

Karen tidak mengerti apa yang di maksud ayahnya itu. Yang pasti ayah selalu berkata jika dia bukan menikah dengan pria sembarangan. Dia harus patuh pada suaminya. Ayah Karen sering meminta maaf karena harus melibatkan dia ke dalam masalah ini. Tetapi ayah tidak memiliki pilihan lain, jika Karen tidak menikah dengan Arion, dia akan dipenjarakan.

Rico kembali memeluk pinggang Karen, membuat lamunan wanita itu terhenti. Dia memandangi pria itu dengan sendu.

"Aku takut," ucap Karen pelan.

"Apa yang kamu takutkan, Sayang?" tanya Rico.

"Papi pasti curiga setelah melihat kamu memelukku," ujar Karen.

"Cepat atau lama, Papi juga akan tahu hubungan kita. Hanya menunggu waktu. Kita harus siap dengan itu."

"Ayahku selalu mengatakan, jika aku jangan membuat Papi kamu marah. Dia bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan," ucap Karen pelan.

"Jangan takut, aku akan melindungi kamu jika Papi berani menyentuh kamu."

Rico kembali memeluk Karen tanpa rasa takut ada yang melihat dan melaporkan pada Papinya.

"Sekarang kamu siap-siap. Kita akan ke kampung ayahmu. Orang suruhanku telah menemukan keberadaan ayahmu," ucap Rico.

"Benarkah?" Wajah Karen langsung bahagia mendengar kabar itu.

"Tentu saja."

Dengan spontan wanita itu memeluk Rico. Tergambar kebahagiaan dari wajahnya. Setelah itu, Karen berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan ayahnya.

...****************...

Bonus Visual

Karen

Rico

Arion