Bryan (Cinta Lama)

Hentakan suara dari sepasang sepatu terdengar nyaring di sebuah lorong kantor, langkah terburu-buru sangat terlihat dari seorang pria dewasa yang seolah tidak sabar ingin menemui seseorang yang sedang menunggunya di ruang tunggu.

Senyum sumringah telihat sangat jelas di wajahnya, sang sasisten mengikutinya dari belakang dengan langkah yang sama besarnya juga bahkan setengah berlari. meeting yang biasanya memakan waktu lama di per singkat saat Bryan tahu Andrea sudah tiba dan menunggunya di ruang tunggu.

Bryan melangkah cepat melewati meja sekertarisnya dan menuju ruang tunggu, sekertarisnya sampai bingung melihat kelakuan tuan mudanya, karena biasanya tuan mudanya ini tidak akan menemui tamunya di ruang tunggu melainkan dia menunggunya di ruangannya tanpa harus menghampiri ke ruang tunggu.

srekkkk

suara pintu kaca bergeser.

"An... " wajahnya terlihat berseri saat melihat Andrea sedang duduk disana sambil membaca majalah.

Bryan langsung berjalan menghampiri Andrea tapi baru dua langkah, kakinya terhenti ketika melihat Suge duduk di samping Andrea, dia tidak menyadari tadi saat dirinya membuka pintu karena terlalu fokus dengan Andrea.

"Eh... Ge... bangun" colek Andrea pada Suge yang masih duduk santai bahkan hampir ketiduran karena bosan menunggu.

Bryan menatap keduanya bergantian.

"Dia... " Bryan menunjuk Suge.

"Eh... ini sahabat saya dari kecil tuan muda" Andrea memperkenalkan Suge pada Bryan.

"Eh... kenapa kau memanggil ku begitu? " Bryan bingung.

"Kenapa memangnya? bukan kah anda memang tuan muda Bryan Irawan? " ucap Andrea lembut namun sarat akan singgungan.

apa dia sudah tahu yang sebenarnya?

"Ayo ikutlah ke ruangan ku kita bicarakan semua disana" ajak Bryan.

Andrea dan Suge pun mengikuti langkah Bryan menuju ruangannya, dan saat masuk ke ruangan Bryan, Suge takjub karena desain interior ruangan yang sangat mewah dan maskulin begitu sangat mencolok di ruangan tersebut, boleh dibilang itu adalah ruangan impian Suge, bahkan Suge tanpa sadar menganga karena sangking terpesona nya dengan desain interior ruangan tersebut.

"Duduklah" Bryan mempersilahkan Andrea duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Milo mana surat kontrak kerjanya dan sekalian pinta Amor untuk membuatkan mereka minuman, kau ingin minum apa An? " tanya Bryan.

"Eh... tidak usah tuan muda tidak usah repot-repot" ucap Andrea sopan.

"Ck... tidak usah canggung begitu lah... An... panggil saja aku seperti biasa" Bryan tidak suka Andrea terlalu kaku padanya.

"Eh... tapi kan itu tidak sopan tuan" ucap Andrea sopan.

sebenarnya Suge ingin sekali tertawa lepas saat itu juga tapi tidak dia lakukan karena dia tahu suasananya tidak memungkinkan untuk bercanda.

Dan sebagai seorang pria Suge faham betul kalau tuan muda yang ada di hadapannya ini masih menyimpan rasa pada sahabatnya ini, terlihat dengan begitu jelas dari gayanya berbicara pada Andrea dan juga sinar matanya yang mengatakan itu semua, semuanya mengatakan kalau dia masih mencintai sahabatnya ini.

Aih beruntung sekali sahabat ku ini pernah dicintai ups salah tapi rasanya masih di cintai oleh tuan muda Bryan. salut... gue sama elu Re...

batin Suge yang sangat kagum pada sahabat nya ini.

Milo meninggalkan mereka semua di ruangan Bryan dia bersiap mengambil kontrak kerja untuk Andrea.

Saat Milo keluar Bryan mengajak Andrea mengobrol terlebih dahulu.

"Aku fikir ini suami mu An" ucap Bryan.

"Suami saya bekerja tuan, jadi tidak bisa mengantar" jelas Andrea.

"Heuh... sudah ku bilang panggil aku seperti biasa saja An... " Bryan menahan kesal.

"Tapi aku tidak bisa" Andrea memalingkan wajahnya dari tatapan Bryan karena Bryan menatapnya intens.

gue kaya obat nyamuk nih

batin Suge yang merasa diabaikan oleh kedua orang ini.

"Apa anda tidak bekerja sehingga bisa mengantarnya kesini? " tanya Bryan pada Suge.

"Eh... anda bicara dengan saya? " tanya Suge menunjuk diri nya sendiri.

"Iya anda siapa lagi? " ucap Bryan kesal.

"Oo hehe saya fikir anda tidak sadar dengan keberadaan saya hehe"

"Aw.... sakit Re... "

Andrea mencubit paha Suge karena gemas dengan sahabatnya ini, karena bisa-bisanya dia berbicara seperti itu pada orang seperti Bryan.

Bryan tersenyum saat melihat itu.

"Iya saya hanya Seniman tuan muda jadi tidak ada pekerjaan tetap"

"Oo....begitu anda mau bekerja disini? " tanya Bryan tiba-tiba.

"Hah... yang benar? " tanya Suge seolah tidak percaya.

"Iya saya serius"

"Ge... mau ajah Ge... kapan lagi elu bisa kerja, kalo elu udah kerja elu punya gaji, elu bisa balikan lagi sama istri elu nantinya" Andrea yang antusias.

"Gue sih mau ajah kerja, tapi nggak jamin baklan balik sama dia, males amat gue sama dia lagi, sama yang lain ajah kali gue bisa"

"Hahaha" Bryan tertawa saat mendengar percakapan kedua sahabat ini berbicara.

"Aku tak menyangka kalian sedekat ini, apa suami mu tidak cemburu bila kau dekat dengannya? " tanya Bryan.

"Kadang-kadang karena aku dan dia sangat dekat, semua tentang aku dia tahu"

"Semuanya? berarti tentang... " Bryan tak meneruskan kata-katanya.

Andrea hanya mengangguk saja.

Tak lama Milo masuk ke ruangan Bryan dan membawa map berisi surat kontrak kerja Andrea.

"Tuan ini surat kontrak kerja untuk Nona Andrea" Milo menyerahkan map tersebut pada Bryan.

"Oh... iya An... tanda tangan lah disini, tapi kau bacalah dahulu barang kali ada yang tidak kau setujui dengan semua peraturan yang kami buat"

Andrea hanya mengangguk dan mulai. membaca dengan seksama surat kontrak tersebut, tanpa Andrea sadari saat dirinya menatap lembaran-lembaran kertas yang ada di map tersebut Bryan memperhatikan wajahnya secara intens seolah dia senang menikmati pemandangan indah ciptaan Tuhan yang terpampang jelas di hadapannya saat ini.

Dan tanpa mereka sadari bahwa Suge juga memperhatikan itu semua.

Astaga Re... dia ngeliatin elu terus itu, udah kaya orang terhipnotis begitu, astaga cinta kadang memang nggak masuk di akal sehat ya... orang ini tahu kan teman gue ini status nya istri orang nggak mungkin kan dia nggak tahu atau dia emang nggak mau tahu ya... Aaaaa gila nih orang, benar-benar gila.

Suge berteriak dalam hatinya sendiri.

Andrea lalu menandatangi kontrak tersebut setelah membaca semua peraturan yang di tuliskan disana. setelah itu dia lalu menyerahkan amplop tersebut tersebut pada Bryan.

"Sudah tuan, Kira-kira kapan saya sudah mulai bekerja? " tanya Andrea.

"Nanti biar Milo yang memberitahu mu" ucap Bryan santai dia hampir saja kepergok sedang menikmati keindahan wajahnya.

Setalah dirasa urusannya sudah selesai Andrea pun pamit pada Bryan, walau sebenarnya Bryan keberatan untuk mebiarkannya pulang tapi dia sadar dirinya tak berhak menahan Andrea lebih lama lagi disana.

saat mereka berjalan ke arah pintu Bryan masih menawarkan pekerjaan pada Suge.

"Bila anda mau bekerja bersama saya disini besok datanglah kemari dan temui asisten saya dia yang akan menempatkan anda di bagian mana nantinya" ucap Bryan sebelum mereka semua meninggalkan ruangan Bryan.

"Baiklah tuan muda Terima kasih atas kebaikan anda" ucap Suge ramah.

Dan mereka semua pun akhirnya pergi meninggalkan Bryan sendirian di ruangannya.

saat Andrea melangkah di ambang pintu dia melihat benda tak asing berada di meja sang presedir, sebuah gelas putih susu bergambarkan kelinci, yang di jadikan tempat pulpen oleh Bryan.

dia masih menyimpan itu.

Bersambung.