NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi sukses

Suara mesin pesawat militer C-130 meraung stabil menembus langit malam. Di dalam kabin, prajurit-prajurit dari Tim 1, Tim 2, dan Tim 3 duduk diam dalam kelelahan. Bau darah, keringat, dan bubuk mesiu masih melekat di udara — aroma sisa peperangan yang belum sempat menguap.

Kapten Leng Yuran menatap keluar jendela kecil di samping tempat duduknya, memandangi gumpalan awan yang perlahan menutupi luka bumi yang mereka tinggalkan. Satu misi selesai. Tapi harga yang dibayar terlalu tinggi.

Ia mengalihkan pandangannya ke dalam kabin.

Beberapa prajurit tergeletak di tandu darurat. Salah satunya, Li Yan, prajurit dari Tim 3, sebelumnya nyaris tewas akibat serpihan ledakan yang menghantam wajahnya. Darah sempat menutupi seluruh rahangnya. Namun kini, wajah itu tampak bersih — seolah tak pernah terluka sedikit pun. Kulitnya kembali mulus, tak ada bekas luka bakar atau jahitan.

Sebuah pil aneh dari Alex Chu telah menyelamatkannya, tidak hanya dari kematian, tapi bahkan dari cacat seumur hidup.

Li Yan perlahan membuka mata, lemah tapi sadar. Ia menoleh dengan mata yang berkaca-kaca, mencari seseorang… lalu menemukannya.

Sosok itu duduk di belakang, bersandar tenang di kursinya, mata tertutup, seolah dunia di sekitarnya tak berarti.

Dengan sisa tenaga, Li Yan menggenggam lengan petugas medis di sampingnya. “Bawa aku ke dia… ke… Alex…”

Petugas sempat ragu, tapi akhirnya membantu Li Yan berdiri dan berjalan perlahan menuju tempat Alex Chu duduk.

Saat tiba di hadapannya, Li Yan berdiri goyah, lalu sedikit membungkuk. Suaranya lirih, penuh emosi yang tertahan.

> “Terima kasih… Kalau bukan karena kau, wajahku mungkin hancur. Atau aku sudah mati.”

Alex Chu membuka matanya perlahan. Menatap pria itu sejenak. Tidak ada ekspresi. Tidak ada balasan panjang.

Ia hanya mengangguk sekali… lalu menoleh ke arah lain, kembali menutup mata.

Namun Li Yan tahu — itu sudah cukup. Sosok seperti Alex tidak hidup dengan basa-basi. Ucapan ‘terima kasih’-nya sudah tersampaikan. Dan ia bisa kembali duduk dengan hati yang tenang.

Perjalanan panjang itu seolah berlangsung dalam diam. Para prajurit terlelap dalam kelelahan, sementara suara mesin pesawat menjadi satu-satunya musik yang menemani malam yang panjang.

Tiba-tiba, lampu kabin berkedip-kedip, disusul suara pilot dari pengeras suara:

> “Perhatian, pesawat akan segera mendarat. Kenakan sabuk pengaman.”

Getaran halus terasa ketika pesawat mulai menurunkan ketinggian. Di luar jendela, cahaya kuning landasan pacu mulai terlihat, bagaikan jalur cahaya yang menyambut mereka pulang. Awan gelap mulai tersibak oleh lampu sorot bandara militer.

Kapten Leng Yuran membuka matanya. Ia menoleh ke arah barisan belakang, tempat Alex Chu masih duduk bersandar, mata terpejam dan napas teratur, seolah olah dia baru saja beribur bukan seperti orang yang baru saja melakukan pembantaian.

Li Yan, yang wajahnya telah pulih sempurna, menatap keluar jendela. Ia masih sulit percaya bahwa dirinya bisa diselamatkan secepat itu. Sesekali ia melirik Alex, tapi tak berani memanggilnya.

> "Kita benar-benar hidup kembali..." bisiknya, nyaris seperti doa.

Detik-detik mendekati tanah membuat suasana tegang, bukan karena bahaya, tetapi karena beratnya beban emosi yang mereka bawa pulang.

Ban pesawat akhirnya menyentuh landasan dengan bunyi berat: DUGG!

Pesawat berguncang sedikit, lalu melaju cepat beberapa ratus meter sebelum berhenti perlahan.

---

🛬 Selamat Datang di Tanah Sendiri

Ketika pintu belakang pesawat dibuka, angin malam yang sejuk langsung menyerbu masuk, membawa aroma tanah air—aroma rumah, dan rasa lega.

Di luar sana, barisan kendaraan militer dan ambulans telah menunggu. Cahaya dari lampu sorot membentuk siluet-siluet tubuh prajurit yang siap menyambut rekan-rekannya pulang dari misi neraka.

Satu per satu mereka turun. Beberapa dengan tandu, beberapa dibantu berjalan, sisanya berdiri gagah meskipun tubuh mereka penuh luka.

Dan akhirnya…

Alex Chu melangkah keluar terakhir. Langkahnya tenang, napasnya stabil. Dari jauh, bahkan seolah dia tak pernah ikut pertempuran.

Namun… semua orang bisa merasakan aura yang ia bawa. Aura kematian yang baru saja ditinggalkannya.

Para petugas medis yang semula sibuk… tiba-tiba terdiam saat melihatnya.

Beberapa perwira tinggi yang menyambut di depan, bahkan secara spontan menghormat. Bukan karena pangkat, tapi karena keberanian yang tak bisa diukur dengan medali apa pun.

Di kejauhan, Komandan Zhang Rui berdiri dengan jas militer rapi, menunggu kedatangan Alex dengan mata tajam yang sedikit berkaca.

Kapten Leng Yuran sempat menoleh ke arah Alex dan bertanya pelan:

> “Setelah ini... apa yang akan kau lakukan?”

Alex menatap ke depan, menembus kerumunan, lalu menjawab singkat:

> “Kembali menjadi mahasiswa”

Leng Yuran mematung sejenak. Ia tak tahu harus tertawa atau mengeluh. Tapi pada akhirnya, ia hanya bisa tersenyum tipis, meski luka-luka di tubuhnya masih terasa nyeri.

Di kejauhan, Komandan Zhang Rui berdiri diam. Matanya tak lepas dari sosok Alex Chu yang melangkah santai, seolah baru pulang dari perjalanan biasa… bukan dari medan perang.

Zhang Rui melangkah mendekat, lalu berhenti di depan Alex.

“Terima kasih. Jika kau tidak turun tangan… Misi ini tidak akan berhasil, dan mungkin banyak prajurit yang gugur.

Alex Chu menatapnya sebentar. Tak ada emosi di wajahnya.

Hanya satu kata yang keluar dari bibirnya, tenang dan datar:

"Ya."

Setelah itu, tanpa menunggu balasan atau memberi hormat, Alex melanjutkan langkahnya, menyusuri sisi hangar menuju area parkir pribadi. Di sana, sebuah mobil hitam dengan kaca gelap sudah menunggunya. Ia membuka pintu, masuk ke dalam, dan mobil pun melaju perlahan, semua prajurit membeli hormat saat raungan mobil itu lewat meninggalkan pangkalan, tenggelam dalam gelapnya malam.

Zhang Rui hanya menatap mobil itu perlahan menghilang.

Dia menghela nafas pendek, lalu berbalik menuju ruang kendali operasi untuk melaporkan keberhasilan misi.

Dan malam itu… tanpa upacara, tanpa penghargaan, pasukan bayangan kembali ke tanah airnya.

Tapi bagi mereka yang tahu kebenaran, malam itu akan tercatat dalam sejarah—

sebagai hari ketika satu pria membungkam perang sendirian.

Namanya: Alex Chu.

Identitasnya: rahasia.

Statusnya: mahasiswa.

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!